.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Seusai ujian kimia dengan otak yang terasa panas, mereka memutuskan untuk menghilangkan penat yang menumpuk. Dan alih-alih mencari kegiatan lain, yang lagi-lagi di pilih adalah permainan bodoh bernama Truth or Dare. Tidak.
Taehyung hanya tidak habis pikir, kenapa harus dia yang menjadi korban selanjutnya. Bukannya ia tipikal orang yang curang, hanya saja, ia juga sejujurnya benci permainan ini. Tapi karena unsur hiburan, jadinya ia tetap ikut dalam permainan ini. Taehyung beralih menatap ke empat temannya yang masih menatapnya seolah tengah menunggunya memecah kan tugas matematika yang sangat rumit.
"Kau harus memilih, Taetae" Ucap jimin tak sabar. Dalam benaknya, anggap saja ini seperti sebuah ajang balas dendam. Setelah kemarin mendapat kesialan dengan berakhir sebagai kekasihnya Kim seokjin, si siswa paling narsis itu, ia juga harus melihat temannya yang lain merasakan ke sialan nya.
"Dasar kau, jim!" taehyung melempari wajah Jimin dengan majalah Vogue yang baru saja di bawa Nara sebagai edisi terbaru.Taehyunv sudah dengar semua kesialan Jimin setelah melakukan tantangan yang Yojin berikan. Bukannya ia pengecut. Ia hanya takut, ia juga akan mendapatkan kesialan seperti Jimin. Bukankah katanya
Tuhan itu adil?
"Sudahlah, aku tahu taehyung pasti akan memilih Dare."
Dengan wajah tak bersahabat, taehyung melempari sorin pandangan tajam. Tapi sayangnya, namja itu hanya bersikap seolah tak melihat dan terus tertawa tanpa henti. Terkadang, tertawa di atas penderitaan orang lain itu memang menyenangkan.
"Iya, Iya. Aku memilih Dare. Puas kalian?"
"Aku ingin kau mencium si kapten tim basket itu di lapangan."
What? The? Fuck?
"Park Jiminnn sialan!!!!!"
Taehyunh berteriak di dalam kelas dengan keras tanpa sadar, membuat pandangan siswa lain teralihkan kepadanya. Dengan sangat sadar, taehyung menutup wajahnya dan membungkuk sebagai permintaan maaf nya. Kembali melemparkan tatapan tajamnya, masih pada Jimin
"Sudahlah, terima saja." Ucap minhyun asal. Dan itu justru membuat taehyung semakin geram juga memerah. Bukan karena ia murka atau semacamnya.
Hanya saja, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia harus melakukan itu? Mencium si ketua tim basket sekolah yang tampan itu? Itu sama saja ia mencari kematiannya sendiri.
Penggemar pria itu tersebar hingga penjuru sekolah.Lagipula siapa yang tak mengenal kapten tim basket yang super tampan itu. Ia saja yang tidak tercatat sebagai penggemarnya, tahu pasti yang mana wajahnya. Bagaimana jika para penggemar itu langsung membunuhnya di tempat saat itu juga.
"Aku tidak takut! Lihat aku sekarang!"
Taehyung beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Sekarang tujuan utamanya adalah lapangan sekolah. Jam Jam seperti ini, tim basket memang sedang berlatih. Sedangkan kelas yang lain biasanya masih melanjutkan pelajaran terakhir.
"Aku akan menang."
.
.
.
.Langkah taehyung terhenti di sisi lapangan, dari kejauhan, ia melihat si Kapten tengah berlatih bersama teman-temannya di tim basket. Taehyung mendebar tak karuan, ia bukannya namja yang cupu dan kooper yang sama sekali tidak mengenali pria setampan Jeon Jungkook di sekolah.
Sekalipun ia tak menggemari pria itu seperti para gadis atau namja uke
lain, itu bukan berarti ia tak mengenali pria itu sama sekali. Mungkin orang cupu pun akan tahu siapa pria si Kapten basket itu. Bukan hal yang ayal lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KookV story
Fanfiction"Taehyung milikku!mau bagaimana pun kisah ceritanya dia akan selalu menjadi milikku!"-jjk "Biarkan si gila posesif itu memujaku ya readers"-kth boy> Jungkook Bottom > Taehyung maaf singkat gk bisa bikin Deskripsi?✌