SATU
Ketika raja siang sama sekali belum menampakkan diri, King Stephan telah duduk seorang diri di depan meja rendah yang dijadikannya tempat untuk menyelesaikan pekerjaan. Di meja tersebut, punggung tangan kirinya bertumpu pada telapak tangan kanan. Dari sanalah sebuah spektrum cahaya berbentuk bola melingkar berasal.
Warna cahaya itu berganti-ganti, berpendar lembut dan terlihat rapuh. Biru melambangkan air, putih melambangkan udara, merah melambangkan api, dan cokelat melambangkan tanah. Keempat elemen hidup itu telah ia kuasai sejak sebelum belajar menggunakan pedang dulu. King Stephan tahu, keempat elemen itu merupakan gabungan dari dua elemen milik ayahandanya dan dua elemen milik ibundanya. Ia memiliki keempatnya sekaligus dan itu adalah hal yang sangat bagus.
Telapak tangannya menutup dan ruangan kembali temaram karena satu-satunya cahaya hanya berasal dari lilin kecil di sudut tembok. King Stephan sudah memutuskan, ia akan datang sendiri ke kerajaan yang terkenal dengan hasil lautnya itu, Whitesands Kingdom. Sebagai seorang raja, tentulah ia bertanggung jawab dalam mematuhi segala macam undang-undang yang kerajaan terapkan. Termasuk mengangkat seorang permaisuri sebelum usianya menginjak angka tiga puluh. Ia bisa saja mendapat permaisuri dari kalangan kerajaan atau putri-putri bangsawan keluarga raja, tapi ia tak mau. Ia menyukai tantangan, dan mungkin di Whitesands Kingdom akan ia dapatkan tantangan itu.
Akan tetapi, tentu saja prioritasnya bukan hanya mencari permaisuri. Yang menjadi tujuannya adalah memperlebar sayap kekuasaan kerajaannya. Whitesands Kingdom, kerajaan di seberang Negeri Zouphirrow menjadi pilihan menarik. Tak hanya hasil lautnya yang memukau, hasil bumi pun sangat memuaskan. Kedua alasan itu sudah cukup membuat Whitesands Kingdom menjadi incaran kerajaan-kerajaan lain. Sayang sekali sampai saat ini kerajaan itu belum goyah. King Stephan memastikan dirinyalah yang pertama kali akan membuat kerajaan itu menyerah.
Apabila Whitesands Kingdom jatuh ke tangannya, maka keuntungan yang ia dapat sangat banyak. Selain wilayah kekuasaan Lexora Kingdom yang makin lebar, nama King Stephan akan semakin dikenal dunia. Dampak positif terakhirnya adalah, rakyatnya semakin sejahtera seperti yang ibundanya harapkan.
Sinar mentari telah menembus ventilasi peraduan King Stephan, para dayang sebentar lagi akan datang setelah ia bersiap. Mereka akan melaporkan bahwa hidangan pagi telah tersedia di ruang makan. Sebelum beranjak, King Stephan sudah lebih dulu memanggil tangan kanannya yang setia, Jenderal Maddhika, jenderal perang kepercayaannya. Ia akan mendiskusikan mengenai rencananya itu dengan Jenderal Maddhika.
“Saya, Jenderal Maddhika datang untuk menghadap, Yang Mulia!” seru sang Jenderal sopan. Jenderal itu muncul setelah King Stephan menyahut.
Dengan ekspresi datar tanpa cela, sang jenderal dengan seragam kebanggaan berwarna perunggu, melangkah mendekat dan membungkuk sembilan puluh derajat dengan santun. “Mohon ampun, Yang Mulia. Ada apakah kiranya Anda memanggil saya?”
“Aku akan berlayar ke Whitesands Kingdom dan menyamar menjadi seorang pemburu di sana untuk mencari tahu kelemahan kerajaan itu. Bagaimana menurutmu?”
“Menyamar, Yang Mulia?” Tanpa sadar suara Jenderal Maddhika meninggi karena terkejut. Pasalnya, sang raja tak pernah sekali pun melakukan penyusupan. Sang raja selalu melakukan serangan secara terang-terangan.
Suara King Stephan terdengar penuh perhitungan saat menjawab dengan mendesakkan persetujuan dari tangan kanannya yang setia.
“Selalu ada yang pertama untuk setiap hal, bukan?”
“Ah, ya. Maafkan saya, Yang Mulia. Namun, saya pikir penyamaran tak bisa begitu saja dilakukan. Semua orang pasti mengenali Anda meski penampilan Anda berbeda. Selain itu, bila menyamar akan menutup jalan bagi kami untuk melindungi Anda dari dekat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The King & The Healer Princess
Romance[17+] Historical romance by an amateur author is detected. 02 Mei 2018