Prolog

30 19 15
                                    


Disebuah rumah yang terlihat besar dan mewah, terdapat sebuah keluarga yang harmonis. Setiap hari selalu mereka lewati dengan senyum dan tawa. Tetapi suatu musibah datang menimpa keluarga ini dan membuat mereka semua bersedih.

Salah satu anggota keluarga ini harus pergi untuk selama - lamanya.

"Ma! Mama jangan tinggalin kita! Hiks~ Ma bangun!" ucap gadis itu sambil meratapi kepergian salah satu anggota keluarganya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Mamanya sendiri.

"Pa! Ini semua cuma bohong kan? Mama cuma bercanda kan Pa? " tanya gadis yang satunya lagi kepada seorang pria yang sedang menatap kosong ke arah jasad istri kesayangannya. Pria yang diyakini Papa dari 2 orang gadis itu hanya mengangguk pelan, matanya terus mengeluarkan air mata, seakan tak rela ditinggal pergi oleh istrinya.

Melihat anggukan Papa nya, salah satu dari kedua gadis itupun kehilangan keseimbangan dan

Brukk!

Gadis itupun terjatuh pingsan, dan gadis itu dibawa oleh gadis yang lainnya lagi kedalam kamarnya.

"Ra! Ra!" ucap cewek yang membawa gadis pingsan tadi kekamarnya. Tetapi tidak ada jawaban dari orangnya. Gadis itu tetap setia menunggu gadis yang tengah pingsan sampai akhirnya gadis itu pun siuman.

"Kakak? Aku kok disini? Berarti yang tadi itu cuma mimpi? Huhh syukurlah" ucap gadis itu kepada kakaknya. Kakak gadis itu menggeleng lemah, air matanya terus membasahi pipinya. Sehingga membuat gadis yang baru saja sadar itu berfikir kalau yang ia ucapkan itu salah.

Grepp!

Kakak dari gadis itu memeluk adiknya.

"Hiks hiks Ra kita harus bisa lewati cobaan ini" ucap sang kakak lirih sambil terus mengeluarkan air mata, bahkan gadis yang merupakan adik itu dapat merasakan air mata kakaknya membasahi pundaknya.

"Jadi yang tadi itu gak mimpi?" ucap sang adik sambil melepas kasar pelukan kakaknya, dan menatap intens manik mata sang kakak. Sedangkan yang bisa dilakukan sang kakak hanya mengangguk pasrah dan sedikit terisak.

Nanra, nama gadis yang pingsan itu. Chelsea Qiandra Anandhara, itulah nama lengkapnya. Ia melempar selimut yang menutupi tubuhnya kesembarang arah dan berlari menuju lantai bawah, dengan niat untuk memastikan apakah Mamanya masih ada atau justru sebaliknya.

Setelah sampai dilantai bawah, yang dia lihat hanya bekas botol minum yang berserakan dan seseorang yang tengah melamun dengan tatapan kosong dan fikiran kosongnya, yang diyakini kepala keluarga di rumah megah ini.

Nanra berjalan pelan kearah Papanya, sebenarnya fikirannya mengatakan bahwa semua itu bukan mimpi, tetapi hatinya masih terlalu sakit untuk menerima kenyataan pahit itu dan bersikeras untuk menentang fikirannya.

"Pa, Mama dimana?" suara Nanra terdengar lirih, sepertinya ia sudah yakin kalau semua ini bukan mimpi, terlihat matanya sudah berkaca kaca dan hanya dengan sekali kedipan cairan bening itu pasti akan meluncur jatuh membasahi pipinya.

Papanya hanya diam dan menatap Nanra sendu. Melihat ekspresi Papanya, membuat Nanra benar benar percaya akan keadaan sekarang, tetapi tetap saja hatinya mengatakan tidak.

"Pa! Jawab Nanra! Mama dimana? " dia mengulang pertanyaannya kembali.

"Mama sudah tenang diatas sana Ra" sela sang kakak, Desya.

Deg!
........Tes!

Air mata Nanra kini membasahi wajahnya, ia menutup matanya. Lalu menarik nafas panjang dan menghapus kasar air matanya. Ia membalikkan badannya menghadap Desya, kakaknya.

"Please kak... Kali ini aku serius, jadi to-"

"Kakak juga serius Ra! Dari tadi kakak udah jelasin sama kamu, tapi kamu gak percaya!" potong Desya. Nanra menatap kakaknya sendu, air matanya kembali jatuh. Ia menundukkan kepalanya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, badannya bergetar hebat akibat sesenggukannya.

Desya berjalan kearah adiknya itu lalu memeluknya, guna memberi ketenangan kepada Nanra.

Nanra melepas pelan pelukan itu, lalu memegang tangan kakaknya. Ia menatap mata kakaknya sendu.

"Kak.. " lirih Nanra, ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Kita bisa Ra, kita bisa lewatin ini semua tanpa Mama hiks hiks. Kita harus kuat, yang kita punya sekarang hanya Papa" ucap Desya sambil menampung wajah adiknya itu dengan tangannya.

"Papa!" Nanra berlari kearah Papanya lalu memeluk beliau erat, begitupun dengan Desya. Ketiga insan itu saling menangkan satu sama lain.

Selesai

Hi! Aku kembali dengan cerita baru. Semoga kalian suka. Jangan lupa vomment nya ya. Dan juga saran/kritik nya ditunggu.

ILY ❤

End Here!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang