36 - Unspoken

432 79 8
                                    

'Yewon koma'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Yewon koma'

'Bisakah kita lepas alat bantunya?'

'Aku tidak yakin Kimi akan bertahan'

'Kita akan kehilangan Kimi?'

'Kimi akan pergi'

Selama tiga bulan ini aku hanya bisa meratapi nasibku dan Chara.

Haruskah aku menyerah dengan keadaan dan membiarkan Yewon pergi begitu saja? Melihat Yewon dengan selang infus setiap hari, dan bahkan muncul kebiruan di tangannya karena reaksi obat yang tidak cocok dengan imunnya.

Aku adalah kepala keluarga, seorang ayah dari gadis yang berumur dua tahun, dan seorang suami dari wanita yang terbaring lemah tidak berdaya. Lagi-lagi, aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.

Terkadang aku berharap Shinbi noona dan Minhyun hyung tidak di obervasi kembali untuk menghilangkan kekuatan mereka. Jika kekuatan itu masih ada, maka mereka bisa berbuat sesuatu untuk menyembuhkan, atau paling tidak meringankan penderitaan Yewon. Penyesalan selalu datang terlambat. Setiap manusia pun sering merasakannya.

Ranjang Chara menyatu dengan ranjang Yewon. Ia sudah tahu kalau ibunya sakit dan belum bisa bangun untuk menggendongnya. Aku tidak mengerti mengapa ia tidak meronta, apalagi menangis. Ia hanya menurut dan menunggu Yewon sadar sepertiku.

Ku tautkan jemariku dengan jemari Yewon, dan menggenggam tangannya erat. Aku hanya terus berharap setidaknya biarkan kami mengucapkan selamat tinggal padanya. Setidaknya izinkan aku mengatakan bahwa aku sangat mencintai dan bersyukur bisa bersamanya.

Aku tidak meminta banyak Tuhan. Aku tahu Engkau jauh lebih menyayanginya dibandingkan siapapun. Tetapi sekali lagi aku mohon, izinkan Chara merasakan kasih sayang Yewon terakhir kalinya. Berikan kami sedikit waktu untuk bersama.

"Jika aku menyetujui mereka untuk mencabut semua alat bantu ini, kau pasti akan pergi meninggalkan kami."

"Chara rindu padamu, sayang."

"Ayo bangun"

Ku cium punggung tangannya berkali-kali. Air mataku terus menetes tanpa aku bisa menghentikannya. Aku bisa melihatnya saat ini, tapi entah mengapa aku sudah merasa bahwa aku kehilangannya.

Ku usap rambutnya yang baru saja ku cuci tadi pagi. Begitu harum, shampoo dengan yang biasa ia gunakan. Parfum yang menjadi kesukaannya juga ku semprotkan secukupnya di bajunya agar saat ia sadar, ia bisa mencium kesegaran seperti biasa.


Langkah kaki terdengar memasuki ruangan.

"Yoongi-ya sudah saatnya—"

"Aku tahu noona"

"Aku tidak mau menyuruhmu untuk ikhlas, karena sampai kapanpun, aku tidak bisa ikhlas melihat Kimi pergi begitu saja seperti ini"

[COMPLETED] SACRIFICESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang