Chapter 3 : Between Us

194 31 15
                                    


Chapter 3: Between Us


'Ah, penggemar sialan! Tak bisakah sehari saja tidak mengerubungiku?! Sial!' Rutuknya dalam hati sementara mata coklatnya masih menatap awas sekeliling. Saat ini ia tengah berjongkok di balik semak-semak; berusaha menyembunyikan tubuh besar dan warna rambut pirangnya yang mencolok dari kejaran para pengemar fanatiknya. Ia lelah dan muak selalu dikejar-kejar dan dikerubungi oleh mereka setiap hari. Dan hari ini, ia pun memutuskan untuk melarikan diri.

Serta merta ia kembali merunduk rendah, hidungnya hampir saja mencium tanah; saat segerombolan gadis lewat tak jauh dari tempatnya bersembunyi sembari berteriak-teriak memanggil namanya. Ia kemudian menarik nafas lega saat tak ada satupun dari mereka yang menyadari keberadaannya.

'Hah, syukurlah mereka tidak-'

"Wah, wah, wah... Lihat apa yang kutemukan di sini."

Suara seseorang dari balik punggungnya itu membuatnya sontak memalingkan wajahnya; kaget. Mata coklatnya pun beradu dengan sepasang mata hitam keabu-abuan yang sedang menatapnya dengan penasaran.

"Ah, rupanya hanya kau." Ujarnya sambil menghembuskan nafas lega; senang karena ternyata sosok itu bukan salah satu dari para penggemarnya. Dan pria di depannya itu menaikan sebelah alisnya.

"Apa yang selebriti sekolah ini lakukan dengan berjongkok di semak-semak sementara kelas sudah dimulai beberapa menit lalu?" tanya lelaki itu penasaran; membuatnya merotasikan bola matanya malas saat mendengar apa yang diucapkan lelaki di depannya ini.

'Hah, dimulai katanya? Apa karena saking sipitnya sampai dia tak melihat ini sudah jam berapa?'

"Oh, tolong, jika kau tidak menyadarinya, kelas akan segera berakhir. Dan seharusnya aku yang bertanya padamu. Apakah kau membolos lagi, Tuan Kwon? Untuk apa? Merokok lagi?" dengusnya kesal.

"Itu bukan urusanmu, Kim Mingyu." Ujar pria itu dingin. Tak ada lagi binar penasaran terpancar dari matanya; hanya wajah datarnya yang kini menatapnya. Ia mendengus; senyuman sinis terpampang di wajahnya. Matanya menatap datar sosok pria berperawakan tanggung di depannya.

"Hal yang sama juga berlaku untukmu, Kwon." Balasnya ketus. Pria dengan rambut hitam kebiruan itu hanya menggedikkan bahunya kemudian berlalu pergi meninggalkan Kim Mingyu seorang diri.

Pria jangkung itu memandangi sosok pemuda Kwon hingga menghilang dari pandangannya sebelum menghembuskan nafas yang tanpa sadar ia tahan.

"Hah! Siapapun yang mengatakan Kwon Soonyoung itu bisu, pasti gila dan tuli!" Gerutunya sambil mengurut dada sementara matanya kembali melihat ke sekeliling dengan gusar.

"Ah, sebaiknya aku segera pergi dari sini sebelum para gadis itu menemukanku." Gumamnya pelan dan kemudian mulai merangkak menjauhi tempat itu.

Setelah beberapa meter ia pun berhenti. Ia berjongkok kemudian berdiri perlahan; membersihkan celananya yang kotor sebelum kembali berjalan dengan langkah kaku.

'Aish! Sungguh konyol! Kenapa aku malah merangkak seperti itu?! Ah, ini gara-gara penggemar sialan dan si Kwon 'bisu' itu!'

Ia terus menggerutu dan mencaci maki dirinya sendiri; kesal dengan kekonyolan yang baru saja ia lakukan. Beruntung tak ada orang yang melihat tingkah konyolnya itu. Ia pun kembali meneruskan perjalanannya yang sempat tertunda. Namun, baru berjalan beberapa langkah, sesuatu membuatnya berhenti mendadak dan kembali berjongkok di balik semak-semak.

"Hm? Bukankah itu Lee Jihoon? Apa yang ia lakukan di sini? Tidur siang?" ujarnya sembari beringsut mendekat, ke arah seorang pria dengan perawakan pendek dan berambut merah yang sedang duduk di bawah pohon.

Matanya melebar perlahan dan mulutnya terbuka; tak percaya dengan apa yang telah ia lihat. Ia berkedip beberapa kali kemudian kembali menatap lekat; mencondongkan tubuhnya ke depan tanpa ia sadari.

"Tidak mungkin..." ujarnya sedikit keras.

"Siapa di sana?!" seruan keras dari mulut si mungil berambut merah membuatnya tersadar dan kembali merunduk dengan cepat sembari menutupi mulutnya dengan kedua tangan; panik seketika menjalari tubuhnya.

"Sial!" ucapnya pelan; kesal dengan dirinya sendiri yang ceroboh.

'Aish! Habislah aku sekarang!'

"SIAPA DI SANA?!!" Pria berambut merah itu kembali berteriak; membuatnya terdiam kaku sebelum cepat-cepat kembali merangkak meninggalkan tempat itu.

Setelah dirasa jaraknya cukup aman dan memastikan tidak ada yang mengejarnya, pria bertubuh jangkung itu kemudian berhenti dan menghela nafas lega. Ia pun mendudukan dirinya di tanah dengan punggung bersender pada batang pohon; tak peduli jika hal itu akan membuat pakaiannya kotor. Yang terpenting untuknya saat ini adalah dirinya kini bisa bernafas lega.

"Hah, hampir saja." ujarnya sambil berusaha mengatur nafasnya.



-*-



BAMM!!

Kaget dengan bunyi keras itu membuatnya memutar tubuhnya dengan cepat untuk kemudian melihat sosok lelaki tinggi kurus berambut kecoklatan yang berjalan dengan kepala tertunduk; masuk ke dalam ruangan kelas yang hampir kosong itu. Dan ia pun kembali menghela nafas lega untuk kesekian kalinya di hari itu.

'Kenapa orang senang sekali membuatku terkejut hari ini?'

"Kau mengagetkan ku saja, Jeon Wonwoo." Ujarnya sembari kembali bersandar pada kursinya; merasakan seluruh energinya seolah terhisap keluar dari tubuhnya. Ia pun mendesah pelan dan menutup matanya.

"Maaf." Gumam pria berambut kecoklatan itu pelan dengan suara yang sedikit bergetar. Mendengar nada enggan dari pria itu membuat rasa penasarannya tiba-tiba meningkat. Ia pun membuka matanya dan menatap pada sosok pria itu; penuh rasa ingin tahu.

"Terjadi sesuatu?" tanyanya.

"Aku yakin itu bukan urusanmu, Kim Mingyu." Pria bermarga Jeon itu menjawab dengan ketus. Ia pun menatap lelaki itu dengan alis terangkat dan kemudian menggedikkan bahunya.

"Hey, tenanglah, aku hanya bertanya, Jeon." Ujarnya datar. Lelaki itu hanya menatapnya tajam sebelum kemudian berjalan ke tempat duduknya yang hanya beberapa meja di depan bangku yang sedang ia duduki; mengemasi barang-barangnya.

Ia menatap pria itu lekat tanpa berbicara sepatah kata pun; matanya mengikuti pergerakan Jeon Wonwoo dengan seksama. Dan ia pun menyadari mata lelaki itu tampak sedikit berkaca-kaca dan memerah; membuatnya berasumsi bahwa pria di depannya ini baru saja menangis.

'Ia mungkin baru saja dicampakkan oleh gadisnya.' Pikirnya dan kemudian membuang nafas pelan saat lelaki itu berbalik dan kemudian kembali berjalan ke arah pintu. Ia melemparkan pandangannya ke luar jendela kelas dan dalam diam ia mendengar langkah kaki itu perlahan semakin menjauh dan menghilang dari ruang dengarnya.

"And here I am trying to get rid of my damn fangirls." kekehnya pelan sembari menghela nafas berat dan kembali memandang ke luar jendela kelas.

-*-

Code Name: Blue (Enigma)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang