Glares

117 3 0
                                    

Dua jam kemudian,di kelas...

Milo,yang duduk di dekat jendela,berusaha keras menahan kantuknya. Gila,cahaya matahari pagi yang hangat di jam 8 pagi seperti ini,hembusan AC yang sejuk,suasana yang tenang seperti ini, dan... ehem, penjelasan Pak Mudi -yang membosankannya ampun- tentang Hukum Kelembaman, cocok banget buat ditinggal tidur. Apalagi tadi malam badannya 'digempur' habis-habisan oleh Papanya, untuk latihan rutin,lalu dilanjut latihan menembak di tengah malam untuk melatih ketajaman mata. Milo menguap,dan memejamkan matanya. Seketika Milo bersyukur karena poninya yang cukup panjang sehingga bisa menutupi matanya.   Fuah.......

.

.

.

.

.

.

.

PLAK!!!!!!

Milo tersentak. PIPINYA PANAS. TADI ADA BUNYI MENDADAK. OKE. APA ADA BAHAYA? Milo celingak-celinguk mencari penyebabnya dengan mata terbelalak sampai dia mendengar Ruby terkikik kecil. Milo menatapnya tajam.

"Lo apain gue?"

"Bangunin lo. Pak Mudi tadi ngeliat ke arah kita,tau."

"Harus nampar?"

"Terus? mau dicium biar bangun?" jawab Ruby usil.

HIH! Milo melotot. Ruby balas melotot,dan beberapa detik kemudian Ruby tertawa kecil. Nggak kuat pelotot-pelototan sama Milo. "Maaf. Sakit?" Ruby menatap tepat ke manik mata Milo,benar-benar tulus mengatakan itu. "menurut lo?" Balas Milo dingin sambil mengusap pipi kanannya yang masih sedikit panas.

***

-RUBY's  POV-

Fuahhh~~~

Rere membungkukkan badannya,dan menguap lebar-lebar. Pak Mudi lama banget ngajarnya. Ruby menyebarkan pandangannya ke seluruh kelas. Begitu tenang.Bukan,bukan tenang khusyuk mendengarkan Pak Mudi,tapi khusyuk menahan kantuk biar nggak ketiduran.

"oke,dengan teman sebangku kalian,kerjakan Latihan 31. Dikumpulkan akhir jam pelajaran ini. Saya tinggal sebentar." kata Pak Mudi yang disambut erangan malas seluruh kelas.

Ruby juga mengerang. Jam pelajaran tinggal 20 menit dan malah dikasih tugas 25 soal gini? Bagi tugas,deh sama Milo. Ruby menguap lagi.

"Mil,gue nggak ngerti nomer 5 nih,bisa bantuin gue ga---" ucapan Ruby terhenti. Matanya terpaku pada pandangan sebelahnya. Milo yang ketiduran sambil bertopang dagu dan disinari sinar matahari. Whoa. Teman-teman sekelas ceweknya yang melihat ini harusnya udah histeris karena ketampanan Milo.

Tampan?

Ruby mendengus.

Pft. Iye,tampan,tapi galaknya ampun deh. Tadi pagi,baru saja dia keluar dari kamar,dia langsung diserang dengan tiupan hairdryer yang keras.

"Cewek kalo siap-siap emang dimana-mana sama! Lama! Tolong dilihat ini sudah jam berapa,Nona Ruby Renata!" bentak Milo dengan tajam.

"Milo ini ap--"

"Diem. Gue bantuin ngeringin rambut. 1,2,3,4,5! Oke selesai,ayo berangkat. Sarapan lo udah dimasukkin kotak bekal sama Bibi Jed! "

Dan belum sempat Ruby protes,Milo sudah menyeretnya ke mobil sedan yang sudah ditunggu Pak Lan,supir keluarga Ruby. Rere menggelengkan kepalanya. Lalu terbesit rasa usil.

PLAK!!!!!

Dengan segenap hati,Ruby 'menepuk' pipi Milo dengan tenaga yang lumayan. Dan Ruby terkikik geli,melihat reaksi alami seorang bodyguard. Langsung terjaga dan melihat keadaan sekeliling dengan kewaspadaan 200%.

"Lo apain gue?"

"Bangunin lo. Pak Mudi tadi ngeliat ke arah kita,tau." Bohong. Jelas-jelas Pak Mudi lagi keluar. Hehehehe.

"Harus nampar?"

"Terus? mau dicium biar bangun?" kali ini Ruby benar-benar pengen ngakak. Muka Milo cemberut maksimal,lalu melototinya. Ruby balas melototnya,dan tertawa. Dan saat Rere memandang Milo,barulah Ruby sadar kalau 'tepukan'nya tadi cukup keras. Buktinya pipi kanan Milo sedikit merah.

"Maaf. Sakit?" ucapannya kali ini benar-benar tulus.

"Menurut lo?"

"sakit." jawab Ruby takut-takut. Milo tidak menjawabnya.

"Mil,gue nggk ngerti yang ini,bisa bantuin gue---"

"Ya."

Dan sisa pelajaran itu mereka habiskan dengan canggung,di saat yang lain dengan seru saling mengerjakan bersama.

"Ruby,"

"ya?"

"lo tiap malem telepon siapa? mending lo tidur cepet,biar nggak usah gue bangunin kayak tadi pagi." kata Milo sambil tetap menekuni buku dan soal.  "kedengeran tiap malem lo teleponan ampe subuh. Nggak ngantuk lo?"

"iya,ngantuk..."

"telepon cowok lo lagi?" Milo bertanya.

"iya. aku kangen."

Milo mendengus. Sejak dulu dia nggak peduli cinta pada orang lain,kecuali keluarga. Kupingnya jijik kadang,kalau nggak sengaja mendengar Ruby lagi telepon dengan cowoknya.

Siapa lagi cowoknya? Pasti alay.


GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang