WARNING! SHORT LEMON!!
~Nappeun Bamie~
Chapter 2: Gladiolus
"Kau sudah makan siang?"
Aku hentikan langkahku saat ku rasakan ada tangan yang menggengam tanganku. Sedikit mencibir pada orang itu yang masih menggenggam tanganku meski aku kembali melanjutkan langkahku.
"Kenapa kau mengikutiku?" Tanyaku padanya tanpa menoleh, karena aku tahu pasti siapa yang berada di sampingku. Sosok yang begitu familiar di mataku.
"Apa kau sudah makan, Gina?" Tanya sosok itu lagi.
Tukk
"Aoo p' sakit." Keluhnya saat ku pukul kepalanya.
"Itu balasan untuk anak nakal sepertimu."
"Aku hanya bercanda tapi kau memukulku dengan serius sekali, p'Gun." Keluhnya lagi, namun kini ia memanggil namaku yang sebenarnya.
"Kau yang sembarangan memanggilku. Bagaimana kalau sampai ada yang mendengarnya, bodoh." Belaku. Yah, tentu saja aku kesal saat ia memanggilku Gina. Meski memang Gina juga termasuk namaku yang tercantum dalam data pribadiku, namun nama itu bukan digunakan di saat aku seperti ini. Keadaan dimana aku berpenampilan sesungguhnya diriku, yaitu seorang pria. Gina adalah namaku saat aku menjadi seorang wanita.
"Orang lain juga pasti takkan mempermasalahkannya jika kau bernama Gina. Wajahmu cocok dengan nama itu. Ahahaha."
"Apa maksudmu hah?" Kesalku kembali dan aku hendak memukulnya, namun ia berhasil mengelak.
"Ahh.. Maaf p' aku hanya bercanda. Hehehe." Ujarnya, namun masih dapat kulihat wajahnya yang meledek diriku. "Sudahlah p' kau sudah makan belum?"
"Belum, kenapa? Kau ingin aku mentraktirmu lagi, Ssing?" Akuku padanya, Ssing. Seorang pria muda yang selalu menempel padaku jika aku berjalan di taman ini. Pemuda yang sudah ku anggap sebagai adikku sendiri.
"Hehehehe.. Tidak kok p'Gun. Aku hanya menyampaikan pesan dari pria yang berada di klinik tadi." Tutur Ssing yang sontak membuat langkahku terhenti.
"Pria mana yang kau maksud, hah?" Tanyaku memastikan, berharap Off-lah pria tersebut.
"Yang tadi berbicara denganmu. Dokter aneh itu." Jawabnya, yang membuat jantungku entah mengapa berpacu dengan cepat.
"Jangan berbohong padaku, bocah." Tuduhku padanya, sangat tidak yakin dengan apa yang ia sampaikan.
"Untuk apa aku berbohong? Dokter itu bilang, kalau kau belum makan siang, ia menunggumu di DCC sejam lagi. Terserah kau mau percaya atau tidak padaku." Balas Ssing dengan santai. Tidak aku lihat kebohongan dari matanya. Haruskah aku mempercayainya? Aku masih ragu.
"Apa dia kenalanmu, p'? Aku tak pernah melihatnya. Kau bertemu dengannya dimana? Bukan di tempat kerjamu kan?" Tanyanya dengan antusias. Dasar orang yang selalu ingin tahu urusan orang lain saja.
"Apa aku mengenal orang lain selain di tempat kerjaku?" Tanyaku retoris. Yah memang 15 tahun aku tinggal di kota besar ini, namun aku tidak berinteraksi dengan orang lain selain yang berada di lingkup kerjaku. Bahkan aku tinggal di sebuah apartement dengan penghuni busuk di dalamnya.
"Ck. Keluarlah dari pekerjaanmu. Memangnya kau masih laku, hah?" Sindirnya, membuatku ingin menjambak rambutnya.
"Ya! Kemari kau!" Teriakku padanya yang sudah melarikan diri, sudah mengetahui niat burukku.
"Hahahahahah.. Sering-seringlah ke dukun untuk meminta wejangan agar kau tidak menua!" Ledeknya kembali tanpa henti. Kami pun berakhir dengan saling mengejar dan memiting satu sama lain. Perkelahian kecil seperti hal layaknya kakak adik pada keluarga normal lainnya. Menikmati waktu senggang kami, sebelum dunia malam kembali memanggil kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/147306681-288-k437539.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Red On White OffGun Ver.
Fiksi PenggemarPutih yang menggambarkan sebuah kesucian dan kepolosan. Sang merah yang menggambarkan akan keberanian dan kesungguhan. Ketika keduanya menyatu, maka terciptanya sang merah muda yang mengambarkan akan cinta dan kasih sayang. Namun tidak dengan milikk...