"Apa kau tidur dengan baik? " pertanyaan pertama di hari baru ini terlontar begitu Claire melihat keponakannya menuruni tangga sudah dengan berpakaian rapi. Adrianna tersenyum dan mengangguk, "Selamat pagi, bibi. " wanita yang mengenakan kemeja abu-abu dengan rok hitam selutut bermotif awan putih itu segera mendudukkan dirinya di kursi meja makan, yang sudah tersaji sarapan buatan sang bibi di depannya. Bubur beras kental yang menyeruakkan aroma sedap dari kaldu daging dan rempah-rempah, dan beberapa potong sandwich itu terlihat menggiurkan di mata Adrianna.
"Kau akan ke kampus hari ini? " tanya bibi Claire sembari menuangkan bubur lezat di panci ke dalam mangkuk Adrianna.
"Hm, aku khawatir karena terlalu lama absen. " jawab Adrianna disertai dengan tawa kecil, membuat bibi Claire ikutan tersenyum, "Makanya jaga kesehatamu. Jika kau tidak memperhatikan dirimu sendiri, akan ada begitu banyak orang-orang di sekitarmu yang khawatir." Bibi Claire mulai mendudukkan dirinya di kursi, dan menyantap sarapan paginya bersama sang keponakan.
"Bibi... " Adrianna bergumam dengan nada ragu. Ia sama sekali belum menyentuh bubur di hadapannya.
"Hm? " Bibi Claire menatapnya sekilas, kemudian kembali menyantap bubur buatannya.
"Apa kau tahu fenomena sleepwalking? Kau merasa seperti mimpi, padahal sebenarnya kau beraktifitas dalam tidurmu. " ujar Adrianna sekali lagi.
Bibi Claire tampak terdiam sesaat dan meneguk air putih, kemudian melanjutkan sarapannya, "Ya, sepertinya aku pernah mendengar soal itu. Ada apa? Apa kau mengalaminya? "
Adrianna menghela nafas tampak frustasi bercampur bingung. Ia menyantap sesendok bubur lezat buatan sang bibi, tapi entah mengapa terasa hambar ketika lidahnya mengecap. Mungkin faktor penyebabnya adalah kegelisahan yang tengah ia rasakan saat ini, "Entahlah. Aku tidak yakin apakah aku benar-benar beraktifitas dalam tidurku. Tapi... Setiap malam aku selalu bermimpi. Mimpi yang terasa sangat nyata. Dan setiap malam, di dalam mimpiku, aku selalu melakukan aktifitas yang sama. " jelas Adrianna sambil mengaduk-aduk buburnya dengan sendok, tampak tak berselera lagi setelah suapan yang terasa hambar dan mengecewakan.
Bibi Claire memandang satu-satunya keponakannya yang amat berharga, dan tersenyum tipis, sangat tulus dan keibuan, "Jangan terlalu di pikirkan. Jangan memprediksi apa yang akan terjadi sebelum kau menemukan jawabannya. Jika kau terlalu banyak pikiran, kau akan kembali sakit dan membuat orang-orang cemas. " Bibi Claire meneguk tandas air putih di gelasnya setelah menyelesaikan sarapannya, "Habiskan sarapanmu jika kau masih sanggup. Jika tidak, jangan dipaksakan. Tapi setidaknya konsumsilah beberapa camilan saat di kampus nanti. Jangan biarkan isi perutmu kosong. " gumam bibi Claire memberi saran. Adrianna tersenyum tipis dan mengangguk. Ia menggigit sepotong sandwich dan segera meraih tas jinjingnya, "Aku akan pergi sekarang. Aku akan melanjutkan sarapanku di kampus nanti. " ucapnya. Bibi Claire ikut tersenyum melihat senyuman Adrianna yang telah kembali, kemudian mengantarkan keponakannya sampai depan pintu.
"Aku pergi dulu. Sampai jumpa. " Adrianna memeluk sekilas bibi Claire, membiarkan wanita paruh baya itu menghadiahkan kecupan lembut di keningnya,"Hati-hati di jalan. "
Adrianna tersenyum dan beranjak pergi untuk mencari taksi. Bibi Claire memandang punggung Adrianna yang semakin menjauh dengan senyuman, tapi ketika ia masuk ke dalam rumah dan menutup pintu, rautnya berubah menjadi sedih. Wanita itu berjalan dan mendudukkan dirinya dengan lemas di kursi meja makan. Matanya memandang pigura foto yang terpajang di dinding, yakni potret seorang pria bersetelan tuxedo yang yang tampak sangat tampan dan muda, dengan kulit seputih salju. Di sampingnya berdiri seorang wanita bergaun ungu yang tersenyum manis, menggandeng lengan pria itu. Mereka tampak seperti pasangan suami istri muda yang bahagia dan sangat serasi.
"Amber... James... " Bibi Claire menundukkan wajahnya dalam-dalam tampak dilanda kesedihan dan duka yang mendalam, "Beritahu aku, apa yang harus ku lakukan. "
KAMU SEDANG MEMBACA
My Half Blood Girl
Vampiros(SEQUEL ROYAL BLOOD - DANIEL WILLIAM MANHIVE) Dia cantik, dan sangat wangi. Rambutnya hitam kelam, lurus sebahu menyerupai benang sutera. Maniknya Indah, seperti kaca bening kebiruan yang bisa meluluhkan siapa pun dalam satu kedipan. Senyumnya sep...