Bagian 3

9.2K 485 9
                                    

* BIANCA POV *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


* BIANCA POV *

Sudah 30 menit berlalu, tapi sasa belum juga selesai telponan dengan Ryan. Aku memutuskan untuk turun kebawah karna sudah waktunya makan malam tapi mbo asih belum juga memanggilku untuk turun makan seperti biasanya.

Ketika melewati ruang tengah aku bisa melihat sasa duduk di sofa dengan tertawa kecil masih sambil memegang handphone di telinganya, entah apa yang dia bicarakan dengan pacarnya hingga dia bisa sebahagia itu. Ku putuskan untuk meneruskan langkahku menuju dapur tanpa menganggunya.

Di dapur ada mbo asih dan ART yang lainnya sibuk mempersiapkan makanan di meja makan. Keluargaku memiliki beberapa orang Art yang dipercaya untuk membantu mbo asih mengurus rumah. Mbo asih adalah satu-satunya yang sangat dekat denganku bahkan sudah ku anggap keluargaku sendiri, karna ia sudah mengurus rumah sejak aku masih kecil.

"Mboooo aku laper" ucapku seraya memeluk mbo asih yang tengah sibuk meletakkan hidangan di meja.

"Ini udah selesai non hehehe maaf ya lama. Non bian makan ya". Mbo asih mengelus kepalaku dan menuntunku untuk duduk dikursi.

"Mina tolong panggilin non sasa ya" Ucap mbo asih kepada Art yg bernama Mina.

"Eh ngga usah, aku aja yang panggilin" Aku langsung berjalan menuju ruang tengah tempat sasa tadi. Aku berjalan mengendap-ngendap agar langkahku tidak terdengar olehnya, tepat dibelakangnya aku menutup matanya memakai kedua tanganku.

"Apasih biiiiiiii" ucapnya menjauhkan handphone dari telinganya. Aku tersenyum, kok dia tahu ini aku?

Sasa mencoba melepaskan tanganku dari matanya "Bian lepasin ngga". Tapi tidak kulakukan.

"Bian iihh"

Aku terkekeh, dan entah keberanian dari mana aku membungkukkan badanku dan memeluknya yang masih duduk itu. Lebih tepatnya melingkarkan tanganku di bagian bahunya. Sekarang hangat pipi kirinya terasa di pipi kananku karena saling menempel.

"Emm yan aku matiin dulu ya, bye" Ucap sasa mematikan teleponnya.

Aku memejamkan mataku, menundukkan wajahku ke pundaknya agar aku bisa menghirup sebanyak mungkin wangi khas badannya. Tak ada respon yang Sasa berikan, ia hanya terdiam seperti patung. Dan hal itu membuatku tersenyum ingin menjahilinya lagi.

Ku gerakkan hidungku menuju lehernya, semakin menghirup wangi vanila campuran dari parfum dan bau tubuhnya.

"Hm wangi banget sih" Bisikku tepat di telinganya. Dan bisa ku rasakan tubuhnya sedikit bergetar.

"Bi aku....." ucapannya terhenti karena aku berhasil mendaratkan sebuah kecupan kecil di pipi kirinya.

"Makan yuk, udah ditungguin mbo tuh" dan aku langsung meninggalkannya kembali ke meja makan, karena tak tahan dengan jantung sialan ini yang sudah berdetak tidak karuan sedari tadi.

BIANCA [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang