part 5

57 11 4
                                    

Pagi yang cerah, matahari yang bersinar mulai menerobos masuk ke jendela, menelisik sang empu yang tak kunjung bangun, ia masih saja bergulat dengan selimutnya, menenggelamkan semua tubuh sampai kepala dibawah selimut.

"Naya, bangun" ucap Alena pada Vinaya sambil membuka gorden jendela kamar Vina. Tetapi Vina hanya bergumam 'hmm' dan menutup matanya kembali. Alena hanya menggelengkan kepala melihat kebiasaan anaknya dipagi hari.

"Ayoo bangun buruan Nayaa" kini Alena berusaha menggoyangkan kaki Vina berharap akan bangun, bahkan Alena sampai mencubit dan menggelitiki Alena, tetapi Vinaya tidak bereaksi apapun. Inilah kepribadian Vina yang lain yang tidak diketahui teman-temannya.

"Kamu tidur apa mati sih? Ko gak bangun sama sekali?" Kesal Alena.

"10 menit lagi bun" gumam Vina dengan suara serak khas bangun tidur.

"10 menit kamu itu sama aja kayak 1 jam Nay! Buruan bangun, nanti terlambat gimana? Kamu mau dihukum karena terlambat?" Alena benar-benar frustasi harus membangunkan anaknya dengan cara apalagi.

'Astaga, gue kan disuruh bawa coklat, kalo gue kesiangan, aduh gak bisa bayangin deh hukuman apalagi yang bakal dikasih sama kak Raka' batin Vinaya, seketika ia langsung membuka matanya dan berlari ke kamar mandi dengan tergesa-gesa. Bahkan ia sampai lupa membawa handuk dan baju seragamnya. Sedangkan Alena hanya menggelengkan kepala.

'Kedebag kedebug'.

"Bun? Bunda masih disitu kan?" Tanya Vina setengah berteriak dalam kamar mandi.

"Apa?! Lupa bawa handuk? Apa lupa bawa bajunya?!" Ledek Alena, ia sudah hafal kebiasaan anaknya yang selalu terburu-buru. Terdengar kekehan kecil dari kamar mandi.

"Iya bun, lupa semuanya" kekeh Vina dari dalam kamar mandi. Alena bergegas membuka lemari baju Vina, ia melototkan mata saat melihat baju-baju yang berantakan didalam lemari. Benar-benar anak gadisnya ini, siap-siap saja kena marah Alena. Ia mengambil baju seragam Vina dan menuju pintu kamar mandi.

"Nih handuk sama bajunya" Alena mengetuk pintu, Vina membuka sedikit celah dan segera mengambil pakaian dan handuknya.

"Makasih bun" ucap Vina.

"Iya, cepat mandinya. Habis itu kebawah sarapan bareng" Alena segera keluar dari kamar Vinaya dan bergegas turun untuk menyiapkan sarapan.

******

"Pagi bun, yah" sapa Vina singkat.

"Pagi" jawab orang tua mereka berbarengan.

"Ciee kompakan jawabnya" Vina mengedipkan sebelah matanya berniat menggoda orang tuanya.

"Jangan mulai deh Nay" ucap Alena.

"Oh iya, hari ini kamu berangkat sendiri ya. Kita kan beda arah, jadi ayah gak bisa nganterin kamu dulu, ayah udah kesiangan" ucap Davin, ayah Vinaya.

"Loh kok gitu yah, terus Naya sama siapa berangkatnya" Vina mencebikkan bibirnya. Ia merutuki dirinya sendiri yang selalu kesiangan.

"Naik angkutan umum lah, salah kamu sendiri bangunnya kesiangan, kan ayah jadi gak bisa nganterin kamu" jawab David santai. Vina hanya mengembuskan nafas kasar. Dan melanjutkan acara makannya kembali.

"Yaudah ayah duluan ya, Naya mau ikut ayah?" Pamit David sambil bertanya pada Vinaya. Seketika senyum Vina mengembang dengan mata yang langsung berbinar mendengar tawaran ayahnya itu.

"Sampe depan rumah doang tapinya" lanjut David, Vinanya mencebikkan bibir karena kesal, David terkikik melihat tingkah anak semata wayangnya itu.

"Gak usah yah gak usah" jawab Vina dengan senyum terpaksanya yang dibuat semanis-manisnya. Sedangkan ayahnya hanya terkekeh.

"Yaudah bun, Naya pamit juga ya"pamit Vina pada ibunya, Alena.

"Iya, hati-hati ya dijalan" ucap Alena pada David dan Vina.

*****

"Ini angkot pada kemana sih? Ko gak nongol-nongol palanya. Udah tau gue kesiangan, gak pada mau duit apa ya?" Gerutu Vina, ia benar-benar merutuki dirinya sendiri karena bangun kesiangan.

"Nah, itu dia" Vina langsung sumringah ketika melihat 1 angkot di depan matanya.

"Yahh neng, udah gak muat angkotnya" ucap abang supir angkot.

"Yah gimana dong bang, saya udah kesiangan nih, saya berdiri deh bang naiknya, muat kok" mohon vina.

"Sori neng, saya gak nerima kenek baru" ucap abang supir angkot itu kemudian menancap gas meninggalkan Vinaya sendirian.

"Dasar supir angkot belagu lo! gue sumpahin ban lo bocor! terus penumpang lo kabur semua, makan tuh gak dapet duit seharian" Vinaya mengeluarkan sumpah serapahnya. Tak tanggung-tanggung, ia mengucapkannya dengan berteriak.

Tiba-tiba...
'Bledug' suara ban mobil meletus, Vinaya terkejut, ia menengok ke belakang dimana suara itu berasal. Dan benar dugaannya, ban angkot itu benar-benar betus. Ternyata sumpah serapahnya benar-benar manjur.

'Yashh! Mending gue kabur' ia segera kabur saat melihat supir angkot itu keluar dan ingin mengejarnya.

*****

"Hah hah hah" napas Vina tersenggal-senggal. Kini ia sudah sampai di sekolah, ia bergegas ke kelasnya.

"Lo kenapa Vi? Napas lo ngos-ngosan begitu?" Tanya Milla.

"Gue dikejar abang angkot tadi" jawab Vina sambil mendaratkan bokongnya di kursi.

"Lah? Gimana ceritanya?" Tanya Misha.

"Udah lah, males cerita gue. Panjang ceritanya, yang ada lo pada tidur pas gue ceritain" jawab Vina, sedangkan Milla, Misha dan Ranti hanya manggut-manggut.

"Oh iya, lo bawa coklatnya kan? Bawa 2 kan?" Tanya Milla, sedangkan Vina hanya mengangguk.

"Emang buat apaan sih tuh coklat 1 lagi?" Tanya Ranti.

"Udah jangan banyak omong deh lo. Gue kalo ngejelasin ke elo, gak bakal kelar, yang ada mulut gue berbusa-busa ngejelasin tapi lo gak ngerti-ngerti" jawab Milla, Ranti mencebikkan bibir kesal.

****
Teettt. Bel istirahat berbunyi. Kini Vina, Milla, Misha dan Ranti tengah berdiri jauh didepan kelas Raka.

"Vi, udah buruan gih kesana, kasih coklatnya" ucap Milla.

"Ini buat apa 1 coklat lagi?" Tanya Vina.

"Ya kasih dua-duanya lah, bilang aja buat bonus" jawab Milla santai. Ia, Misha dan Ranti sudah mempunyai rencana untuk mendekatkan Raka dan Vina.

"Udah buruan" desak Misha.

"Ah lama lo" dengan seringai jahatnya, Ranti mendorong Vina sampai Vina hampir terjatuh, tapi ternyata Vina menabrak seseorang didepannya, ia menatap sinis ranti yang kini tersenyum. Alisnya mengkerut, ada apa dengan ranti? Saat ia menoleh ke depan, sontak matanya melotot melihat siapa yang ditabraknya. Alangkah terkejutnya ia saat tahu bahwa yang ditabraknya adalah Raka.

"Ma-maaf kak, saya gak sengaja" ucap Vina menunduk.

"Iya gak papa, lain kali hati-hati jalannya" ucap Raka, ia mengkerutkan kening saat melihat coklat yang dibawa Vina.

"Itu apa?" Tanya Raka.

"Hah?-ini coklat yang kemarin belum saya kumpulin" jawab Vina gugup. Ia menyerahkan 2 coklat pada Raka, membuat Raka mengkerutkan kening.

"Ini 1 lagi buat siapa?" Tanya Raka bingung.

"Itu buat kakak, anggap aja bonus karena saya telat ngumpulinnya" jawab Vina.

"Makasih ya" ucap Raka tersenyum, ia mengelus puncak kepala Vina, membuat Vina menahan nafasnya tegang, ia benar-benar tak menyangka Raka akan melakukan ini.

"Sama-sama" Vina menggigit bibir bawahnya saking gugupnya.

"Yaudah, gue duluan ya" pamit Raka. Vina hanya bisa mengangguk tanpa mengatakan apapun, setelah kepergian Raka, ia tersenyum dan segera berlari menuju teman-temannya yang bersorak ria melihat kejadian tadi.

*******

TOLONG JANGAN LUPA VOTENYA YA!

Follow@vira_annda

VINAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang