part 06

17 6 0
                                    

Enjoy~😄

~~~~~~

Author pov

Matahari yang semalam pergi berkelana ke sebelah sisi bumi, kini kembali menampakkan dirinya di satu sisi dimana sang rembulan menantinya. Berkas cahaya hangatnya mulai menembus celah dedaunan dan juga kaca jendela besar di sebuah ruangan. Dalam ruangan itu, masih ada satu gadis yang bergelung dalam selimutnya. Sinar keemasan milik sang mentari mengenai wajahnya dan membuatnya sedikit terganggu.

"Hoamm ... " Gadis itu menguap sambil mengerjap beberapa kali.

"Udah jam berapa sih ini?" Tanya gadis itu lalu dengan perlahan dia meraih handphone miliknya di atas nakas di samping tempat tidurnya.

'06:35. Hah?! Buset dah gue telat huanjir!' Batin Vista menatap layar handphone-nya.

Vista langsung menyibak selimut tosca miliknya dengan sembarang lalu berlari ke arah kamar mandi.

Entah dirasuki oleh apa, Vista hanya bersiap 10 menit.

"Makanya jadi cewek tuh jangan kebo. Lo bukan cowok." Dave menyindir Vista yang tengah berlari menuruni anak tangga sambil menyisir rambutnya.

"Hish, kak Dave diam deh!" Vista menatap kesal kakaknya.

"Sayang, mau mama bungkusin atau mau langsung makan aja?" Tanya Mellia pada putri bungsunya ini sambil memegang sandwich.

"Bungkus aja, ma. Aku udah telat." Jawab Vista yang sekarang kewalahan mengikat dasi. Dia paling ribet kalau urusan menyimpul dasi.

Dava yang melihat itu langsung menarik Vista ke depannya.

"Kalo emang gak bisa ngikat dasi, minta tolong." Dava mengambil alih dasi di leher Vista dan mulai menyimpulnya.

"Makasih, kak." Ucap Vista lalu mengecup pipi kakak tampannya ini.

"Kok gue gak dicium?" Dave terdengar kesal.

"Kan ka Dave gak ngapa-ngapain. Kenapa Vista harus cium?" Vista bertanya pada Dave yang mengunyah sandwich.

"Ya ... Kan gue kakak lo juga. Masa Dava doang yang dicium. Itu namanya pilih kasih. Kan mama sama papa ngajarin kita supaya jangan pilih kasih." Cerocos Dave panjang.

"Iya iya. Yang khotbahnya ngalahin pendeta. Sini Vista cium juga." Vista lalu berjalan ke arah Dave dan mengecup pipi kirinya.

"Udah kan?" Tanya Vista pada Dave.

Dengan senyum manis, Dave mengangguk. Vista menggeleng lalu menatap jam tangan berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Astaga! Ma, sandwich-nya mana?" Tanya Vista panik karena sepuluh menit lagi dia akan terlambat.

Mellia lalu menyodorkan sebuah bungkusan plastik pada Vista dan diterima Vista dengan cekatan.

"Udah doa tadi kan?" Tanya Mellia.

"Udah. Aku berangkat ya semuanya. Syalom." Pamit Vista lalu meraih jaket dan helmnya menuju pintu masuk.

"Syalom. Hati-hati. Jangan ngebut." Jawab Mellia.

Vista yang sudah mengenakan jaketnya lalu menunggangi motor ninja hitam miliknya. Setelah memasang pengait helm-nya, Vista lalu menghidupkan mesin motornya dan melaju keluar dari halaman rumah mereka. Beruntung setiap pagi kalau bukan Dava, pasti Dave yang akan mengeluarkan motornya dari garasi dan memanaskan mesinnya.

Karena mengingat waktunya hanya sedikit, Vista menambah kecepatan pada motornya. Dia tak peduli dengan teriakan para pengendara lain yang kaget dengan kecepatannya melesat.

Chandell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang