Cerita ini gue unpublished karena dalam proses editing.
When Women Chose adalah salah satu series dari Women the Series yang gue tulis dengan Spin Off Prefix-Suffix.
Series lainnya ada
When Women Talked (rewrite)
When Women Commanded (on going)
When Women Decided (on hold)Gue selalu berharap kalau kalian senantiasa menyisakan vote dan komen pada cerita ini biar gue bisa tau apakah cerita ini memang bagus. Gue nggak masalah kalian mengkritisi cerita gue. But please in a good way.
_________________________________________
B A B | SATU
Michigan, US.
Gyan menatap pria dengan t-shirt berwarna coklat di depannya dan bertanya, "Seriously? Break up?"
"Ya. We need space," jawabnya.
"Are you mad? Ada masalah apa?"
"Nggak ada Gyandra. I just need space."
"How come? Do we need space? Aku bahkan nggak tahu alasan kenapa kita harus selesai sampai di sini. It doesn't make any sense, Raz!"
Pria bernama Faraz itu menghela nafas panjang. Ia tahu kalau Gyan tidak mungkin bisa menerima alasannya untuk mengistirahatkan hubungan mereka. "I can't tell you, Gy. Maybe later. I have to go now. Sorry," ucapnya sambil bergegas mengambil kunci mobil.
Pria itu berdiri dari duduknya dan meninggalkan banyak pertanyaan dalam diri Gyan. Space? Space? Apa yang butuh ruang? Nggak ada, Raz.
Gyan mematung di ruang perpustakaan dengan buku-buku tebal di depannya. Hari itu adalah awal musim panas. Musim panas yang diawali dengan perginya Faraz dari hidupnya setelah enam tahun mereka bersama.
____
"What? Are you kidding me?" Kiara yang sedang berkunjung ke Apartemen Gyan menanggapi curhatan sahabatnya itu dengan kesal.
Gyan tak mengindahkan ucapan Kiara dan terus memainkan gantungan kunci kelinci berwarna merah muda yang dibelinya saat mengunjungi festival musim panas tahun lalu. Ia tiba-tiba bertanya, "Am I boring person, Ki?"
Kiara menjawab, "No, you are not. He's such a jerk. I don't like him. I told you. But you didn't listen."
"I do love him, I do love Faraz," timpal Gyan.
"Serius? Setelah semua yang dia lakukan sama lo?" Kiara memastikan.
Gyan berkata, "Logis aja, Ki. Gue enam tahun sama dia, ya kali gue dengan gampangnya lupain dia? Nggak, kan?"
Kiara beranjak dari duduknya dan mencecar Gyan, "Tapi kelakuan dia sama lo? Emang lo masih bisa terima? Kalau gue jadi lo mah big no. Ogah!"
"Not easy like what it seems," Gyan menanggapi jawaban Kiara dengan santai.
"Udahlah, pria di muka bumi ini masih banyak, G. Move forward, don't look back. Faraz is so basic, gue heran aja lo bisa bertahan dengan dia. Look at you, you're so damn gorgeous, you're so damn rich and yes, you're popular. You can get what you want easily, G."
Gyan menyesap kopi yang sedari tadi berada tangan kanannya lalu berkata, "Nggak semudah itu, Ki. Lo kira tampang cantik, tajir, populer bisa jamin lo mudah dapetin seseorang lalu jatuh cinta? Nggak lah. Jatuh cinta itu perkara hati dan selera, nggak gampang. Nggak tau lagi kalau lo."
"Terus?"
"Gue nggak tau mau ngapain di US kalau Faraz udah nggak sama gue lagi. Gue kuliah di sini juga karena dia. You know my history, sayang."
Kiara menjawab keresahan Gyan, "Ya. Gue tau persis kalau hubungan lo sama Faraz enam tahun lamanya, dari bachelor hingga sekarang lo kuliah master."
Gyan menghela nafas panjang dan berkata, "Gue galau."
Kiara tertawa renyah. "Hah? Galau? Gitu doang galau."
"Enam tahun, Ki. Itu lama."
"I know. Tapi, dimana-mana abis putus itu party, cari mangsa baru. Bukan malah diem minum kopi. Let's party tonight, baby!" ajak Kiara dengan sumringah.
"Lo tau kalau gue nggak suka party, Ki," Gyan menanggapi sahabatnya itu dengan malas.
Gyan tahu betul dengan dirinya sendiri. Ia tipikal perempuan yang tidak suka pesta dan sangat benci dengan kehidupan ala Amerika yang hampir tiap hari menghabiskan malamnya dengan pesta. Baginya, itu buang-buang waktu.
"Ya ampun G, lo itu manusia dari zaman apa sih? Sesekali nikmati lah hidup lo. Jangan kencan sama buku aja. Lo cantik, tapi nggak menarik dan nggak asik sama sekali. Ya itu menurut gue sih. Have you ever thought Faraz bosan dan jenuh gara-gara datarnya hidup lo? Sadar atau nggak, hidup lo sedatar jalan tol." Kiara menghisap rokoknya dalam-dalam dan mengembuskannya melalui jendela.
Gyan terdiam. Ia membenarkan perkataan sahabat itu. Apa gara-gara gue kurang asik makanya Faraz ninggalin gue? Tapi masa Faraz sejahat itu sih sama gue?
Kiara mengambil minuman di kulkas Gyan. "Eh G... lo kok malah bengong?" tegur Kiara, "Lo nggak ada ide emang buat hilangin ke-ga-lau-an lo itu?"
"Eh iya... sorry, sorry, kita ke Coachella aja. Atau nonton mungkin?" Gyan membujuk Kiara sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Males deh. Yang lain, ah. Bosan tiap tahun ke Coachella. Nonton mah bisa kapan-kapan."
Gyan berputar mengelilingi kamarnya dari dapur hingga balkon. "Terus maksud lo kita harus party seperti saran lo? Di tempat gue?"
Kiara menjentikkan jari dan tersenyum lebar. "Got it! Itu maksud gue. Kita nggak usah undang masyarakat lokal sini, kita undang mahasiswa Indo aja. Barangkali lo ada yang klik. Lo juga nggak perlu beradaptasi terlalu dalam secara kan kita berasal dari negara yang sama."
"Hadeh... otak lo isinya laki mulu deh, Ki."
"Normal dong gue mikir laki? Ketimbang lo? Cantik tapi gagal move on! Duh, payah!"
Gyan menimpali Kiara, "Congkak!" Kiara hanya cengir dan Gyan melanjutkan kata-katanya. "Ya udah, kita prepare apa nih? Gue nggak pernah adakan pesta sebelumnya."
"Easy! Follow me. Gonna help you, babe. Mana kunci mobil? Yuk cabut!" Kiara mematikan rokoknya lalu menarik lengan kiri Gyan.
Gyan teriak, "Eee... sabar, kopi gue mau tumpah, nih!"
"Lama lo!" bentak Kiara, "Keburu sore. Party itu butuh persiapan!"
"Iii... yaaa..." jawab Gyan sambil melangkahkan kakinya mengikuti Kiara.
Ya, lo butuh pengalihan G! Laki-laki nggak hanya Faraz. Let's go to party, flirt and have fun. Lo harus bisa membuat Faraz menyesal sia-siakan lo! Harus!

KAMU SEDANG MEMBACA
When Women Chose (✔️)
Literatura FemininaGyandra Pratistha Rumi, arsitek berbakat yang gagal move on dari mantan kekasihnya, Faraz Evano Radjasa. Tiga tahun pasca putus, Gyan bertemu dan terlibat proyek dengan pengusaha bernama Adrian Jusuf Hamzari, pria yang terobsesi membangun villa un...