Chapter 1

194 7 2
                                    

Aku tidak suka ini.

Kulangkahkan kaki menaiki tangga, menyapa beberapa pelayan dan berhenti di depan [intu kayu mahoni yang berdiri angkuh itu. Aku mendoibrak ke dalam dan mendapati ayahku, mengenakan setelan kasual dengan sweater turtleneck-nya.

Ia melihat malas ke arahku dari balik kacamatanya, meneruskan pekerjaanya membaca kertas membosankan itu.

"Dad, aku mau minta penjelasan," dia menutup kertas itu dan memperhatikanku, "Kenapa dad menjodohkanku dengan cewek itu."

"Hmmm. Kau tahu Devino, ayah membutuhkan lebih dari sekedar perjanjian di ats kertas supaya tidak memicu permusuhan antarfaksi," dia berdehem, "Dan kau tahu Faksi Bereft memiliki pengaruh yang kuat dan mereka memiliki putri yang cocok denganmu."

Aku mendengus, "Tapi aku enggak suka."

Dia berdiri menghampiriku. Meletakkan tangannya di pundakku, "Aku tahu kamu pasti kuat nak"

Pale lo

Aku memutar mata, berpikir sejenak berharap gertakanku berhasil, "Dad. Kalo dad enggak ngebatalin perjodohannya Devin bakal jadi gay."

"Hmm,"

Dad berjalan menjauh menyibak tirai jendela dan langsung menelpon seseorang, "Apa kabarmu, Simon? Kurasa putramu akan cocok dengan putaraku. Iya dia sangat tertarik sekali padanya. Maukah kau makan malam bersama kami."

"DAD!!!! "

-oOo-

"Kurasa aku akan gila."

"Ngapa?" Semilir angin menerpa rambut pirangnya. Dia menggoyang-goyangkan kursi ke depan-belakang. Kuharap dia jatuh saja.

Rasanya aku ingin menonjok orang di sebelahku ini kalau saja bukan kelas sejarah. Yep. Kelas paling membosankan di antara seluruh pelajaran sekolah.

Sebenarnya, aku memang tidak begitu pandai dalam pelajaran. Faktanya aku bego total. Tapi setidaknya nilaiku bagus dalam eksakta.

Kemarin terasa seperti mimpi. Aku dijodohkan dan dad mendukungku sebagai gay. Astaga, memang hariku bisa lebih buruk dari ini?

Tok tok...

Seorang gadis berambut kucir dua cokelat muda memasuki kelasku. Dia membawa tas yang diletakkan di depan. Wajahnya terasa familier entah kenapa.

Pak tua itu mempersilakannya masuk. Gadis itu berdiri di depan dan mengambil kapur untuk mulai menulis.

"Aku Clara Wilson. Salam kenal."

I am doomed.

-oOo-

WHAT ARE WE DOINGWhere stories live. Discover now