Aku Diana ,terik matahari terasa membakar kulitku setiap hari , hingga senja tiba dan sang mentari pun mulai turun dan kembali ke singgahsana nya yang megah .
Aku masih saja termenung dan terpaku .
Jujur saja , rasa yang kusimpan semakin hari semakin melukaiku , tak pernah ku bayangkan aku bisa jatuh cinta hingga seperti ini. Perlahan ku melangkah , mengambil buku harianku yang mungkin telah bosan mendengarkan curahan hatiku yang selalu berisi tentangmu.Kutulis kata demi kata , bait demi bait tentang dirimu. Keheningan malam seakan membuatku larut dan tenggelam akan bayang bayangnya . Dan kau tau? Aku pun sangat lelah menuliskan isi hatiku yang sebenarnya tidak berguna karenanya. Bagiku cinta adalah sesuatu yang bercahaya yang dapat menyinari hari dan hatiku. Namun karenamu aku tidak memerlukan cinta lagi. Terik panasmu membangunkan semangatku. Panasmu ku terjangi demi untuk menunggunya yang tak pasti. Hai matahari , andai saja aku dapat berbicara denganmu dan andai saja kau mengerti perasaanku tapi rasanya itu tak mungkin.
Hari hariku terus berlalu. Dan aku masih saja terpaku disini untuk terus mengharapkannya. Aku bersyukur kau masih ada disini menemaniku dan menerangiku di setiap hariku yang gelap. Aku ingin berteriak dengan kencang dan berkata apa yang sedang aku pendam didalam hatiku ini. Tapi untuk apa berteriak kencang dan menjelaskan semuanya jika tak ada yang mendengar.