17 - Yovie Prastya Agustino Dirga

11K 775 19
                                    

selamat membaca... dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan...

jangan lupa tinggalkan saran, vote dan comment

========

Reynand duduk di ruang tamu rumah Cicil sambil menunduk, dia tak berani menatap laki-laki di hadapannya saat ini. Bagaimana bisa dia dengan bodohnya memberikan bogem mentah pada sang calon kakak ipar. Astaga Reynand benar-benar tak memiliki muka untuk menatap laki-laki itu sekarang.

Yovie duduk berhadapan dengan Reynand. Dia memperhatikan calon tunangan adiknya itu dengan cermat, entah apa yang akan dia dapat dengan melakukan hal itu. Sejak tadi tak ada percakapan yang tercipta di antara kedua laki-laki itu hanya diam yang mendominasi keduanya.

"kalian berdua kenapa diam aja sih?" tanya Cicil yang baru saja dari kamar mengganti pakaian dan mampir ke dapur membuatkan Reynand minuman dingin. Yovie menatap adik kembarnya dengan senyuman lebarnya.

"honeeeey...." Yovie menarik tangan Cicil mendekat hingga terjatuh di sebelah Yovie. Tanpa menunggu lama Yovie memeluk pinggang adik kembarnya dengan erat dan posesif seolah takut akan kehilangan adik kembarnya itu jika saja pelukannya sedikit dilonggarkan.

Yovie menguselkan kepalanya di ceruk leher Cicil. "geli, Yopi!" Cicil mendorong kasar kepala Yovie karena risih. "jahat... siii," rengek Yovie tak suka dengan wajah yang sudah cemberut.

"bodoh!" ketus Cicil pada sang kakak.

Cicil beranjak dari tempat duduknya tapi ditahan oleh Yovie. "mau kemana?" tanya Yovie tak rela adiknya pergi. Cicil menghela nafas kesal dengan tingkah manja kelewat batas kakaknya itu. "jangan kayak anak kecil, Yopi!" galak Cicil. Yovie cemberut dengan tidak rela sambil melihat kemana Cicil pergi. Wajahnya makin ditekuk ketika dia melihat adiknya itu berpindah duduk di sebelah calon tunangannya, siapa lagi kalau bukan Reynand.

"kenapa duduk di sana, sih?" kesal Yovie pada sang adik.

Cicil seolah menulikan telinganya. Dia duduk dengan santai di sebelah Reynand. "kamu kenapa diam aja? Sakit?" tanya Cicil sedikit khawatir karena memang tak biasanya Reynand diam seperti sekarang. Orang dia sakit saja masih bisa gerak kelewat batas.

Reynand menoleh ke arah Cicil. Tangannya berniat memegang punggung tangan Cicil tapi terhenti di udara begitu saja karena teguran Yovie. "belum muhrim! Jangan dekat-dekat kenapa sih!"

Cicil menggeram kesal melihat saudara kembarnya. "pergi sono ke kamar! Jangan rusuh orang pacaran kenapa!" usir Cicil tak perduli Yovie akan sakit hati atau tidak. Yovie menatap tajam ke arah Reynand jika saja tatapan bisa membunuh mungkin Reynand sekarang tinggal nama saja.

"lo! Kalau sampai ada apa-apa sama Prici gue! Awas aja lo!" ancam Yovie pada Reynand. "Yopi!" tegur Cicil. "cari pacar sana, daripada recokin gue mulu lo!"

"nggak mau! Gue maunya sama lo pokoknya TITIK!"

Cicil menghela nafas kasar mendengar perkataan Yovie. Sementara Reynand sedikit bingung dengan situasi kali ini. "Yovie... lo udah kelewat batas," kata Cicil penuh peringatan. "nggak perduli! Pokoknya sampai gue tau dia," Yovie menunjuk Reynand "apa-apain lo... jangan harap gue bakal tinggal diem, ingat itu! Karena lo cuma punya gue! Bukan yang lainnya!" Yovie meninggalkan Cicil dan Reynand di ruang tamu.

Cicil menghela nafas kasar. Dia menyandarkan kepalanya di kepala sofa berharap semua yang baru saja terjadi ini hanya khayalan belaka bukan kenyataan. Reynand menatap Cicil dalam diam. Gadisnya itu terlihat seperti terbebani oleh sesuatu dan Reynand sangat tidak menyukai ekspresi Cicil saat ini.

"Kamu kenapa?" Reynand mengusap kepala Cicil dengan lembut juga menyelipkan helaian rambut yang menghalangi Reynand menatap wajah cantik calon tunangannya ke belakang telinga.

GevoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang