Chapter 21

4.2K 577 326
                                    

Mata Nao dengan jeli menyusuri satu per satu artikel mengenai daftar nama-nama obat, terutama yang berawalan huruf i. Bahkan, tak segan Nao mencatatnya. Gadis itu harus mencari kepingan puzzle lainnya agar lekas tahu penyakit macam apa yang sebenarnya bersarang di tubuh Orion.

Kegiatannya sedikit membuang waktu memang. Padahal, ia baru saja dikabari oleh pihak penerbit untuk merevisi naskahnya; baik segi penulisan, EBI, diksi, dan logika cerita. Masih banyak pula kalimat tidak efektif yang bertebaran dalam ceritanya. Nao tidak menyangka kalau buku yang akan terbit semerepotkan ini. Ah, bukan merepotkan. Nao saja yang sejak awalnya tidak benar-benar belajar mengenai penulisan.

Nao menghela napas lelah, kemudian melirik catatannya lagi.

IsoksuprinIsoprenalinIsopropanolIsoniazidIsosorbid dinitrat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Isoksuprin
Isoprenalin
Isopropanol
Isoniazid
Isosorbid dinitrat

Dari sekian banyak nama obat yang diawali huruf i, hanya obat-obatan itu yang Nao rasa memenuhi kriteria pencariannya--Iso. Mungkin masih banyak lagi. Tapi, itu saja yang berhasil ia temukan. Manakah gerangan obat yang diminum Orion? Setelah ditelisik lebih rinci pun, Nao tak mendapati indikasi yang bersesuaian dengan asumsinya.

"Ori, kamu harus tahu kalau aku lebih suka dipaksa menulis seribu kata per hari daripada menghafal dan mencari tahu tentang obat-obatan ini. Obat memang bukan seniku. Mau meledak rasanya," gumam gadis itu.

***

Orion benar-benar merasa bersalah melihat kondisi Andini hari ini. Mata gadis itu tampak sembap. Dia pun cenderung pendiam dan tak banyak bicara seperti biasa. Yang tidak berubah hanya sikap ramahnya pada pasien.

Karyawan klinik seakan mendapat objek untuk diperbincangkan, apalagi hampir semua tahu kalau ternyata selama ini Andini diam-diam menyukai Orion--di balik sikap nyinyirnya.

Hadi yang paling heboh karena semalam sempat melihat Orion berboncengan dengan Andini. Jadi, lelaki itu berspekulasi kalau menangisnya Andini berkaitan dengan Orion.

"Ri, ada apa sih sebenarnya semalam? Kamu apain dia emang?" tanya Hadi penasaran.

Orion mendengus sebal. Ini kali kesekian Hadi menanyakan hal yang sama. Ia tak berniat menjawab karena tidak ingin Andini semakin dipermalukan. Kalaupun ada yang berhak menjawab semuanya, itu adalah Andini, bukan dirinya.

"Udahlah, Bang. Jangan dibahas. Kasihan dia," sahut Orion.

"Yah, padahal kepo banget nih dia kenapa. Semalam kalian pulang bareng, 'kan?"

Hadi melihat Orion mengangguk samar.

"Gini, Bang, aku sangat menghargai dia sebagai perempuan. Jadi, aku nggak mau mengumbar apa yang terjadi semalam. Itu cukup jadi pembicaraan kami aja. Aku berusaha mengerti dia, dan dia pun sedang belajar memahami keputusanku. Dia cuma butuh waktu sekarang."

ORINAMI; Tentang Hati Yang Menjadikannya Alasan « Selesai »Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang