Love Like Choklat Bagian 3

384 25 4
                                        

Begitu kelas berakhir, Naraya berniat untuk segera menghampiri Antoni. Sayangnya pria itu sudah lebih dulu berlalu. Belum lagi rekannya yang lain yang mendadak jadi ngerubungi tu orang yang mengikuti kemana dia pergi. Udah kayak yang mendadak tenar aja.

Yang lebih ngeselin lagi adalah ketika Naraya mendapati kalau dua orang sahabatnya juga mendadak raib. Main ngilang begitu aja karena katanya ada urusan apalah gitu. Meninggalkan dirinya sendirian yang bingung mau ngapain.

Niatnya ingin ke kantin, Naraya malah membelokan langkahnya ke halaman belakang. Toh ia nggak lapar lapar banget. Mendingan santai, dengerin musik sambil namatin novel. Lagipula, kelas selanjutnya di mulai masih lama. Tapi sebelum itu ia menyempatkan diri beli cemilan.

Pucuk di cinta ulam pun tiba, Naraya tidak menduga kalau di tempat yang ingin ia tuju, Antoni sudah duduk nyeder dibawah pohon sambil merem. Sempet ragu, pada akhirnya Naraya melangkah menghampiri. Mumpung tu orang sendiri, juga kedua temannya sedang ntah di mana.

"Antoni."

Merasa di panggil, Antoni membuka matanya. Matanya menatap lurus kearah Naraya. Membuat gadis itu keki sendiri. Perasannya saja atau mungkin efek tanpa kacamata, tatapan Antoni kali ini terasa jadi lebih tajam sekaligus lebih dingin.

"Kenapa?"

"E..." kalimat yang sudah Naraya susun jadi menguap saat menyadari nada Antoni barusan. "Gue boleh ngomong sebentar."

Naraya makin keki ketika pria itu hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai tanggapan. Wuii, mentang - mentang udah ganteng, kenapa jadi songong. Berniat untuk mengabaikannya, Naraya memilih to the point.

"Gue mau minta maaf."

"Untuk?"

"Yang kemaren - kemaren. Serius, gue nggak bermaksud gitu. Gue juga nggak pernah benci sama loe kok. Nggak mau aja loe ngerasa gitu, makanya gue mau minta maaf."

Antoni yang hanya diam membuat Naraya ikutan diam. Nggak tau lagi mau ngomong apa.

"Udah sih, gue cuma mau ngomong itu aja," selesai berkata, Naraya berbalik. Nggak ada untungnya juga ia berlama - lama disitu. Namun belum juga sempat berlalu, langkahnya sudah lebih dahulu terhenti karena Antoni sudah lebih dulu menarik tangannya, membuatnya mau nggak mau kembali berbalik.

"Kenapa?"

Naraya mengernyit. Aneh, ada juga dia yang harusnya nanya kenapa? Diajak ngomong diem aja, giliran mau pergi malah di tahan.

"Kenapa gue harus beneran berubah dulu baru loe mau nyamperin dan ngangep kalau gue ada."

Naraya bengong. Bengong yang asli beneran bengong. Antoni dengan kurang ajarnya segera berlalu setelah melemparkan kalimat tanpa prolognya barusan.

Lah, tu kalimat maksudnya apa?

*****

Merlin dan Alda saling pandang ketika tiba di kelas dan mendapati raut tak bersemangat Naraya. Hari masih pagi, besok minggu, libur kuliah. Besoknya lagi libur juga, karena tanggal merah yang bertepatan dengan tahun baru 1 Januari. Tapi sahabatnya itu masih belum berubah. Demen banget nempelin pipi di meja pagi - pagi.

"Perasaan seminggu ini muka loe makin kusut. Kenapa?" tanya Alda sambil duduk di bangkunya.

"Lusa tahun baru."

"Terus?"

Naraya tidak menjawab. Hanya tatapan tajam yang ia berikan sebagai isarat bahwa harusnya sudah langsung membuat Merlin mengerti apa maksudnya.

"Loe masih belum punya pacar alias jomblo?"

Gantian Alda yang mendapat giliran. Penting gitu harus dijabarkan dengan sedetail itu.

Love Like ChoklatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang