Tentang Dimas ..

11.3K 336 16
                                    

Happy Reading ..


"Woi!! Galau bro .. hahaha!!" Teriak Fadil seraya tertawa keras dibalik kubikel.

"Kaget gua KAMPRET!!!" Umpat Dimas pada Fadil.

"Tadi gue ketemu Naya dibawah lagi cemberut aja, Gue godain malah makin kesel dia." Ucap Fadil santai sambil bersandar di sisi luar kubikel.

Dimas tak punya cukup tenaga untuk menyahuti kata kata Fadil, sebab sikap Naya seperti itu pasti karena hal yang telah terjadi diantara mereka.

"Terus Gue kesini ngeliat muka lo galau gitu bro, lo orang pasti lagi pada berantem ya kan?" Tanya Fadil.

"Kepo!" Dimas mendengus sambil berlalu menuju pantry.

Dimas merasa bingung, apa yang harus ia lakuin saat ini. Sejak kejadian malam itu Ia dan Naya belum bertemu lagi bahkan untuk berkomunikasi via sosial media seperti biasanya pun tidak. Berulang kali Dimas berusaha mengingat bagaimana awalnya kejadian pada malam itu bisa terjadi, tapi selalu saja tidak berhasil. Entah setan apa yang merasuki Dimas saat itu. Dimas benar benar merasa bersalah. Dimas menyesal, sungguh. Yang ia ingat hanya isakan tangis Naya yang teramat menyakitkan. Mendengarnya menangis pun Dimas tidak sanggup, apalagi menjadi Naya. Naya kehilangan miliknya yang begitu berharga, dan Dimas adalah orang yang telah merenggutnya. Terbukti ketika Naya beranjak dari kasur laknat itu, bercak darah tertinggal disana. Dan Dimas masih saja berharap kalau ini semua adalah mimpi.

Maaf ? Dimas sudah berulang kali melontarkan kata maaf disaat mereka baru saja tersadar atas apa yang telah mereka lakukan. Dan sepenuhnya ia tau kalau kata Maaf itu tidak ada artinya saat ini. Kata maaf tidak mampu mengembalikan semuanya seperti dulu lagi. Tapi, apakah ini semua murni kesalahannya? Seharusnya Naya bisa menjaga apa yang menjadi miliknya, Naya bisa saja menolak, Berteriak hingga membangunkan para penghuni kost dikamar sebelah. Ah Dimas masih saja gak habis pikir.

Menikahi Naya ? Bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan ? Tidak mungkin, pikirnya. Perasaannya masih untuk Jenita. Jeni biasa Dimas memanggilnya. Dimas menyayangi Jeni lebih dari apapun dan mungkin mencintainya. Jeni memilih mengakhiri hubungannya dengan Dima karena memilih untuk kembali pada cinta pertamanya, cinta pertama saat SMA. Dimas kecewa dengan keputusannya, tapi setidaknya kejujuran nya lebih baik daripada ia harus bermain api dibelakang. Tapi tetap saja, Dimas frustasi ditinggalkan Jeni.

Hingga pada akhirnya Dimas tidak sengaja bertemu Naya. Gadis manis yang membuat lelaki normal seperti Dimas langsung tertarik padanya. Awal ia melihat Naya, hanya satu kata yang menggambarkan sosok Naya saat itu. Dingin, cuek dan terkesan jutek. Sesungguhnya sikap jutek nya itulah yang membuat Dimas penasaran.

Setiap harinya Dimas sempatkan datang ke freshmarket demi bertemu Naya. Kata fadil dan Angga, Dimas itu suka sama Naya, tapi Dimas tidak merasa seperti itu, menurutnya ia hanya sebatas penasaran saja pada Naya. Sampai suatu hari Naya sedang bertugas di counter Fruit and Veggie, Naya meminta data diri Dimas untuk laporan trainingnya, dan dari situlah Dimas mulai benar-benar frontal mendekati Naya. Ternyata dibalik wajah jutek dan ketus nya Naya itu manis, dan Dimas menikmatinya.

Dimas mulai nyaman menjalin hubungan tanpa status dengan Naya, saling memberi kabar setiap saat via Chat, Video Call di setiap malam sebelum tidur, dan sesekali mereka sarapan dan makan siang bersama. Dimas menikmati kebersamaan bersama Naya, masih dengan menyimpan nama Jeni dihatinya. Karena ia pun sadar dan tidak melupakan kalau ada cincin emas bermata satu telah melingkari jari manis Kanaya.

***

Dimas tersentak dari lamunan, saat Pak Darmin office boy kantor menepuk bahunya pelan. Ternyata ia masih di dalam Pantry sejak tadi.

"Mau saya bantu buat teh nya Pak Dimas?" Tawar Pak Darmin sopan saat melihat Dimas terus saja mengaduk teh manis dalam gelas.

"Sudah pak, sudah selesai. Terima kasih." Jawab Dimas sambil berlalu meninggalkan Pantry.

Dalam perjalanan menuju kubikelnya yang terletak paling depan pintu masuk, hatinya mendadak menghangat mendengar renyah tawa Jeni. Gadis yang hari ini memakai blazer berwarna navy itu selalu saja bisa membuat Dimas tersenyum sendiri. Jeni terlihat sedang bercanda dengan sahabatnya Tia.

"Pagi Dimas. "Sapa Tia dengan riang, ketika Dimas tepat nelewati mereka.

"Pagi juga Tia, pagi Jeni." Jawab Dimas sambil tersenyum pada mereka.

Jeni dan Tia hanya tersenyum lagi, dan Dimas sempatkan melihat Jeni, melihat jauh kedalam mata Jeni apakah masih ada dirinya dimata Jeni, atau memang Dimas sudah benar benar tertutup oleh Aldo cinta pertama Jeni saat SMA. Berada satu kantor dan satu divisi dengan mantan benar benar membuat Dimas tersiksa. Dimas berjanji pada dirinya sendiri, ia tidak akan lagi menjalin hubungan spesial dengan teman satu kantor. Tidak akan lagi.

Pikiran Dimas kembali tertuju pada Kanaya, ia harus menyelesaikan masalahnya dengan Naya dan mengenyahkan Jeni sejenak dari pikirannya. Dimas ingin mengajak Naya bertemu sore ini, karena kebetulan Naya juga masuk shift Pagi menurut info dari Fadil.

***

DimasAL : Nay kamu ada waktu nanti sore ?

5 menit

30 menit

1 jam

2 jam

3 jam kemudian.

KanayaAdriana: Kenapa?

DimasAL : Gue mau ketemu, ada yang perlu kita bicarakan Nay.

KanayaAdriana: Iya.

DimasAL : Oke gue tunggu ditempat biasa ya nay, jam 5 sore.

Dimas menjanjikan Naya bertemu di tempat biasa mereka. Di taman dengan deretan bangku besi yang menghadap danau buatan di sudut SQD Tower- Tempat mereka bekerja. Terdiri dari 3 Tower dengan 20 lantai yang diisi sekitar 6 perusahaan bonafit di Jakarta. Salah satu tower merupakan milik perusahaan tempat Dimas bekerja, sebuah Bank Asing terkemuka. Sedangkan supermarket tempat Naya bekerja berada di lantai dasar. Ya, di tower itulah kisah cinta Dimas bermula, bertemu Jeni, lalu Naya. Dimas pernah berkhayal benar-benar menemukan cinta sejati gue di tower itu, dan berkata : SQD, I'm in Love.

TBC

2 Mei 2018

20:41

TERPAKSA CINTA ✔PINDAH KE INNOVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang