Part 16

928 79 4
                                    

Di dalam kamar Ito, Kris sedang berbaring saat Ravi tiba-tiba membuka pintu kamar dan masuk.

"Kris, waktu kita nggak banyak. Masalah nggak enak sama Kak Agung urusan belakangan." Setelah menjelaskan masalah kedatangan Pembimbing Lapangan, Ravi mencoba membujuk Kris. Demi berjalannya program mereka, Kris pun siap jika harus meminta maaf pada Agung.

Kris ternyata sama dengan Agung. Sama-sama merasa tidak enak. Entah kuasa apa yang merasuki diri mereka, tapi mereka jadi saling merasa bersalah.

Bahkan, untuk orang-orang yang telah duduk manis di ruang tamu, merasa bersalah terhadap semua anggota posko.

Rapat sekaligus acara saling minta maaf dilakukan setelah makan malam. Agung mengatakan seperti yang dikatakannya pada Milla saat duduk di batu besar, dengan tambahan kalau dirinya sebenarnya panik dan takut bila mereka tidak dapat menyelesaikan program dengan baik. Persis seperti dugaan Milla.

Kris juga meminta maaf dan mengaku salah.

Adegan lain yang membuat semua anggota senang melihatnya adalah adegan di mana Agung dan Kris serta Ravi yang saling memaafkan disertai pelukan hangat. Meski, Ravi hanya mengikuti adegan pelukannya karena terlebih dahulu sudah saling minta maaf dengan Agung.

Tidak heran seruan "Cieee," terdengar mengisi ruangan.

"Gue udah liat keadaan kebun di sini. Selama beberapa hari ini, Michel juga temenin gue buat nanya-nanya kendala petani di sini." Fina membuka suara.

"Oh!" Febi berseru. "Jadi kalian ngilang beberapa hari ini karena itu?" Febi teringat dengan Fina dan Michel yang sering menghilang dari penginapan dan kembali saat malam. Michel hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Terus, gimana?" Agung ingin Fina melanjutkan pembicaraan yang dipotong Febi.

"Mereka memang menanam sayuran sama bahan-bahan dapur, tapi masalahnya jarang dipupuk." Fina memperbaiki ucapannya. "Bukan jarang dipupuk, malah ada yang nggak dipupuk karena kehabisan."

"Menurut lo, sayuran apa yang cocok di tanam disini?" Kris ikut bertanya.

Fina tampak berpikir. "Gue kurang tau. Waktu gue tanya-tanya, banyak sayuran yang bisa tumbuh di sini. Tapi, kentang sama wortel kayaknya nggak ada, mungkin bisa dicoba untuk tanam wortel dan kentang. Kesulitannya nanti, mungkin di pupuknya."

"Kalo masalah pupuk." Ravi langsung menyambung. "Kayaknya gue punya solusi. Gue tau cara bikin MOL. Sekalian nanti kita ajarin cara bikinnya."

Semua anggota menatap Ravi heran.

"Mikro Organisme Lokal," Milla langsung menambahkan ketika melihat wajah-wajah yang diraihnya sedang berpikir kalau Ravi ingin membangun mall. "Bisa dibilang sebagai pupuk organik jadi nggak ngerusak lingkungan juga." Jelasnya.

"Oh~" semua berseru secara harmonis.

Agung mengangguk-angguk, "Kalau gitu, Milla lo bisa bantuin Ravi." Agung melanjutkan. "Gue juga liat di samping rumah Pak Kades ada mesin bajak lahan. Kayaknya nggak pernah dipakai. Nanti deh, gue liat lagi terus nantinya kita ajarin warga cara pakai mesinnya."

Semuanya mengangguk mengiyakan. Satu lagi yang bisa dijadikan program selain pembuatan MOL dan bibit tanaman yang melingkupi kentang dan wortel.

"Berarti," Toni berbicara, "Gue bikin jadwal untuk pertemuan sama petani? Kan kalian pada mau ngajarin." Toni merasa kedudukannya sebagai sekretaris akhirnya berguna, selain hanya mencatat hasil dari setiap evaluasi dan rapat dadakan saat ini.

"Oke. Gue serahin sama lu, Ton, kalo soal jadwal."

"Emm..." Michel yang awalnya diam jadi ikut membuka suara, "Kalau gitu biar gue yang ngajarin anak-anak."

"Gue bantuin lo, deh, Chel." Seru Febi karena dia juga belum mendapatkan tugas.

Karena tugas Toni tidak terlalu berat, dan dia bilang akan membantu yang lainnya jika sudah selesai menyusun jadwal -yang nantinya akan didiskusikan kembali- Ahmad mengatakan akan membantu Agung. Sedangkan Kris, akan ikut membantu pembuatan MOL.

Ruang tamu sudah sepi. Agung dan Ahmad memilih pergi ke rumah Pak kades untuk menanyakan perihal mesin bajak lahan yang ditutupi dengan terpal di samping rumah. Tidak ingin mengganggu tiga orang yang sedang menyusun rencana pembuatan MOL; Febi, Fina, dan Michel memilih untuk langsung beristirahat. Toni memilih menyusun jadwal di dalam kamar.

"Lo mau bikin MOL apa, Rav?" tanya Milla. Kris memilih diam dulu dan mengikuti saja. Dirinya tidak tahu bahkan baru mendengar istilah MOL.

"Rebung bambu. Bahannya juga gampang." Jawab Ravi.

"Masalah rebung bambu," akhirnya Kris mendapat kesempatan yang tepat untuk bicara. "Kita bisa minta bantuan pemuda desa buat nyari rebung bambu."

"Oke." Ravi mengiyakan. "Lo udah catat bahan-bahan yang kita omongin tadi kan, Mill?" Ravi memastikan sambil melihat catatan Milla.

Milla membaca kembali catatannya yang sudah dilihat Ravi. "Air cucian beras, gula merah, terus sama rebung bambu." Ditulisnya bahan terakhir yang belum sempat masuk ke dalam daftar.

***

Agung dan Ahmad sibuk memperbaiki mesin bajak lahan sejak kemarin hari. Mesin yang merupakan bantuan pemerintah tersebut, ternyata belum pernah digunakan. Setelah dicek oleh Agung, ternyata ada sedikit kerusakan. Beruntung, Agung menyanggupi untuk menanganinya.

Masalah pembuatan MOL juga terbilang aman. Dibantu pemuda desa, mereka mengumpulkan rebung bambu secukupnya, kemudian mendatangi rumah warga dan meninggalkan pesan agar air cucian beras tidak langsung dibuang, disertai penjelasan tentang Mikro Organisme Lokal.

Jadwal juga telah ditentukan. Selasa besok, Ravi yang di bantu Milla dan Kris akan mengajarkan cara pembuatan MOL sekaligus dengan bibit tanaman yang akan dibeli Fina di kota.

Bukan hanya pembuatan MOL, tetapi cara untuk menggunakannya juga. Bagaimana perbandingan MOL dengan air yang akan digunakan. Dan Ravi selalu mengingatkan dirinya agar nantinya tidak lupa untuk memperingatkan warga kalau saat fermentasi nanti, wadah fermentasi haruslah tertutup rapat dan tidak boleh dibuka selama dua minggu ke depan.

Fina juga sudah siap dengan bibit sayuran yang didapatkannya di kota. Walau katanya, harganya lumayan mahal.

Dan jikamesin bajak lahan telah selesai, giliran Agung yang akan memberitahukan carakerjanya. Mesin itu tidak pernah digunakan karena tidak ada yang tahu caramenggunakannya.

KKN Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang