4. Wajah yang memerah

80 11 19
                                    


Hacchhiimm

Haacchiimm


Gio berulang kali menggosok hidungnya yang terasa gatal . Sejak tadi ingusnya tak berhenti mengalir. Ia mulai kehilangan fokus mengerjakan pemrograman untuk aplikasi keamanan yang diminta client , padahal tenggat waktu yang diminta tinggal 3 hari lagi . Kepalanya mulai pusing dan kantuk mulai menyerang . Tapi Gio tetap memaksakan diri . Harga dirinya yang setinggi langit di angkasa membuatnya terpaksa sering terjaga di malam hari demi mengais pundi-pundi. Ia harus bisa membuktikan pada kakeknya bahwa ia bisa menghasilkan uang sendiri tanpa koneksi apapun dari sang kakek . Padahal jika Gio meminta bantuan dalam bentuk apapun , Rudy pasti akan senang hati merentangkan kedua tangannya untuk membantu .

Gio menaikkan tudung Hooddienya saat dinginnya udara semakin memeluk tubuhnya yang menggigil .

Pintu kamar terbuka .

Gio melirik bianca yang masuk sambil membawa nampan . Awalnya ia masa bodoh , lama-lama Gio berulang kali mencuri pandang ke arah Bian . Biasanya pria muda itu hanya akan melihat istrinya menggerai rambutnya saat akan tidur . Tapi apa-apaan ini ? Rambut panjang hitam legam semi basahnya sudah menggentayangi Giovano di pukul 21.00 WIB .

Dengan wajah blasteran bidadari surga itu Bian mendekati ranjang . Tempat Gio duduk sambil memangku laptop . 

Aroma lotion yang bian pakai menyerang indera penciuman Gio dengan brutal . Wanginya lembut namun agak menantang . Gio sampai tak bisa mengalihkan pandangan . Ini biannya yang terlalu provokatif atau imannya Gio yang terlalu cupu . Sepertinya jawaban kedua lebih masuk akal .

" Mas diminum dulu teh madunya , mumpung masih anget "

Suara lembut Bian menggelitik gendang telinganya . Gamis tidur Bian panjang dan longgar . Pun berwarna coklat tua . Bukannya gaun tidur transparan yang mudah robek . Tapi kenapa dimata Gio itu justru terlihat vulgar . Apa bian sedang menguji seberapa jauh ia bisa sabar ?

" Taruh aja disitu , nanti aku minum "

Gio buru-buru memutus kontak mata . Bian itu dukun , cenayang atau apasih . Kenapa sorot matanya mengandung ilmu sihir . Gio jadi takut terhipnotis . Wajar memang jika Gio belum jauh mengenal Bianca , usia pernikahan mereka saja belum genap 10 hari pun tidak ada proses pendekatan apalagi berpacaran . Sah dulu baru bertemu . Wajar donk kalau Gio belum hapal karakter Bian . Tidak seperti masa kelam Gio dulu , belum genap kenal sehari sudah bisa mengajak anak gadis orang camping di hotel .

Seerrrrrrr

Jantung Gio hampir copot dari tempatnya saat Bianca duduk di sisi ranjang . Padahal jarak antara mereka masih bisa dipakai untuk berbaring 1 orang . Entah Gio yang mendadak demam panggung atau mendadak serangan jantung , tidak ada yang tahu pasti apa penyebab wajah yang bersemu merah itu .

" Bian ambilin obat demam ya , muka sama mata mas udah tambah merah "

" Gak usah !!! " , Gio mengelak dari gerakan tangan Bianca yang hampir menyentuh wajahnya . Suaranya yang sedikit membentak membuat Bianca terkejut dan menarik kembali tangannya .

Bian tersenyum maklum kemudian menjauh dari ranjang . Pantas saja Gio kedinginan . Jendela kamar belum tertutup rapat padahal pendingin ruangannya mati . Usai menutup tirai Bian memilih duduk di sofa yang terletak disudut ruangan . Sofa yang lumayan panjang itu cukup nyaman bila digunakan untuk berbaring 1 orang .

Bian duduk selonjor di sofa sambil menonton dakwah seorang ustadzah dari ponselnya dengan volume kecil . Ia tak mau mengganggu pekerjaan suaminya . Meski ia sendiri tak tahu apa yang suaminya itu sedang kerjakan . Semoga saja bukan judi online atau trader saham ilegal , seperti yang Bian duga sebelumnya . Bian tak ingin berburuk sangka pada suaminya . Jatuhnya jadi dosa bila asumsi bian salah .

Cinta Semanis KurmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang