Serius, ini bakal menjadi 1190 kata paling membosankan yang akan kalian baca.
Mengenai momok susahnya soal UN tahun ini saat baca berita, asumsi yang muncul di kepala aku hanya dua:
1. Ini cuma kerjaan anak zaman sekarang yang kebetulan sudah 'luar biasa kritis' dan --dengan atau tanpa tujuan tertentu--suka mengeluarkannya di instastory, status, caption atau kolom komentar media sosial. Toh, UN emang udah seharusnya nggak terlalu memudahkan siswa biar kata 'nasional'nya bukan cuma tetek bengek receh doang.
Sampai kemudian saat baca berita bahwa bapak Muhadjir Effendy sampai minta maaf karena merasa telah menyulitkan para siswa, maka setelah aku pertimbangkan, muncullah asumsi kedua:
2. OKE, BERARTI INI SERIUSAN SUSAH, COY!
Aku nggak bisa berpendapat terlalu jauh lagi soal susah atau betapa melencengnya soal UN dari kisi-kisi tahun ini, karena aku bukan pihak yang berkontak dan merasakan imbas susah atau nggak susahnya UN tahun ini.
So, sebagai gantinya mari dengarkan Alfa berceloteh tentang sistem pendidikan di Indonesia.
Sebelumnya menurut kalian, kata yang mewakili sistem pendidikan Indonesia saat ini apa sih?
Buruk?
Kacau?
Bobrok?
Terbelakang?
So, di sini Alfa hanya akan berpendapat mengenai sistem atau metode pendidikan Indonesia. Jadi kritik ini hanya sebatas cara sistem ini bekerja, di luar tidak meratanya pendidikan kita. Ada beberapa poin yang Alfa lihat dari pendidikan di Indonesia:
1. Peran Guru dan Pendidikan Karakter
Menurut Alfa, pendidikan di Indonesia terlalu konvensional yang berjalan seolah cuma berlaku atas peran serta guru yang terkesan terlalu dominan. Guru ngasih materi, guru nulisin rumus lalalala, guru nyuruh ini guru ngewajibin ini ngelarang itu syalalala.Oke, guru adalah orang tua kedua. Orang tua membimbing anak-anaknya, melencengnya sistem pendidikan Indonesia adalah stereotip dan pergeseran peran guru dari yang seharusnya 'membimbing dan mengarahkan' menjadi 'mengajar dan menunjukkan'.
Di luar pendidikan sekolah yang masih terikat sama guru, menurutku sistem pendidikan di Perguruan Tinggi justru nggak sebobrok itu. Kuliah itu nggak sama kayak sekolah. Kita bakal menjumpai hal-hal asing yang melatih tanggung jawab. Kita nggak akan dicariin dosen kalau nggak masuk, kita nggak akan dijewer karena nggak ngumpulin tugas, dosen nggak seniat itu buat capek-capek ngomentarin metode presentasi saat kita nggak siap.
Dosen mungkin hanya akan menampar kita di lembar nilai. Tapi sekali kita tertampar, esensi sakitnya bisa bikin kita mikir ulang buat ngelakuin kesalahan yang sama di semester selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radas Gigantik
Randomdibaca atau tidak, tulisan ini tetap tak berguna jika kau menganggapnya demikian. ©2017