Arishena 11 - Penjelasan Siapa yang Lebih Penting?
***
Shena masih merenungi kejadian tadi pagi. Seharian ini, walaupun Shena disibukkan dengan pekerjaan She Flower, seperti merekap pesanan, menghubungi berbagai suplier bunga, dan menghitung pemasukkan serta pengeluaran She Flower, tapi tetap saja Shena tidak bisa melupakan perkataan Ari yang menyakiti dirinya. Untung saja semua pekerjaan tersebut memang dibantu oleh Tita, sehingga bisa meminimalisir kesalahan yang dilakukan oleh Shena.
Arrrgh! Kenapa Shena jadi tidak bisa berkonsentrasi? Semua karena Ari.
"Tita, tolong buatkan aku kopi. Rasanya aku ngantuk sekali," pinta Shena. Mungkin ia butuh secangkir kopi untuk meredakan rasa kantuknya. Bukan rasa kantuk yang mendominasi, tapi rasa lelah karena Ari. Andai saja Ari tidak salah paham, mungkin tidak akan jadi serumit ini, pikirnya.
"Siap, Mbak." Tita beranjak dari kursinya. Tita tidak pernah masalah dengan segala perintah Shena. Semua karyawan She Flower sangat menyukai Shena, mereka termasuk karyawan yang setiap pada Shena. Mereka kagum pada Shena, walaupun mereka tahu bahwa Shena memiliki perusahaan, tapi Shena lebih memilih untuk meneruskan usaha di She Flower dan meminta bantuan pada tantenya untuk mengurusi perusahaan orang tuanya. Sesekali kadang Shena memantau perusahaan. Namun untuk kesehariannya, Shena memang lebih banyak menghabiskan waktu di She Flower.
Shena melirik dokumen-dokumen pemasukkan dan pengeluaran, walaupun keuntungan yang didapat di She Flower tidak besar, namun cukup untuk menggaji empat karyawannya, setidaknya Shena memiliki hobinya sendiri sebagai ladang usaha dan memperkerjakan orang lain.
Masih terlalu fokus dengan pekerjaan, membuat Shena tidak sadar dengan kehadiran Tita.
"Mbak, ini kopinya," kata Tita.
"E-eh? Makasih, Tita," jawab Shena. Kemudian Tita duduk di depan Shena dengan gelisah. Seperti ada sesuatu yang ingin diungkapkan oleh Tita, tapi sepertinya gadis itu takut pada Shena. Padahal selama ini Shena jarang sekali memarahi karyawannya.
"Kamu kenapa? Kok kayak gelisah gitu," tanya Shena.
Tita terlihat bingung. Bagaimana ia menyampaikan pada Shena?
"A-anu, Mbak-"
"Anu apa, sih, Ta?" Shena mengerutkan keningnya. Ada apa dengan Tita? Tidak biasanya dia terlihat gugup seperti ini.
"Ada yang cari Mbak Shena di luar. Anu ... Yang cari Mas-"
"Siapa yang nyari?" tanya Shena.
"Mas Ari, Mbak. Cowok yang waktu itu ngejar Mbak Shena, yang ngaku-ngaku jadi tunangan Shena," jelas Tita. Dia tidak mau merusak mood Shena. Padahal, Shena sedang pusing memikirkan dokumen She Flower.
"Bilang sama dia kalau aku nggak mau ketemu dia," balas Shena. Ia sudah terlalu sakit hati atas semua penghinaan yang sudah dilakukan Ari.
"Tapi, Mbak-"
"Nggak usah kamu suruh karyawan kamu. Karena apapun yang kamu suruh, aku tetap mau ketemu kamu." Ari muncul dari balik pintu. Dia sudah tidak sabar bertemu dengan Shena. Terlalu lama jika ia menunggu Tita. Jadi Ari lebih memutuskan untuk langsung masuk saja ke ruangan Shena.
"Kamu!"
Ari berjalan ke arah Shena. "Aku mau ngomong sama kamu," kata Ari.
"Tita, kamu bisa keluar sebentar?" pinta Shena. Ia tidak mau Tita mendengar pertengkarannya dengan Ari.
Tita tahu, ini bukan ranahnya. Ia pun keluar dari ruangan Shena. Memberikan privasi untuk pasangan tersebut.
"Kamu mau apa lagi? Masih mau nunggu aku selingkuh? Ngehina aku jadi cewek yang nggak tau malu dan nggak punya harga diri? Gitu?" serang Shena. Rasanya ia ingin sekali menumpahkan segala amarahnya pada Ari. Hatinya sudah terlalu sakit.
Semua kenangan itu sangat melekat, bahkan sulit untuk dilupakan. Biasanya, karena perasaan mendalam. Bukan cinta, tapi marah dan kebencian. Walaupun batas kebencian dan cinta itu beda tipis.
"Aku minta maaf karena udah ngomong gitu. Aku sama sekali nggak bisa ngontrol diri aku. aku terlalu cemburu waktu ngelihat kamu jalan sama cowok lain," jelas Ari. Ia ingin memperbaiki kata-katanya.
"Kamu nggak pernah tau gimana sakitnya aku. Sakit atas semua penghinaan kamu. Seperti yang kamu bilang, aku memang selingkuh dan nggak tahu malu, jadi lebih baik kita akhiri aja pertunangan kita," kata Shena.
"Nggak, Shena. Aku nggak mau." Ari menolak semua permintaan Shena.
"Please, kamu pergi dari sini. Kita sudah berakhir. Nggak ada lagi yang bisa diperbaiki lagi. Sama halnya, apa yang sudah kamu ucapkan, nggak bisa dikembalikan lagi," terang Shena. Ia berdiri meninggalkan ruangannya, membawa dokumennya. Lebih baik menyelesaikan tugasnya di rumah saja, daripada ia harus menghadapi Ari di sini. Nanti ia akan menitip pesan pada Tita dan Dito untuk tutup lebih awal.
"Kamu mau kemana?" cegah Ari.
"Lepas!!!" Shena mencoba melepaskan diri. Tapi, kekuatannya memang tidak sebanfing dengan Ari.
"Kenapa sih kamu ngehindar terus, kamu bahkan nggak mau demgerin penjelasan aku. Aku kan udah bilang kalau aku nggak bisa kontrol diri. Kamu paham, dong." Tetap saja Ari tidak mau melepaskan Shena.
"Rasanya tetap sama. Tetap sakit. Sudah kukatakan, kalau hubungan kita sudah berakhir. Biar nanti aku aja yang bilang sama mama kamu, kalau tunangan kita berakhir. Demi apapun, stop untuk ganggu aku."
"Nggak! Kamu nggak boleh lakuin itu. Kita nggak akan berakhir. Kita tetap tunangan, sampai kapan pun." Ari tetap tidak mau merelakan hubungan mereka.
"Tadi pagi kamu nggak mau dengerin penjelasan aku, padahal aku udah bilang kalau Adam cuma sebatas teman. Tapi, kamu selalu nganggap selingkuh. Kamu nggak pernah tahu, betapa sakitnya rasa ini dituduh hal yang nggak sama sekali kita lakukan. Kamu nggak pernah tau. Terus sekarang, kamu datang ke sini untuk minta maaf, menjelaskan semuanya, padahal kamu nggak mau ngedengerin penjelasan aku tadi pagi. Di mana letak keegoisan ini? Penjelasan siapa yang penting? Penjelasan siapa yang harus didengarkan," terang Shena. Shena merasa kesal dengan Ari. Semuanya ia curahkan, kekesalannya, kekecewaannya dan sakit hatinya.
"Lepas!" teriak Shena lagi. Masa bodo jika didengarkan oleh Tita dan Dito.
Ari tidak bisa berbuat apa-apa, tangannya melepaskan cengkramannya pada Shena gitu aja.
Kesempatan itu tidak akan dibiarkan oleh Shena, ia langsung pergi meninggalkan Ari. Biarkan saja Ari di sana bersama rasa penyesalannya, dan Shena pergi bersama sakit hatinya.
TBC
Duuuuh... Beneran putus niih? Beneran berakhir niiih? 😭😭😭😭
Penasaran nggakk?
Kira-kira enaknya berapa part yaaa? Hehehehe...aku sih baru bikin kerangka kasarnya sampe part 32 dan itu udh aku bikin tamattt hehehhee, tp gatau juga yaaa kalau nnti nambahh 😂😂😂
Ditunggu vote dan comment nyaa.. 😍😍😍
Selamat membaca sayanggkuuuh 💕💕
-elaabdullaah-
KAMU SEDANG MEMBACA
🌽 ARISHENA (END) 🌽
RomanceArishena (My Possessive Fiance #3) -Arindra Lukmana- Sejak kecil kami sudah dijodohkan. Dan sekarang, aku ingin mengambilnya. Mengambil dirinya, melindunginys, menjaganya. -Gashena Asani- Pria itu mendatangiku setelah seminggu kematian orang tuaku...