Kehilangan

105 6 1
                                    

Hei para pengantin baru, berhati-hatilah jika kalian pergi berduaan. Kalian bisa saja kehilangan istri atau suami kalian

dalam perjalanan.

Bepergian dengan orang yang baru saja kita kenal, terang saja membuat kikuk dan salah tingkah tersendiri.

Ini kisahku, saat aku dan suamiku akan bepergian kesuatu tempat.

Anggaplah kami akan bulan madu. Bulan madu yang panjang, karena si dia harus meneruskan study di sana.

Kami tinggal di sebuah kota kecil, kalau ingin ke bandara terdekat, harus menempuh jarak sekitar 9 jam dengan menumpang di bus.

Saat sampai ke terminal kota tempat kami akan chek in pesawat, sesampainya di terminal. Si dia sedang mencari kendaraan yang akan kami gunakan untuk menuju ke bandara. Sementara itu aku, beristirahat di balkon terminal.

Saat sedang dengan tenangnya melepas lelah, aku merasakan ada yang lain di perutku. Ada sesuatu yang seakan memaksa-maksa untuk segera keluar dan membuat perutku mules.

Aku mencari-cari si dia yang katanya mencari kendaraan, tapi setelah hampir setengah jam aku menunggu belum juga muncul.

Aku semakin tidak tahan dengan desakan di perutku. Ingin rasanya menuntaskannya secepat mungkin. Aku segera berjalan dengan cepat, setelah memperhatikan beberapa saat dimana letak toilet.

Ternyata aku harus menghabiskan waktu yang lumayan lama juga di toilet. Sesaat kemudian, aku merasa khawatir, kalau-kalau si dia mencariku. Dia belum tahu benar kebiasaanku, bagaimana akan menemukanku.

Antara gelisah karena khawatir di cari dan belum tuntasnya keinginanku, aku sampai mengeluarkan keringat dingin dari tubuhku. Kaki dan tanganku seketika menjadi dingin, dan degub jantungku mulai tak beraturan.

"Ah bagaimana ini, pilihan ini terlalu sulit bagiku, "batinku.

Hingga akhirnya aku selesai dengan urusan toiletku. Aku keluar sambil celingak-celinguk, barangkali aku bisa menandai wajahnya disana.

Aku mulai gelisah, karena tak menemukan satu wajahpun yang kukenali.

Hingga kemudian aku merasa pasrah,"ah sudahlah. Aku kembali saja ketempat aku menunggu tadi, "pikirku.

Aku berjalan gontai, wajahku merunduk, antara kesal dan lelah, bercampur jadi satu.

" Kenapa pula harus sakit perut, kenapa pula tadi tak kutanyakan si dia, kemana mencari kendaraannya, kenapa tak kuperhatikan arah langkahnya agar aku bisa tah kemana di pergi, "batinku mulai berperang.

Hingga kemudian, aku merasa ada yang tak beres, sepertinya seseorang sedang memperhatikan tingkahku. Aku mengangkat wajahku dan melihat ke depan. Alangkag terkejutnya aku, saat menemukan wajah yang kukenali di depanku hadir dengan senyum secerah mentati, hingga gigi-giginya yang berjejeran rapi kelihatan.

Kau tau, kau sungguh menyebalkan, kenapa pula kau hanya memperhatikan sambil senyam-senyum sendiri,sementara aku tak tahu keberadaanmu.

Kalau saja aku bisa, ingin rasanya aku menggulung tubuhku, kemudian menggelinding jauh dari situ.

Aku mulai merasakan panas di pipiku, dan seperti ada jutaan kumbang yang menari diperutku.

Dasar si dia, ternyata di balik, sifatnya yang pendiam, usil juga.Nggak tahu apa jantungku hampir copot saat dia terus memperhatikanku

Sesampainya di bandara, aku yang pertama sekali kemari merasa kikuk dengan bandara yang begitu luas.

Sekarang, giliran si dia yang pamit ke toilet. Sementara aku menunggu di loby.

Aku tidak tahu seberapa lama pastinya, yang jelas, aku mulai panik saat si dia belum juga muncul, sementara sebentar lagi kami harus segera ke pesawat. Aku berjalan berputar-putar sekeliling loby, mau pergi mencari, nanti khawatir dia kami tidak bertemu kalau dia kembali.

Akhirnya setelah penuh harap, dan orang-orang sudah mulai memasuki pesawat, si dia baru muncul.

Ya Allah.. Inikah rasanya kehilangan itu? Diwarnai dengan debu dan airmata. Padahal hanya sesaat, tapi rasanya sudah bertahun.

Aku baru merasa apa yang dirasakan si dia tadi di terminal bus. Rupanya seperti ini menanti dan berharap bertemu dengan seseorang yang kita cari, sementara waktuny tak banyak lagi.

Sejak saat itu, aku selalu berusaha minta izin kalau hendak kemana-mana, walaupun cuma ke tetangga sebelah. Aku jadi tahu, ternyata mencari dan menanti itu tak enak. Bikin badan panas dingin. Dan seperti berada dalam suatu ruangan besar dan gelap.

Mungkin benar apa kata orang, jika istri itu adalah cahaya, maka suami itu ibarat suluh penunjuk jalan

KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang