Jakarta, 06.00 am
Kota Jakarta di pagi hari sangatlah padat apalagi ini adalah hari senin. Semua orang bergegas untuk bekerja, sekolah, ke pasar, dan melakukan aktivitas lainnya. Jangan tanyakan bagaimana keadaan jalan dan halte-halte bus sangatlah padat. Semua orang seperti berlomba-lomba berangkat menuju ketempat tujuannya. Termasuk dua orang manusia yang sangat bertolak belakang ya kalian benar Kanya dan Bagas. Mereka adalah murid SMA yang memiliki kewajiban untuk bersekolah untuk mencari ilmu.
Kanya POV
Hari ini seperti biasanya aku harus berangkat sekolah lebih awal karena aku harus mampir menaruh kue basah buatan aku untuk tambahan biaya hidup dan sekolah aku. Ya walau berat, aku rasa ini adalah hal yang menyenangkan dan tidak memberatkan. Aku sudah terbiasa hidup sendiri, menghidupi hidup aku sendiri, mencari uang dengan membuat kue basah, bekerja part time sepulang sekolah untuk kelanjutan hidup aku, dan pastinya aku bukan gelandangan aku punya tempat tinggal walau kecil tapi cukup untuk aku beristrihat. Untuk biaya sekolah tenang aja aku ini genius, ya uang spp aku gratis alias aku murid beasiswa dan aku adalah seorang yang individualis semenjak aku ditinggal kedua orang tua aku ketika berumur 15 tahun. Semenjak saat itu aku tidak percaya lagi dengan semua orang termasuk orang tua aku sendiri menurut aku mereka hanya orang - orang yang menginginkan aku di saat mereka butuh dan meninggalkan aku di saat mereka tidak membutuhkan aku lagi. "Hah... sudahlah aku lelah mengingatnya" batin aku.
"Dari pada aku mengingatnya lebih baik aku segera bergegas" batin aku dalam hati sambil menghela napas.
Sesampainya di toko kue...
"Pagi Kanya mau taruh kue basah ya?" Tanya Bu Ranti pemilik toko kue.
"Ya bu, ini saya bawa 50 pcs kue basah, nanti sepulang sekolah saya ambil lagi ke sini tempat kue dan uangnya" kata aku.
"Hati - hati di jalan Kanya" kata Bu Ranti.
"Baik Bu" kata aku datar tanpa melihat muka Bu Ranti bagi aku itu hanya sebatas kata-kata basa basi yang tidak ada gunanya.
Aku langsung bergegas ke halte, seperti biasa aku menunggu sambil mendengarkan musik di hp aku. Ini untuk menghindari celotehan warga yang juga sama menunggu bus di halte. Aku tidak memperdulikan mereka bagiku berpura-pura berkeluh kesah dengan sesama manusia adalah hal yang sangat bodoh. Bercerita dan bergosip adalah hal yang sia-sia toh jika mereka memiliki masalah diantara mereka, mereka akan menjatuhkan satu sama lain. Tidak terkecuali hal ini akan terjadi pada darah daging sendiri. Aku benar-benar menikmati lantunan lagu demi lagu yang di lantunkan di radio mulai lagu barat sampai lagu indonesia. Sampai aku tidak sadar bahwa bus yang aku tunggu sudah tiba aku segera naik.
Sesampainya di dalam bus aku mencari tempat duduk. "Wah disana ada tempat kosong, aku duduk disana ah" batin ku sambil bergegas menggapai tempat itu.
"Oh tunggu, kenapa seperti aku duduk di atas orang" batin ku.
"Permisi sepertinya aku lebih dulu duduk disini" kata seseorang itu.
"What kamu ngapain ngambil tempat duduk aku, kamu tuh gak punya mata ya aku udah jalan ke arah sono kamu main nyerobot aja tempat aku" geram ku.
"Yaelah kamu yang gag punya mata jelas-jelas aku yang lebih deket dari kursi ini, ya mana tahu kamu mau duduk di sini juga, ya karena aku yang paling deket aku yang lebih berhak atas tempat ini" geram seseorang itu dengan sekali cerocos.
"Dan kamu bisa gag berdiri dari pangkuan aku, kamu gag risih duduk di pangkuan aku apa kamu nyaman duduk di sini" sindir seseorang itu ke aku.
"Oh what nyaman, enak aja kamu ngomong, oklah aku ngalah serah kamu lah mau duduk disini males aku urusin orang egois kayak kamu" geram aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe
Teen FictionKanya seorang gadis manis yang tidak percaya bahkan alergi dengan kata CINTA. Kisahnya yang dramatis membuat dia tidak ingin lagi berurusan dengan CINTA. Bagas seorang laki - laki yang memiliki paras tampan yang sangat percaya dengan hal yang disebu...