M●4 Mosque

66 4 0
                                    

Hola n howdy!

Bai de wei, maaf seribu maafff karena baru bisa up chap 4 malam ini :((( setelah sekian abad vakum tanpa kabar😭

Well, one more again I'll say am so sorry.

Happy reading!

🌵🌵🌵

Selepas mengisi lambung di kafe D'Sain sekaligus nongki-nongki a la anak muda jaman milenial, aku meminta tolong Hana untuk mengantarkanku menuju Masjid Al-Ukhuwwah. Sebuah Masjid yang kata warga, sukses dengan penerapan konsep dont judge by the cover-nya.

Ramai sekali, batinku setelah sampai di serambi masjid. Maklum, karena setiap harinya Masjid Al-Ukhuwwah ini memang selalu memberikan pelayanan maksimum dan tidak tanggung-tanggung pada para jamaah. Seperti pengadaan wifi, canteen, rest area, dan fasum lainnya. Aku jadi yakin, ta'mir dan marbot di sini memiliki mindset menanamkan kembali eksistensi dan nilai-nilai masjid pada zaman Rasulullah. Salah satunya yakni dengan menjadikan masjid sebagai pusat peradaban.

Tanpa dikomando, langkah kakiku langsung membaur dengan jamaah lain. Melenggang menuju aula akhwat untuk mengikuti kajian fiqh wanita yang berlangsung selama satu jam. Kemudian berlanjut sholat maghrib dan selepas itu, aku memutuskan untuk segera pulang ke kontrakan sebelum seorang gadis kecil mencegah jalanku dengan memberi sebuah kertas putih lecek.

"Ini dari si-" belum selesai aku bertanya, satu tangan gadis kecil itu terangkat menunujuk ke arah kamar mandi perempuan. Dia lalu tertawa menggemaskan dan berlarian menyusul sang Ibu yang telah berjalan jauh beberapa meter di depannya.

Perlahan, tanganku membuka kertas itu. Seketika mataku terkunci dengan dua kata yang tidak kumengerti maksudnya.

HELP ME!

Pikiranku masih buntu, terlebih saat mengetahui tinta merah ini tercium bau seperti darah.

Aku cepat-cepat menuju kamar mandi perempuan seperti clue dari gadis kecil tadi. Kupikir, seseorang memang benar-benar membutuhkan pertolongan segera.

Sesampai di sana, aku langsung mencari satu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Setelah kutemukan, kuketuk beberapa kali pintu tersebut dan kudorong sedikit kenopnya.

Perlahan, dan..

Cklek!

Dalam hitungan detik tubuhku mematung. Mataku terbelalak lebar saat mengetahui bahwa yang kulihat saat ini adalah..

Bukan seorang perempuan dengan gamis panjang menjuntai..

Bukan seorang perempuan dengan bercak darah di sekujur tubuhnya..

Bukan seorang perempuan dengan tatapan sendu, sedih, dan takut..

Bukan pula seorang perempuan dengan tangis yang menghiasi wajahnya karena menanti pertolongan..

Tapi..

"ALLAHU AKBAR!"

Teriakku yang kemudian diikuti beberapa langkah kaki menuju kamar mandi perempuan. Masih dengan tangan gemetar memegangi kenop pintu dan wajah pucat ingin mengumpat, aku menutup kembali rapat-rapat pintu tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAHAR(DIKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang