1. Malam Pertama

127 25 60
                                    

Acara resepsi baru saja usai . Seluruh keluarga sudah beristirahat di kamar masing-masing di hotel tempat diadakannya resepsi . Kini yang bisa Gio lakukan hanya berbaring menatap plafon . Ia tidak pernah membayangkan akan menikah secepat ini . Dengan perempuan berhijab pula . Sama sekali bukan tipenya . Ada sedikit rasa penyesalan saat ibunda Gio , Ibu Arini menawarkan kesepakatan padanya . Beliau berjanji akan mengeluarkan Gio dari pusat rehabilitasi jika Gio setuju dengan apapun persyaratan yang diajukan ibundanya . Yang ternyata salah satu persyaratan itu adalah menikah dengan gadis pilihan sang bunda .

Di ujung sofa sana , gadis yang kini bertatus istrinya sejak tadi hanya menunduk sambil meremat kedua tangan . Ia tidak tau harus melakukan apa . Sejak pertama kali bertemu setelah ijab qabul , mereka sama sekali belum saling bicara . Hanya saling melempar senyum palsu saat diminta fotografer untuk pengambilan gambar .

Bianca tau , pria yang menjadi suaminya itu pernah direhabilitasi karena overdosis sabu-sabu . Namun karena permohonan ibunda Arini yang mengatakan Gio bisa berubah hanya jika menikah dengan Bianca , bianca akhirnya menyetujui menikah . Dengan pertimbangan semoga saja rumah tangga yang akan mereka jalani bisa menjadi sumber pahala bagi Bian menuju surganya Allah .

Tok tok tok...

" Bianca !! "

" Iya sebentar "

Bianca bergegas menuju pintu dan menatap layar interkom. Ternyata itu ibu mertuanya .

" Loh koq bian belum ganti baju ? "

" Ehh iya bun , bianca tadi istirahat sebentar "

Arini menelisik wajah ayu menantunya . Terlihat sekali bahwa bian memang kelelahan . 

" Maaf ya nak , kamu pasti capek banget " , arini tersenyum teduh dan meremat kedua tangan bian .

Bianca balas tersenyum. Tidak dipungkiri bahwa ia memang sangat kelelahan , apalagi tamu dari pihak mertuanya sangat banyak . Wajar saja keluarga Nicho Alvarez Bratawijaya memiliki koneksi dari berbagai penjuru negeri . 

" Gio mana ? "

" Mas Gio udah tidur bun "

" Duhh anak itu gimana sih ? Masa malam pertama istrinya ditinggal tidur ! "

" Gak apa-apa bunda , mas gio pasti capek banget "

" Ya sudah , kalau begitu kamu lanjut istirahatnya ya , bunda kesini cuma mau nganter ini "

Bianca menerima kotak kado berwarna merah muda dengan tambahan pita diatasnya. 

" Ini kado dari siapa bun ? "

" Ini kado titipan dari Isabella , anaknya tante salsa yang baru nikah juga minggu kemarin , katanya bella titip salam sama kamu , dia bilang maaf nggak bisa datang , soalnya bella sama suamianya masih honeymoon ke Capadocia "

" Oohh kalau gitu sampekin salam bian buat Isabella ya bun , bilangin terimakasih dari bian "

" Iya sayang , yaudah bunda balik ya , assalamualaikum "

" Waalaikumsalam "

Bianca menutup pintu dan membawa masuk kadonya . Ia jadi teringat dengan cerita bunda arini kalau gio punya 2 orang sepupu . Dan sepupu laki-lakinya sudah bertemu dengan bian saat acara resepsi . Sedangkan sepupunya yang perempuan memang tidak terlihat .

Bianca meletakkan kado terakhirnya di sudut kamar yang sudah penuh dengan tumpukan kado . Ia melewati ranjang dan berhenti di sisi ranjang hanya untuk memperhatikan suaminya yang sudah tertidur . 

Tampan . Siapapun yang melihat Giovano Bratawijaya pasti juga akan mengakui bahwa Gio memang tampan . Pria itu memiliki mata bulat , bibir tebal dan alis yang juga tebal .

Bianca membenarkan posisi tidur gio yang kurang nyaman dan melepaskan kaos kakinya . Untuk pakaian , bianca belum berani menggantinya . Mereka saja belum pernah terlibat pembicaraan . Bianca hanya berani menaikkan selimut untuk menutupi tubuh suaminya agar tidak kedinginan .

Duduk di depan meja rias , Bian membuka hijab pengantinnya dan menyapukan cairan penghapus make up . Jika dibiarkan lebih lama , bisa-bisa wajahnya bisa dihiasi jerawat . Setelah itu bian masuk ke kamar mandi . Membersihkan dirinya yang sudah dilapisi keringat 1 hari ini . Meskipun menikah karena perjodohan , tentu bian tidak ingin meninggalkan kesan buruk untuk suaminya . 

Setelah berpakaian dan mengeringkan rambut , bian terduduk disisi ranjang . Aneh rasanya 1 kamar dengan seorang pria . Seumur hidupnya ia memang tidak pernah berpacaran , karena dalam agama islam memang tidak menghalalkan pacaran sebelum menikah . Untuk itu bian tidak pernah dekat dengan pria lain selain ayah dan kakak laki-lakinya .

Sementara hari ini ia sudah menikah dan mengharuskannya untuk tidur 1 ranjang dengan pria yang sudah menjadi suaminya . Meskipun sudah halal dimata agama dan hukum tetap saja bian merasa canggung . Namun rasa kantuk sudah tidak bisa ditahan . Mau tidak mau bian masuk ke dalam selimut dan mencoba untuk tidur disebelah suaminya .

Bianca melirik ke arah gio sebentar sambil berdoa .

Ya allah , semoga hamba bisa menjadi istri yang baik dan berguna dalam setiap kebaikan bagi suami hamba , Aamiin

Sepertiga malam sudah menjadi kebiasaan bagi bianca untuk terbangun dan melaksanakan sholat tahajud . Wajar saja , bianca besar di lingkungan pesantren . Ayahnya seorang ulama , tentu saja bian dididik dengan ilmu agama yang sangat baik . Bianca menurunkan kakinya dan segera menuju ke kamar mandi untuk berwudhu .

Setelah membaca niat dan mengangkat takbir , hanya lantunan bacaan sholat yang terdengar berbisik . Setelah sholat tahajud dan membaca doa , bian tidak langsung tidur . Ia mengambil Al-quran yang ia bawa dari rumah dan melanjutkan bacaan ngajinya . Pada ayat ketiga , mata gio terbuka samar karena mendengar suara seseorang . Ia mengucek kedua matanya dan melihat bahwa gadis yang menjadi istrinya itu sedang mengaji . 

Suaranya terdengar merdu , bekas wudhu yang masih membasahi wajahnya membuat Gio terhipnotis . Gio belum pernah melihat kecantikan yang sejenis ini . Padahal hanya wajahnya saja yang terlihat namun kenapa begitu indah untuk dipandang mata .

Selepas mengaji , bianca melipat sajadah dan mukenanya . Saat itulah Gio berpura-pura tidur . Ranjangnya bergoyang , itu pertanda bahwa bianca sudah naik ke tempat tidur . Posisinya yang miring menghadap gio memudahkan gio untuk mengintip .

Jantungnya berdebar dengan nafas yang tersendat , hanya karena berhadapan dengan bian yang sedang tidak memakai hijabnya . Gio memang pemuda nakal dan berjiwa bebas , namun ia sangat tau bahwa aurat seorang wanita hanya boleh dilihat oleh mahramnya , yaitu suaminya . Untuk itu ia sangat mengerti kenapa bianca berani melepas hijabnya , karena secara agama mereka sudah dihalalkan untuk memperlihatkan aurat .

Memakai mukena saja sudah terlihat cantik , apalagi saat wajah ayu bian terpampang nyata dihadapannya dengan rambut panjang hitamnya yang menjuntai . 

Yang lebih dari itu pun Gio sudah sering melihat . Tapi Gio begitu penasaran dengan aurat lain yang bian tutupi . Bagaimana bentuk keindahan di dalamnya .

Gio mendengus saat sesuatu dibalik celananya mulai menyempit .

Sial !!! 

Rutuk gio . Ia lebih memilih bergegas menuju kamar mandi dan menuntaskan hasratnya seorang diri . Baru kali ini Gio merasa tidak punya nyali di hadapan seorang gadis . 

Cinta Semanis KurmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang