👑 Dua 👑

843 93 2
                                    

50 votes for the next part

King Stephan bersama Jenderal Maddhika di sebelahnya berjalan mengekori penjaga yang membawa rusa buruan tersebut ke area dapur. Daging rusa itu akan terlebih dahulu diperiksa keamanannya untuk dikonsumsi. Selama menunggu hasilnya, para pemasok diharuskan untuk menunggu.

Hal itu akan memakan waktu lama. King Stephan bukanlah orang yang sanggup menunggu dengan sabar. Di istana ia terbiasa mendapatkan apapun semudah menjentikkan jemari tangan.

Mungkin semua orang tidak menyadarinya, tapi mata tajam King Stephan melihat adanya pergerakan aneh di dahan pohon. Penyusup. Otaknya langsung mengambil kesimpulan. Penyusup itu tampak mengintai paviliun di samping barat. King Stephan melarikan pandangannya ke arah paviliun itu. Terlihat olehnya beberapa orang. Nampak seperti dayang yang mengawal seorang gadis muda. Gadis muda itu pastilah memiliki peran penting di dalam istana hingga ada pihak yang tidak menyukainya.

Penyusup itu mulai membidik. Pikiran King Stephan berputar cepat. Bila gadis muda itu memiliki peran penting, maka jika King Stephan berhasil menyelamatkannya dari bahaya, sudah tentu pihak istana akan memberi King Stephan penghargaan. Jalannya akan semakin mudah.

Anak panah dari penyusup itu mulai melejit. King Stephan dengan gerakan secepat kilat mengikuti insting berperangnya berlari menuju si gadis muda. Semua yang melihat terkesiap. Jenderal Maddhi bahkan langsung melepaskan anak panah ke arah penyusup yang baru disadarinya.

Waktu tidak memungkinkan baginya untuk menepis anak panah itu. Kedua tangan King Stephan terulur, mendekap gadis itu dan membalikkan posisi. Hingga yang terkena bidikan panah itu adalah pundaknya. King Stephan menunduk pada gadis muda yang telah memucat itu. Para dayang langsung menggiring gadis muda itu pergi. Para pengawal menangkap penyusup tersebut. King Stephan dibawa ke wilayah tabib untuk mendapatkan pengobatan.

Panah itu beracun. King Stephan telah memprediksinya. Untunglah sistem imun yang berpadu dengan kekuatan genetik pada struktur darahnya mampu menetralisir racun itu dengan cepat. Tabib istana pun tercengang karena King Stephan tidak roboh padahal racun itu cukup kuat.

"Syukurlah Anda baik-baik saja, Yang Mulia." tutur sang Jenderal merasa lega.

"Dan gadis itu?"

"Gadis yang Anda selamatkan adalah putri bungsu raja dari permaisuri, Yang Mulia."

Putri bungsu raja. King Stephan melewatkan berita ini. Setahunya, anak terakhir raja dengan permaisurinya adalah laki-laki.

"Putri Sophia, keberadaannya memang dirahasiakan dari khalayak ramai karena ia berbeda. Itulah kabar yang saya dengar, Yang Mulia."

"Ia berbeda." gumam King Stephan yang tidak terdengar oleh Jenderal Maddhika, "apa yang membuatnya berbeda, Jenderal?"

"Mengenai hal itu saya kurang tahu, Yang Mulia. Sepertinya kerajaan memang sangat merahasiakannya."

Utusan sang raja datang menginterupsi pembicaraan mereka. Sang raja meminta King Stephan untuk datang menghadap di ruang singasana raja. Di sanalah King Stephan saat ini, menekuk sebelah lutut di hadapan sang raja.

"Aku telah mendengar bahwa kau menyelamatkan putriku dari penyusup, hai, Pemburu."

King Stephan mendongak dan mengangguk sopan.

"Bagaimana kau bisa menyadari keberadaan dari penyusup tersebut sedangkan para pengawalku yang lain tak menyadarinya?"

King Stephan tak menampakkan senyum miringnya. Oh, ia sungguh yakin para pengawal yang bertugas menjaga Sang Putri pastilah terlatih. Bila terjadi kelalaian, sudah pasti itu sudah terencana.

The King & The Healer PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang