Curhatan Pelajar LGBT

I'm falling for her again

3 Mei '18

Uhh... kayaknya chapter kali ini cuma bakal jadi ajang curhat soal doi

Jadi, ceritanya hari ini ada pelajaran seni buat pengambilan nilai main keyboard. Karena kepribadian tak-bertanggung-jawabku ini, aku satu-satunya anak di kelas yang bahkan belum mulai menghafal melodi dan akord lagu untuk dimainkan, disaat orang lain sudah masuk tahap memainkan keduanya secara berbarengan di pianika (sekolah kami cuma punya 1 keyboard, jadi kami pakai pianika buat latihan) Dan sosiyel ansietiku ini membuatku nggak melakukan apapun seperti berinisiatif meminjam pianika, misalnya.

Yep, not the type of person you'd ever want as a friend.

Cuma dia yang masih peduli denganku. Tanpa disuruh dia meminjamkanku pianikanya, menuliskanku not-not lagu untuk kuhafal, bahkan sukarela menjadi partner pengambilan nilaiku. Baik banget emang.

Pendek kata penilaian seniku selesai dengan bantuannya dan kami kembali ke ruangan musik. Lalu waktu itu dia mulai memainkan keyboard untuk mencontohkan satu lagu ke anak-anak kelas.

Lama-kelamaan, yang lain mulai memintanya memainkan lagu lain. Kemudian seisi kelas menyimaknya, termasuk diriku. Apa aku perlu mengatakan lagi kalau dia lumayan pintar main keyboard? Intinya aku jadi baper.

Dan begitulah, jam-jam terakhir kesenian berakhir dengan aku harus menahan untuk tidak kelewat baper dan menunjukkan perasaanku. Lagi-lagi itu mengingatkanku pada kenyataan kalau aku seharusnya nggak boleh punya perasaan macam itu. Kamu tahu, rasanya menyiksa waktu kamu sudah paham kenyataan itu tapi tetap nggak bisa berhenti menyukainya.

Sekarang mungkin saja aku bisa dengan entengnya bilang, 'aku bangga dengan diriku apa adanya', atau fangirlingan anime romance BxB/lgbt tanpa beban. Tapi, dihadapannya aku langsung merasa sangat, sangat bersalah.

Rasanya cuma ingin minta maaf karena dengan lancang banget punya perasaan seperti ini padanya. 

Huff.

Yaaaa jadi gitu kejadian hari ini. Sekian dan bye.