16 - Dia?

15.7K 914 53
                                    

mohon bantuannya ya kasih koreksi typo ada dimana, dan jangan lupa tekan BINTANG nya ya...

HAPPY READING GUYS

=============

Di saat Reynand sedang sakit dan Cicil merawatnya kedua orang tua mereka malah mempersiapkan pertunangan dengan sangat semangat tanpa melibatkan pasangan kekasih yang bersangkutan. Erika dan Mariana sama semangatnya menyambut pertunangan dua anak mereka. Berbeda dengan Reyhan yang terlihat sangat tidak begitu senang melepaskan putrinya secepat ini. Dia suangguh tidak rela melepaskan tanggung jawab menjaga putrinya pada pemuda lain. Meskipun itu Reynand, putra dari kolega bisnisnya yang sudah dia kenal dengan baik—Ferdi.

"kamu harus cepat pulang, sebentar lagi Cicil akan bertunangan dan Papa sangat yakin kalau Cicil akan segera dinikahkan oleh Mamanya. Jadi sebaiknya kamu cepat pulang sebelum kamu menyesal," Reyhan mendengar jawaban dari lawan bicaranya via telfon.

"Ya, Papa tau... maka dari itu, kamu harus cepat pulang. Cicil akan bertunangan 3 hari lagi, dan usahakan kamu pulang sebelum tiga hari lagi," Reyhan menghela nafas. Entah kenapa dia tak rela putrinya bertunangan secepat ini. Padahal ini masih bertunangan bukan menikah, bagaimana nasib Cicil nanti jika dia akan menikah?

Reyhan menutup panggilannya bertepatan dengan masuknya Mariana kedalam kamar mereka. Sang istri mengerutkan keningnya melihat suaminya yang tampak lesu dan segera menghampiri suaminya.

"kenapa Pa?" tanya Mariana pada suaminya. Reyhan menggelengkan kepalanya lalu menatap layar ponselnya yang sudah menggelap. Mariana mengusap bahu suaminya, sepertinya dia paham apa yang sedang dirasakan suaminya sekarang ini.

"Cicil hanya bertunangan Pa, belum menikah... Papa kenapa sih? Nggak rela anak gadisnya diminta orang?" tanya Mariana.

Reyhan menghela nafas lalu menatap istrinya dengan mata sayunya yang teduh. "Cicil masih kecil Ma, Papa nggak siap lepasin Cicil untuk laki-laki lain," Mariana tersenyum maklum mendengar perkataan suaminya.

"Papa tenang aja, seperti yang Mama bilang tadi... Cicil hanya bertunangan belum menikah, toh kita juga sudah sepakat akan menikahkan mereka setelah mereka lulus pendidikan S1 masing-masing... udah Papa nggak usah khawatir ya," Mariana mencoba menenangkan suaminya.

"Papa cuma takut Ma, selama 19 tahun ini kita merawat Cicil dengan penuh kasih sayang, rasanya Papa nggak rela kalau sampai rumah ini sepi tanpa Cicil nantinya."

"jangan dipikirin Pa, dijalani aja... biar mengalir apa adanya... tugas kita cuma ngantar Cicil menemui kebahagiaannya, kalau memenga Reynand kebahagiaan Cicil kita hanya bisa mendukung dan mendo'akan mereka," Mariana menghela nafas melihat wajah suaminya yang belum sumringah lagi. "Papa atadi telfon siapa? Mama dengar dari luar tadi kayaknya Papa lagi bicara sama seseorang, siapa?" tanya Mariana mengalihkan topik yang sangat berat untuk suaminya.

Reyhan menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan istrinya. "Papa telfon Yovie tadi kasih tau kalau Cicil mau tunangan tiga hari lagi," Mariana terlihat antusias mendengar perkataan suaminya.

"terus-terus... Yovie akan pulang? Kapan Pa?" tanya Mariana semangat. Reyhan mengangguk. "dia akan berangkat dari Jerman hari ini, jadi kemungkinan sampai besok. Dia hanya bilang itu aja ke Papa."

Mariana cukup senang mendengar jawaban suaminya. "akhirnya setelah 6 tahun dia mau juga untuk pulang," Reyhan menatap istrinya dengan sedih. "dia hanya di sini sampai acara pertunangan Cicil selesai Ma tidak lama," ucap Reyhan sedikit lirih.

Senyuman senang Mariana sedikit menghilang berganti dengan senyuman sedih yang dipaksakan. "kenapa? Dia masih belum bisa lupain kejadian 6 tahun lalu? Dia masih marah sama Mama ya Pa?"

GevoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang