Titik 2

1.4K 302 32
                                    

Titik adalah akhir
Titik adalah awal
Titik adalah bagaimana pikiran menganalogikannya.
Dan bagi Taehyung 'Titik' adalah Jungkook

🕗🕣🕘

Tik
.

Tik
.

Tik

"Apa dia bahagia?"

Pria berjas putih menatap iba pada lelaki yang tertunduk lesu dan berdiam diri di sudut ranjang memainkan jemarinya yang bergetar pelan.
Setengah jam sudah waktu minum obat terlewat dan tak satupun rayuan berhasil membuat dia menegak penunjang fisiknya.

Taehyung menggeleng lemah mengarahkan tangannya menuju denyut nyeri kehidupan yang mulai berontak.

"Kenapa Kookie seperti itu kak Yoongi? Ada apa dengannya?" Dia terisak bersamaan rasa sakit yang tergambar jelas di paras pasinya.

🕗🕣🕠


"Tunggu!"

Perintah tegas menghentikan langkah kaki si pemilik postur yang lebih tinggi di sampingnya.

"Rapatkan jaketnya, Kak. Angin malam tak baik buatmu," ujar yang muda menautkan satu persatu kancing pada jaket yang lebih tua.

"Kau membuatku terlihat seperti anak kecil."
Taehyung berakting merajuk, memajukan sesenti bibir tipisnya.

"Yang kau lakukan sekarang ini membenarkan ucapanmu."

Si adik tertawa nakal, mencubit gemas, ah tidak, lebih tepatnya menjepit bibir kakaknya yang mengerucut dengan dua jari.

Taehyung mendelik sebal dan memukul tangan Jungkook keras.

"Aku ini kakakmu. Sopanlah sedikit."

"Iya kak Taetae sayang. Maafkan adik tampanmu ini," rayu Jungkook mengedipkan matanya sambil berekspresi imut membuat si sulung tak sanggup bertahan dengan akting marahnya.

Kim Taehyung bersyukur Tuhan menakdirkan dirinya terlahir dua tahun lebih dulu dari Kim Jungkook, seorang adik yang lebih pintar, lebih kuat tapi tidak lebih tampan darinya.
Keadaan yang membuat Jungkook bersikap layaknya kakak dan bisa lebih parah sebagai ayah di saat tertentu.
Jujur ini membuatnya gemas namun dia memaklumi sebagai rasa sayang si adik padanya.

"Kak!" Goncangan yang berpusat di bahunya mengembalikan kesadaran dari lamunan singkatnya.

"Apa lagi yang kau pikirkan?"
Jungkook menggenggam tangan kurus Tae mengajaknya melangkah menyusuri jalanan sepi dengan penerangan lampu kota yang kalah indah oleh terangnya sinar rembulan dan kerlipan berjuta bintang di langit.

"Apa aku merepotkan?"

Taehyung menatap lekat Jungkook yang menengadah ke atas. Sepertinya si pemilik gigi kelinci tak mendengar tanyanya.

"Hmm... Langitnya cerah. Lihat! Bintang itu mengedip genit padaku. Kurasa dia tahu mana yang lebih mempesona di sini," pria muda itu tersenyum menggemaskan.

"KOOK."

Hentakan kuat melepas genggaman Jungkook pada sang kakak dan garis kesedihan di wajah Tae mengalihkan perhatiannya.

Helaan napas samar terdengar, senyum lembut menguar dan rengkuhan Jungkook menenggelamkan sang kakak dalam pelukan hangat.

"Kau sudah tahu jawabannya kenapa harus bertanya? Bagiku kakak seperti oksigen yang akan membuatku sekarat bila tak ada di sisiku."

Tangan kokoh itu mengusap lembut punggung Tae menghantarkan ketenangan pada ritme napas yang mulai tak teratur.

"Naiklah punggungku. Ayah ibu pasti menunggu."

Jungkook melepas pelukannya dan berjongkok, namun beban itu tak juga menumpu punggungnya.

Kookie berdiri, menyamakan pandangan pada manik hitam sayu yang mulai mengembun.

"Tuh kan, kakak menangis lagi. Kau seperti Brysa, gadis kecil tetangga kita yang cengeng itu," goda Jungkook.

Taehyung mendengkus kesal.

"Aku tidak cengeng, Kook. Mataku kelilipan. Kau ini, tadi Romeo Juliet sekarang oksigen. Seharusnya kau ucapkan kata manis itu pada kekasihmu," protesnya manja mengulas senyum tipis di sela aksi ngambeknya.

Jungkook tertawa spontan mengikis rasa khawatir yang sempat menggelayuti hatinya.

"Kalau tak mau kugendong apa kita naik taksi saja?"

Tae menggeleng cepat.

"Aku masih kuat jalan sampai rumah. Lagipula sudah dekat."

Taehyung membuka jam sakunya dan melihat jarum pendek yang mendekati tiga perempat putaran.

"Astaga hampir jam sembilan. Ayo cepat Kook. Ayah ibu pasti menunggu," ajak Tae menarik tangan sang adik.

Kali ini Jungkook yang bergeming melipat kedua tangannya di dada dengan mata memicing dan ekspresi marah yang jauh dari kata menakutkan.

"Pilih naik taksi atau kugendong?" tanyanya mengintimidasi.

"Kau tak boleh lelah, Kak."

Taehyung tertawa dalam hati. Dia sadar benar sang adik takkan membiarkannya capek. Hmm, dia memang overprotektif.

Tiba-tiba saja Taehyung melompat ke punggung Jungkook yang sedikit terhuyung karena kaget.

"Aiish kenapa kau sekarang berat sekali, Kak. Jangan bilang kau diam-diam makan junkfood."

"Pstt, diamlah. Kau cerewet sekali.

🕣 🕗 🕘

Yang tak pernah mereka tahu saat ini adalah waktunya janji Tuhan dilaksanakan.
Takdir telah ditentukan.

Malam itu, garis tangan mengambil alih kehidupan indah kakak beradik yang saling menyayangi.

Karena saatnya...

Romeo meninggalkan Julietnya.

~06052018~

[MZ] TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang