Love Like Choklat Bagian 02

304 19 0
                                    

"Nay?"

"Hm..."

"Kenapa loe nggek pernah cerita soal Antoni?"

Naraya mengalihkan perhatiannya dari mangkuk siomai yang sedari tadi ia aduk aduk tanpa aturan. Keningnya sedikit berkerut sebagai tanda heran dengan kalimat tanya yang Alda lontarkan. Terlebih Merlin ikut - ikutan menatapnya dengan raut penasaran.

"Emangnya ada alasan gitu gue harus nyeritain soal dia?" Naraya justru balik bertanya.

"Abisnya terus terang kita heran sih. Loe sendiri yang bilang kalau kalian itu tetanggan. Tapi kok loe nggak pernah cerita. Perasaan kita juga udah bolak balik sedari dulu mampir ke rumah loe, tapi nggak pernah liat Antoni."

"O," Naraya mengangguk paham. "Dia baru balik dari luar negeri."

"Oh ya?" Informasi tersebut sepertinya berhasil membuat Merlin dan Alda saling pandang. Lengkap dengan tatapan kagum. Tidak menduga, terlebih mengingat tampilan Antoni saat ini.

"Tumben kalian kepo. Jangan bilang kalian naksir?"

Merlin tidak menjawab. Tangannya sudah lebih dahulu menyambar gorengan diatas meja baru kemudian menjejalkannya kedalam mulut. Membiarkan Alda untuk menghadapi pertanyaan Naraya sendirian.

"Sembarangan. Kita cuma heran, kenapa loe bisa benci banget sama dia."

"Lah, yang bilang gue benci sama Antoni siapa?"

Merlin dan Alda lagi - lagi saling pandang. Kalau dingat Naraya memang tidak pernah cerita tentang perasaannya pada Antoni. Tapi tanpa di beri tau, orang orang juga pasti sadar kalau gadis itu sangat anti pada Antoni. Jadi apalagi alasannya kalau bukan benci?

"Terus kalau bukan benci, kenapa selama ini loe gitu banget ke dia?"

Bukannya menjawab, Naraya justru hanya angkat bahu dan kembali memberikan perhatiannya pada siomaynya yang tinggal setengah.

"Oh gue tau," Merlin berhenti sejak, menelan gorengan yang sedari tadi ia kunyah. "Sebenernya loe bukan nggak suka sama dia, tapi loe kesel. Karena ternyata dia adalah cinta pertama loe sejak dulu. Udah baper ngarep dia nyatain cinta taunya malah ditinggal pergi keluar negeri."

Siomay mendadak terasa tidak menarik. Karena kini tatapan Naraya tertuju kearah Merlin. Hanya menatap dalam diam.

"Beneran gitu Nay?" Alda ikut penasaran.

"Ck, kebanyakan nonton sinetron ya gini. Gesrek banget mikirnya."

"Jadi? Loe beneran benci sama Antoni?"

"Enggak!" kali ini Naraya membalas kalimat Merlin dengan tegas. "Gue..."

"Loe malu kenal karena dia keliatan culun?"

Naraya menatap Alda dengan pandangan kesel. Sahabatnya itu kenapa jadi demen nyamber kayak geledek.

"Asal loe tau aja ya Antoni nggak culu culun. Tu orang cuma belum nyadar aja kalau sebenernya dia itu keren. Coba aja loe liat pas dia nggak pake kacamata dan sedikit merupah gaya tampilannya biar modis dikit, jamin deh loe bakal klepek klepek. Bisa bisa malah Antoni jadi cowok inceran dan...."

"Gue cuma nggak mau keliatan bodoh!" potong Naraya sebelum Alda makin sesumbar ntah kemana - mana. Tumben banget kedua sahabatnya hari ini kompak berkolaborasi bersama.

"Maksudnya?"

Sebelum menjawab, Naraya terlebih dahulu menghela napas. Baru kemudian mendorong mangkok siomaynya menjauh. Seleranya sudah menguap seiring dengan kekepoan duo sahabatnya. Ngomong - ngomong, Naraya heran sama abang penjual Siomay di kantin kampusnya ini. Dimana mana siomay ngehidangin pake piring, lah dia malah pake mangkok.

Love Like ChoklatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang