Love Like Choklat Bagian 01

890 33 17
                                    

"Huft, tahun baru udah di depan mata. Tapi kok gue masih belum punya pacar ya?" gumam Naraya sembari merebahkan kepalanya di atas meja.

"Salah sendiri, pemilih banget jadi orang. Siapa coba yang kemaren nolak pas di tembak," Alda, rekan sebangku Naraya langsung menyambar. Sepertinya ia mendengar gumaman lirih Naraya barusan.

"Gue bukannya pemilih Alda," masih dengan kepala yang tetap rebahan menyamping di meja, Naraya menatap kearah sahabatnya. "Gue itu cuma merasa belum nemu yang cocok aja. Secara yang nembak, bukan tipe gue banget. Masa iya gue asal comot aja," sambungnya yang hanya di balas cibiran oleh Alda. Jelas, sahabatnya itu tidak setuju dengan kalimat pembalaan dirinya barusan.

"Pagi guys!"

Alda menoleh, sementara Naraya refleks mengangkat wajahnya dari meja saat mendapati Merlin, rekan sekelasnya yang kini segera duduk menempati kursi tepat didepan Alda.

"Pagi," balas Naraya tak bersemangat baru kemudian kembali merebahkan kepalanya diatas meja. Bersiap - siap kembali memikirkan nasip jomblonya.

"Dia kenapa?" tanya Merlin sembari menoleh kearah Naraya dan Alda secara bergantian yang dibalas angkat bahu oleh Alda.

"Kaya orang nggak punya semangat gitu," sambung Merlin lagi. Naraya memilih acuh tak acuh.

"Kebetulan nih gue punya kabar bagus. Biar semangat loe balik. Makanya sini dengerin."

"Apaan?" tanya Naraya masih ogah - ogahan namun tak urung ia memperbaiki duduknya. Menatap lekat kearah Merlin.

"Tau nggak, di kelas kita bakal ada mahasiswa baru."

"Oh ya? Serius loe?"

Tak hanya alis Merlin yang terangkat, mata Alda juga terlihat menyipit kerah Naraya. Pasalnya gadis itu menangapinya terlalu antusias. Sampe bangkit berdiri segala. Lebay nggak sih?

"Anaknya keren nggak?" sambung Naraya lagi. Menyadari reaksinya terkesan berlebihan ia kembali duduk di bangkunya.

"Emangnya kalau keren kenapa?" Alda lebih dahulu menyambar sebelum Merlin sempat membuka mulut.

"Kan kali aja bisa jadi <i>love at first sight</i> gue. Sedih tau ngejomblo dari lahir," Naraya sengaja memasang ekpresi sedih yang justru malah membuatnya mendapat jitakan di kepala.

"Lebay loe," cibir Alda. Naraya jelas sewot. Bukan karena cibiran Alda, tapi karena jitakan di kepalanya.

Lagian punya temen sadis banget. Dari dulu Alda suka gitu, nggak cuma mulut, tangannya juga bisa berkomunikasi. Kadang jitak, kadang nyubit, kadang nepuk. Heran aja, biar gitu mereka masih betah temenan. Kalo udah gini yang bego siapa coba?

"Sama sama lebay kok saling ngatain," Merlin segera buka mulut sebelum kedua temannya makin aneh. "Ngomong - ngomong, sebenernya gue juga nggak tau si anak barunya itu keren apa nggak. Secara gue juga belum liat. Tapi yang jelas dia cowok, yang semoga aja single biar Naraya punya kecengan."

Naraya tau kalau Merlin meledek. Mentang mentang tu anak udah punya pacar. Tapi tak urung ia tetap menjawab. "Dan dia harus keren. Jangan lupa."

Mulut Alda sudah terbuka. Siap untuk menginterupsi omongan Naraya barusan kalau saja matanya tidak terlebih dahulu melihat Dosen mereka masuk dari pintu depan.

"Pagi semuanya."

"Pagi, Bu," sahutan koor terdengar mengisi seantaro kelas.

"Wow, masih pagi kenapa raut mukanya pada kusut gitu. Jangan ikutan kemakan virus <i>I hate monday</i> ya. Nggak baik. Masih mudah harus semangat berkarya. Kebetulan ni, pasti udah pada tau kan kalau ada mahasiswa baru. Jadi langsung saja, Antoni silahkan masuk."

Love Like ChoklatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang