Rindu Mama

25 19 16
                                    


Chelsea Qiandra Anandhara=

6 Bulan Kemudian...

"Hei cewek!" ucap ketiga orang lelaki yang tidak kukenal. Ku perhatikan ketiga orang ini dari unjung kaki sampai ujung rambut, sepertinya mereka orang yang tidak baik.

"Nanra sayang... Kalau ada orang yang tidak kamu kenal, terus ngajak kamu kesuatu tempat, jangan mau. Kamu lari aja sampai ketemu tempat yang ramai. Terus kamu teriak sekencang - kencangnya minta tolong. Okay sayang, kamu ngerti maksud Mama kan?"

Ucapan itu terlintas difikiranku, itu adalah ucapan Mama. Aku sudah lama tidak mendengar suara Mama, dan nasehat Mama. Mama sudah pergi meninggalkan kami 6 bulan yang lalu. Aku sangat rindu Mama.

"Si-siapa kalian?" tanyaku sambil terus melangkah mundur menjauhi ketiga orang bermuka dekil ini.

"Ayolah bersama kami" kata salah seorang dari mereka, dan memegang tanganku. Aku sangat takut.

"Gak mau, lepasin!" Aku pun melepas kasar pegangan orang tersebut.

"Ni cewek, dibilangin baik baik malah ngelunjak ya!" ucap orang itu lagi sambil memegang tanganku semakin erat. Aku pun menggigit tangan orang tersebut dan menendang perutnya. Dengan perasaan yang bercampur aduk, akupun berlari sekuat tenaga menjauhi tempat itu.

"Hosh hosh Siapa pun tolong aku! Hiks hiks" teriakku masih dalam keadaan berlari. Aku melihat kebelakang dan mereka tidak mengikutiku, tetapi aku terus berlari dan akhirnya aku sampai di TPU tempat Mama dimakamkan.

"Hosh hosh hosh Ma Nanra datang" sapaku ketika aku berada disamping kuburan Mama.

"Aku yakin pasti Mama senang aku datang, diatas sana"

"Mama, tadi Nanra dikejar sama orang jahat, tapi Ra ingat nasehat Mama dulu, dan Ra ikutin nasehat Mama. Mama tau gak kalau Nanra kangen banget sama Mama hiks hiks. Mama kenapa tinggalin Nanra hiks hiks" lirihku sambil memeluk kuburan Mama.

••••••••

Saat ini aku sudah berada dirumah. Rumah ini sangat sunyi tanpa kehadiran Mama. Biasanya kalau aku pulang, Mama selalu menungguku diambang pintu, tetapi sekarang tidak ada sosok itu yang menunggu ku di pintu.

"Ra, kamu sudah pulang. Dari mana aja sih? Kakak khawatir" ucap Kakak ku yang baru turun dari tangga dan berjalan kearahku.

"Hmm itu kak, aku dari kuburan Mama" balasku sambil menatap Kak Desya sekilas lalu melanjutkan langkahku keatas tangga untuk kekamar ku.

"Hoo yasudah kamu mandi dulu sana. Habis itu turun ya, kita makan malam"

"Hm"

Ceklakk~~

Kubuka pintu kamarku, lalu berjalan kearah meja yang terdapat disamping tempat tidurku. Disana terdapat fotoku bersama Mama, kuambil foto tersebut lalu memeluknya.

"Kapan kita bisa kumpul bareng lagi Ma? Nanra rindu Mama... " ucapku lirih.

"Nanra! Ayo makan! " teriak Kak Desya dari bawah. Mendengar teriakan nya akupun langsung bergegas mandi.

20 menit kemudian aku telah selesai melakukan aktivitas mandiku, dan bersiap siap untuk makan malam.

Sesampainya di ruang makan, aku melihat kearah meja, banyak makanan terletak disana, dan ada juga makanan favorit ku disana.

"Nanra, sini duduk samping Papa" yang ngomong itu Papa, sambil nepuk nepuk bangku disampingnya agar aku duduk disana. Kami bertigapun makan. Sampai akhirnya Papa pun membuka pembicaraan dan memecah keheningan.

"Sya, Ra. Papa besok akan pergi ke Australia, ada urusan pekerjaan, jadi-"

"Pa, Papa tega ninggalin kami, Papa gak kasihan apa lihat kami berdua ditinggal, pertama Mama yang ninggalin kita, sekarang Papa. Terus siapa dong yang ngasih kami uang?, aku kan butuh refreshing Pa" potongku panjang lebar.

Kak Desya yang mendengar ucapanku hanya tertawa sambil menggeleng gelengkan kepalanya. Sedangkan Papa hanya menyimak ucapanku dan terlihat sedang berfikir.

"Kalau uang kamu tenang aja Papa akan transfer setiap bulan ke rekening kamu dan Desya, tapi ingat! Jangan boros dan terlalu berlebihan" kata Papa sambil memberi penekanan pada kata 'Boros dan Berlebihan'.

"Pa-Pa, Papa kayak gak tau Nanra aja, pasti setelah Papa transfer, uangnya langsung habis" Timpal kakak sambil tertawa geli. Aku yang mendengar nya hanya menyengir, karena aku tau kalau sifatku memang seperti itu.

"Dan masalah yang bantuin kalian berdua di rumah, Papa akan memberikan Asisten rumah tangga, jadi kalau misalnya Desya gak sempat masak, Asisten itu yang akan membantu kalian, tetapi Nanra, kamu harus membantu Asisten itu memasak, ketika kakak kamu lembur dan gak sempat masak" jelas Papa.

Memang sih dari dulu kami gak pernah makai jasa Asisten Rumah Tangga, dan yang mengurus rumah kami yang besar ini hanya Mama, dan kadang Kak Desya juga ikut membantu. Sedangkan aku hanya berdiam diri dikamar sambil mencari kesibukanku yang tidak bermanfaat tetapi menyenangkan bagiku. Seperti main Hp, baca novel, nonton TV, dan masih banyak lagi.

"Oh iya Pa, Asisten baru kita wanita? Hmm tapi Pa apa gak baik kalau dirumah ini hanya ada wanita, kalau ada maling siapa yang ngelawan?" ucap Kak Desya, ucapan kakak benar. Aku sangat setuju.

"Siapa bilang cuma wanita aja?" kata Papa sambil tersenyum miring.

"Aku dan Nanra cewek, Asisten juga ce--"

"Cowo" potong Papa yang membuat aku dan kakak saling menatap bingung.

"Cowo?!" tanya kami berdua bersamaaan. Dan yang lebih membuatku kesal, Papa hanya menjawabnya dengan anggukan lalu berlalu meninggalkan kami berdua dimeja makan dan pergi kekamarnya.

"Papa!" rengekku, aku benar benar kesal kali ini.

"Sudahlah, kita lihat saja besok. Sekarang cuci piring kamu dan kembali ke kamar" perintah kakak yang semakin membuatku kesal.

Hm aku hanya menjawabnya dengan deheman. Aku kesal!

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

End Here!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang