Hera

74 14 2
                                    

Siang itu jam istirahat telah berlalu srkitar lima menit, dan kantin sudah di kerumuni siswa-siswa yang berlomba-lomba mengisi perut mereka begitu juga dengan Aurell dan kawan-kawan, beberapa hari terakhir ini ia dan teman-temannya makan siang bersama di meja khusus milik Leon. Tidak ada yang akan mengusir dan mengusik mereka di sana.

"Hay..." Sapa Hera mendatangi sekelompok remaja yang tengah makan siang itu. Seperti biasa Hera duduk di dekat Leon dan meninggalkan kedua sahabatnya berdiri di sampingnya.

"Apa?" Jawab Leon datar.

"Mau ngundang kita lagi ke acara ultah lo?" Sambung Chandra.

"Udah deh... nyerah aja, gue gak mau dateng kalo lo gak ngundang seangkatan!" Kata Elang tegas.

"Beaeenerr" Sahut Angga saat memasukkan satu bola bakso ke dalam mulutnya.

"Kalo makan jangan ngomong!" Sindir Elang.

"Ish... Leon, Chandra, Elang... dan kalian semua, dengerin gue baik-baik!" Kata Hera seraya berdiri. Lalu mengisyaratkan kedua temannya untuk memanggil teman-temannya yang lain.

"PERHATIAN!!!" Teriak Hera.

Suaranya benar-benar nyaring, memekik gendang telinga, benar-benar menusuk. Hera memang tidak butuh speaker untuk membuat perhatian seisi kantin beralih padanya.

"Makasih" Katanya saat semua orang di kantin diam dan melihat ke arahnya.

"Okey guys... berhubung yang ada di kantin ini cuma anak kelas 12! Gue mau ngundang kalian semua ke ultah gue malem ini!" Kata Hera lantang.

Hari itu memang hanya anak 12 doang yang ada di kantin, anak kelas sepuluh dan sebelas sedang ada pembinaan di aula atas.

"Yang bener?" Celetuk salah satu siswa.

"Kok ngundangnya mendadak sih? Gak dari kemarin-kemarin" Kata salah satu siswi.

"Yaudah terserah kalian mau dateng atau gak, bukan princess yang rugi... gue cuma mau bilang kalo ntar malem akan ada group band favorit kalian dan gue bakalan ngadain door prize. Oh ya... satu lagi di acara ultah gue nanti malem gue akan buat kejutan super keren deh, di jamin gak bakalan nyesel" Jelas Hera panjang lebar dengan senyuman khasnya.

"Tumben ngundang seangkatan, biasanya lo cuma ngundang kalangan atas!" Celetuk seorang pria yang duduk di pojok kanan kantin. Kata-katanya sukses membuat Hera menatapnya tajam.

"Fine... maafin mantan putri sekolah ini! Tapi... gue tulus kok mau ngundang kalin, jadi jangan lupa dateng yah!" Teriak Hera.

Putri sekolah atau miss sekolah adalah gelar yang Hera dapatkan saat masih duduk kelas sebelas tahun lalu.

"Wow boleh juga!" Celetuk salah satu siswa.

"Dateng yuk!" Sahut yang lain.

"Keren ada door prize-nya."

"Wajib dateng nih" Kata siswa-siswa lainnya.

Hera tersenyum mendengar siswa-siswa kelas 12 yang meributkan rencana untuk pergi ke acara ulang tahunnya malam ini, Hera kemudian duduk kembali.

"Gimana... kalian gak lupa kan sama janji kalian buat dateng ke ultah gue?" Tanya Hera kepada segerombolan remaja yang sedang makan siang di kantin.

Semuanya menganga melihat aksi Hera barusan, bagaimana Hera akan tahan dengan anak-anak kalangan bawah lainnya yang akan datang ke acaranya nanti.

"Iya." Jawab mereka sedikit ragu.

"Okey... Hera pamit yah!" Katanya.

Hampir aja harapan gue pupus buat ngajak Leon ke ultah gue, sekalian aja gue kasih perlajaran buat si Aurell yang sok kecentilah, batin Hera.

--oo--

Hari itu Aurell dan Leon sangat senang, besok lusa orang tua mereka akan pulang ke Indonesia. Dan kemungkinan besar seminggu setelahnya Aurell akan pindah ke rumah barunya.

Tidak terasa semenjak pertama kali Aurell dan Leon bertemu, mereka tidak bisa berbaur satu sama lain. Kini mereka lebih akrab dan terbuka satu sama lain. Tidak ada kejahilan yang di sengaja dari Aurell lagi dan tidak ada teriak marah dari Leon.

Malam itu Aurell dan Leon tengah menonton televisi sambil ngemil, perseteruan kembali terjadi tat kala mereka memperebutkan chanel televisi yang ingin mereka tonton, keinginan menonton chanel televisi yang berbeda membuat mereka harus rebut-rebutan remote televisi.

Karena Aurell yang sangat keras kepala dan tidak mau mengalah, terpaksa Leon harus menyibakkan rasa gengsinya dan dengan lapang dada harus mengalah dari Aurell. Setelah beberapa menit menonton chanel pilihan Aurell... ternyata Leon tertarik dengan apa yang ditonton Aurell selama ini, Leon begitu fokus memperhatikan jalan cerita. Sebaliknya berbeda dengan Aurell, ia sama sekali tidak peduli dan malahan sekarang ia tengah tertidur di sopa.

Leon mengerutkan dahinya saat Aurell mendengur keras di sebelahnya. Oh Aurell memang tidak punya malu... Leon tak habis pikir dengan Aurell, setelah Aurell ngemil dan mengotori tempat mereka duduk dan sekarang ia malah tidur dengan mulut dan pakaian yang sedikit kotor akibat makan.

Astagaaa... lo bener-bener udik, batin Leon saat melihat ke arah Aurell.

--oo--

Kring...kring...kring...

Aurell bangun dari tidurnya, dengan nyawa yang masih belum sempurna ia melangkah mengambil alarm di samping ranjangnya.

Aurell begitu mengantuk, ia menggaruk-garukkan kepalanya yang gatal dan mengusap-usap matanya yang masih tidak berminat untuk terbuka.

Aurell membulatkan matanya lebar saat melihat dirinya di cermin, siapa yang bawa gue ke kamar? Perasaan gue tidur di sofa? Masa sih gue jalan sambil tidur ke kamar? Apa jangan-jangan Leon? Ah... gak mungkin!
Ribuan pertanyaan mulai menggerogoti pikiran Aurell.

Di sekolah semua anak-anak kelas 12 sedang hangat-hangatnya membahas pesta ulang tahun Hera nanti malam, tak terkecuali kelas Aurell.

Bahkan saat jam istirahat, kantin dipenuhi suara-suara tentang pesta ulang tahun Hera.

"Eh Aurell nanti malem couple-an sama gue yah!" Tawar Angga.

"Iih ngarep!" Kata Sherly yang dengan sengaja menyenggol Angga, hampir saja nampan makanan yang dibawa Angga tumpah.

"Aish..."Angga mendengus kesal kemudian duduk di tempatnya.

"Kalian mau kasih kado apa?" Tanya Zirly.

"Hallah... gak usah kasih kado segala, kita dateng buat makan-makan aja... biar jera tu nenek sihir undang seangkatan! Hahaha..." Cerocos Angga.

"Eh gak boleh gitu." Kata Elang cepat.

"Terserah deh, ntar gue bungkus batu jadi kadonya!" Kata Angga asal.

"Lo becanda kan?" Tanya Chandra.

Angga hanya menaikkan bahunya.
.
.
.

Tbc


The Bad GuestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang