Part 13

1K 76 0
                                    

 Jeremi hampir saja mengeluarkan sumpah serapah dalam Bahasa Korea saat Ravi begitu saja masuk ke dalam kamarnya. Jeremi yang sedang bersiap mengganti pakaiannya dengan cepat menurunkan tshirt yang sudah setengah menampakkan bagian perutnya. Salahnya juga tidak mengunci pintu.

"Lo ngapain di sini?" tanyanya kesal bercampur dengan rasa terkejut.

Sambil berbaring di atas kasur, dengan santai Ravi menjawab, "Gue udah izin sama Pak Kades bakal tidur di sini."

"Tapi kenapa harus di kamar ini? Kamar Ito noh."

"Kris udah duluan ke kamar Ito. Lo kira kasurnya Ito bakal muat buat 3 orang?"

"Gue nggak bisa tidur kalo ada orang lain di samping gue." Jeremi beralasan.

"Kalo gitu lo nggak perlu tidur, anggap aja lagi jagain gue."

"Lo kebangetan, ya," ucap Jeremi lalu mengganti tshirt yang tadi sempat gagal dilakukannya.

Selesai mengganti tshirt yang tadi dikenakannya dengan tshirt hitam yang sudah melekat di tubuh, Jeremi langsung menuju kasur dan berbaring di samping Ravi.

"Lo nggak mau nanya kenapa gue tidur di sini?" tanya Ravi sambil menutup kedua matanya.

"Pasti masalah posko, kan?" Jeremi menebak.

Kemudian tidak ada balasan dari Ravi. Melihat kejadian tadi, perkiraannya sudah pastilah benar ditambah dengan dirinya yang diusir secara tidak langsung tadi, pasti sempat terjadi ketegangan di antara mereka.

Ravi sendiri berpikir kalau saat ini adalah saat yang tepat menanyakan tujuan Jeremi jauh-jauh datang ke sini. Tapi, buru-buru dihilangkannya pikiran itu. Bukan urusan Ravi juga. Kenyataan bahwa orang yang sedang berbaring di sampingnya pernah menjadi bagian dari kenangan Milla dan pernah mengisi hari-hari Milla entah kenapa menjadi ketakutan baginya.

Dan tanpa sadar, Ravi menjadi gelisah memikirkan jika pada akhirnya nanti orang ini kembali menjadi bagian dari hari-hari Milla. Apalagi, setiap hari orang ini selalu mengekori Milla, dan Milla sepertinya tidak keberatan.

"Udah lama lo kenal Milla?" terlalu awal untuk Jeremi tidur. Pertanyaan itu begitu saja keluar dari mulutnya.

"Lebih lama elo kayaknya." Ravi membalas.

Jeremi tersenyum, "Percuma kenal lama kalo sekarang dia kayak nggak pengen kenal gue lagi."

"Minta maaf." Kata Ravi seolah tahu persoalan antara Milla dan Jeremi. Padahal dia hanya mengira-ngira saja, mungkin Jeremi sempat melakukan kesalahan.

"Susah. Gue mau jelasin aja dia kayak nggak mau dengerin." Keluh Jeremi.

Dalam pikirannya, Ravi memikirkan kesalahan seperti apa yang dilakukan Jeremi sampai Milla tidak ingin mendengarkannya?

"Lo suka sama Milla, kan?" tanya Jeremi saat tak kunjung mendapatkan balasan.

Ravi terkejut dengan pertanyaan itu. Tapi, Jeremi tidak dapat melihatnya karena posisi tidur Ravi yang membelakangi Jeremi.

"Jujur aja. Gue tau kok." Desaknya.

"Kalau iya, gue suka Milla, kenapa?" Balas Ravi.

Jeremi tidak membalas lagi. Jeremi tahu, saat seperti ini akan tiba juga. Saat di mana seseorang menyukai Milla dan menggantikan posisinya. Ah, Jeremi lupa, posisinya sudah kosong sejak 3 tahun yang lalu. Dan saat ini, dia mendengarkan orang lain itu secara langsung mengatakan menyukai Milla.

First love bukan berarti bisa jadi last love 'kan?

Pertanyaan yang dianggapnya ancaman kembali berputar di otak Jeremi. Dia tahu benar kalau pertanyaan itu secara tidak langsung mengancamnya dan sekaligus menyatakan kalau posisinya siap digantikan Ravi.

KKN Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang