Chapter 2

178 7 3
                                    

Seakan tidak cukup mengerjaiku dengan perjodohan konyol itu. Dad bahkan membuatku sekelas dengan cewek nerd itu. Okay, memang mukanya lumayan dengan mata hazel, tulang hidung yang lurus, dan kulit tanpa freckless. Tapi tetap saja, rambut kucir duanya itu loh.

Untung saja, sebelahku Kris, jadi gadis itu harus duduk di sebelah Kris, karena hanya itu tempat yang kosong. Setidaknya, badan besar Kris menghalangi pandanganku ke sana.

Di kantin, setelah memesan roti dan susu kotak aku duduk di meja kedua kanan, Kris memesan sama sepertiku.

"Kris," aku memulai pembicaraan. Kris menoleh malas sambil minum, "Kupikir kau mau jadi pacarku."

Sepersekiandetik setelahnya, air mancur cokelat mendarat telak di wajahku. Ia terbatuk, menepuk-nepuk dadanya menatapku dengan tatapan kau-gila-ya.

Aku mengambil tisu, membersihkan susu cokelat itu, "Kumaafkan karena aku baik," aku menatapnya setengah meminta, "Jadi, kau harus bayar kekacauan ini dengan datang ke rumahku nanti. Pakailah pakaian yang cantik."

Aku berdiri, melengang pergi sebelum Kris sempat mencernanya.

"KAU GILA YA?!!!!"

-oOo-

Aku mengecek hape, melihat notifikasi pesan baru, "Temui aku di atap, sekarang."

Aku tersenyum kecil. Membayangkan seorang gadis kecil imut yang akan menyatakan perasaan. Lumayan juga, bisa buat alasan dad. Aku menyusuri koridor, menyapa beverapa fans cewek yang langsung berteriak Kyaaaa~.

Ketika membuka pintu atap, aku mendapati sosok yang familier, Clara Wilson.

"Hee~ Apa kau mau menyatakan perasaanmu, Sayang?"

Hoeekk. Jujur, perutku mual saat mengatakan itu. tapi ya tak apa, akan kunikamati permainan yang kau ciptakan dad.

Dia mendekatiku, menatapku datar, "Mari kita buat perjanjian."

Aku menimang, "Apa yang kau mau?"

"Tak ada kata pacaran, cuma formalitas saat di depan ayahku," dia mendekatiku, berbisik, "Dan kau boleh berpacaran dengan siapapun termasuk cowok."

Sedetik. Aku bisa merasakan ia menyeringai. Aku dihina.

"Kalau aku tidak mau?"

Dia menatap lekat-lekat mataku. Menyibak kuncirnya. "Aku tidak akan membantu ujianmu bulan depan."

Shit. Sudah kubilang pada kalian, aku buruk selain eksakta. Benar-benar parah. Tahun lalu, ujian kelas satu aku bahkan mendapat nilai 2 di bahasa. karena itu dad menguliahiku dan mengurungku di tempat les. Aku benci itu.

Aku balas menatapnya lekat-lekat, "Deal."

-oOo-

Kupikir dad bercanda tentang anak cowok rekan kerjanya Simon. Tapi, aku salah kira. Tepat setelah aku pulang sekolah, kudapati dad sedang berbincang dengan rekan kerjanya di ruang makan sementara mataku memindai lelaki yang kuakui, ehm cukup tampan, berkulit tan dan mengenakan kaus turtleneck dengan coat cokelat. Mataku beradu dengan mata birunya, sangat indah.

"Devin, kemarilah," Dad menyambutku dan aku duduk di sampingnya, mengahadap ke cowok tadi.

"Perkenalkan, ini rekanku, Simon Armstrong." Ia tersenyum, "Dan ini putranya, Louise Armstrong."

Louise membungkuk, "Kudengar kau sedang mencari tunangan. Siapa tahu aku dapat membantumu."

Aku membalas senyumnya, kikuk. Meskipun dia cowok, kuakui dia cukup memiliki pesona dengan senyumnya itu. Mungkin saja, dia sudah memacari puluhan gadis.

Watafak.

Sekarang aku benar-benar kelihatan seperti seorang omega yang kepanasan. Dan tiba-tiba ada alpha yang menawarkan diri untuk jadi pacarku. Gila.

"Dad, mungkin aku harus berganti pakaian dulu," elakku. aku tidak mungkin duduk lam,a di sini. Bisa-bisa aku diubah dad menjadi gay betulan.

Dad menahan tanganku. Tersenyum sampai membuatku ingin muntah. "Tidak perlu begitu, benarkan Louise?"

Dia mengedik, "Tentu saja Mr. Stevano. Lagipula aku ingin berbincang lebih lama dengan putra Anda."

Aku terjebak di antara orang gila. Dan ada seorang homosexual naksir aku. Astaga... Dosa apa yang sudah kuperbuat.

-oOo-

Jangan lupa vote, comment, and share ya ^^

Berhubung author lagi libur abis un jadi diusahain up tiap hari. Kalo misalnya ga ya maklumin aja:P

WHAT ARE WE DOINGWhere stories live. Discover now