Enemy to be Friend

504 22 94
                                    

Karya : Kelompok 1
Nurulr, Raina, Alfina, Kar, Debora, Naura

Princess terus menerus menekuk wajahnya. Auranya suram. Tidak seperti princess yang selalu tersenyum dan ramah. Kali ini auranya sangat suram, bahkan Shei--sahabat princess bergidik ngeri.

"Princess, lo kenapa?" tanya Shei hati-hati. Takut membangunkan Singa betina yang akan mengamuk jika diganggu.

Muka Princess berubah menjadi makin muram. "Lo tau ketua osis yang baru?" tanyanya tiba-tiba.

"Iya tau, emang kenapa?" Shei malah balik bertanya.

"Gue sebel sama dia. Dia udah ngerebut apa yang harusnya bukan miliknya." Gerutu Princess.

"Lah napa dah? Dia emang ngerebut apa dari lo? Btw dia ganteng loh,"

"Posisi yang harusnya milik gue. Dia tuh hanya murid baru, belum tau seluk beluk sekolah kita. Dia gak pantas untuk posisi itu!"

Shei mencoba untuk tidak terlalu menanggapi karena tau betul kalau Princess tidak pernah bisa dibantah. Jadi percuma saja.

Sementara Princess masih bergelut dengan kekesalannya, di depan kelas terdengar sangat ribut seperti ibu-ibu pengosip sedang membicarakan berita hot seperti berita pelakor dan sebagainya yang ternyata pemicu keributan itu adalah dua orang pria yang sebenarnya akan menuju kantin untuk mengisi perut mereka namun terhalang oleh siswi yang sudah berkerumun mendekati keduanya.

"Itu kenapa sih di depan berisik banget? Biasanya juga nggak serame itu," tanya Shei pada Princes yang masih merutuki pria perebut gelarnya.

"Mana gue tau." Shei menyesal bertanya pada temannya itu karena ujungnya hanya mendapat balasan ketus, "Yaudah ah gue liat dulu."

Niat Shei akan mencari tau sumber keributan hanya angan saja karena ternyata lautan siswi sudah memenuhi koridor hingga ia memutuskan untuk bertanya pada salah seorang siswi yang juga ikut berkerumun.

"Eh eh ada apa sih?" Shei bertanya pada siswi yang berambut hitam pekat sepungunggung itu.

"Itu loh, ada Pangeran sama Bryan," jelas siswi itu.

Shei lantas segera berlari masuk ke kelasnya lalu menuju bangkunya, "Eh Prin, lo tau nggak siapa yang ada di depan?" Shei benar-benar antusias memberitahukan hal ini.

Princess mengernyitkan dahinya melihat Shei yang begitu semangat menanyakan sesuatu padanya, "Enggak, emang siapa?"

"Itu ada Pangeran." Mendengar nama itu, Princess segera berlari keluar kelas dan membelah kerumunan siswi yang ada di sana, tujuannya hanya satu, menemui pria bernama Pangeran itu untuk menyampaikan ketidakterimaannya karena merebut posisi Princess sebagai ketua OSIS.

Sesampainya di depan kelas, lebih tepatnya di hadapan pria bernama Pangeran itu Princess segera menyemburkan omelannya. "Heh Pangeran yang wajahnya nggak kayak pangeran, lo tuh kok berani-beraninya ngerebut posisi gue sih? Lo itu murid baru bisa-bisanya jadi ketua OSIS!" Kalimat yang dilontarkan Princess membuat semua orang yang ada di sana mengernyitkan dahinya 'ada apa dengan gadis ini?' Pikir mereka. Sedangkan Pangeran yang mendapatkan protes hanya menatap bingung gadis di depannya itu, seingatnya dia tidak mengenal gadis ini lantas bagaimana bisa gadis di hadapannya itu melayangkan protes padanya sebab ia terpilih menjadi ketua OSIS.

"Lo siapa ya?" Tiga kata yang terucap dari Pangeran itu mengundang gelak tawa seluruh siswi yang ada di sana, terlebih Bryan -- sahabatnya. "Duh, Pangeran! Dia itu rival elo waktu pencalonan ketua OSIS, namanya Princess." Ucapan Bryan segera dicerna oleh Pangeran, benarkah gadis ini rivalnya? Mengapa ia lupa? Ah, mungkin karena gadis di hadapannya ini tak terlalu penting untuknya.

SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang