Sebelum-sebelumnya, Jisoo tidak pernah mempermasalahkan suaranya yang hilang. Ia dapat menerima dan beradaptasi dengan cepat, meskipun ditemani dengan pandangan sebelah mata dari orang-orang disekelilingnya.
Tapi kali ini berbeda.
Pertemuan pertama orang tua di Hanlim. Jisoo sangat ingat jika semua rekeningnya terisi penuh, tapi hal itu masih tidak menghilangkan tatapan risih atau penuh iba dari para ibu siswa di hadapannya. Ditambah lagi, Jisoo adalah laki-laki.
Laki-laki, seharusnya menjadi ayah, bukan ibu.
Tekanan batin harus ia lewati selama 2 jam penuh di ruangan kepala sekolah. Setelah salam, Jisoo menaikkan dagunya setinggi mungkin sembari meletakkan sebuah cek bernilai puluhan juta won di depan sang kepala sekolah. Kemudian berlalu begitu saja dengan tangannya yang dimasukkan ke dalam saku mantelnya.
"Kali ini bertemu Jeonghan?" tanya Jihoon, matanya masih sibuk memelototi layar komputer di depannya. Ia terpaksa menyabangkan pikirannya setelah Jisoo yang datang ke studionya secara tiba-tiba.
Jisoo menggeleng pelan. Ia tahu pasti jika kehadirannya menginterupsi Jihoon yang tadinya sedang mengomposisi lagu bersama trainee di agensinya, Hoshi, yang diketahui Jisoo juga sebagai adik dari Lee Seokmin.
"Gunakan ketukanmu, Jisoo sayang. Aku tidak bisa melihatmu sekarang."
Jisoo meng-"ahh" ria sebelum mengetuk meja kaca di hadapannya.
"Tidak? Tapi kau bilang ruang kepala sekolah dekat dengan ruang kesehatan."
Jisoo diam. Ia berpikir. Memang alasannya menghadiri acara pertemuan orang tua itu adalah untuk kembali melihat dokter kesehatan Hanlim, memastikan apakah itu benar Yoon Jeonghan atau hanya matanya yang waktu itu tengah kelelahan.
"Kupikir aku perlu kesana lagi."
Suara 'klik' dari mouse komputer Jihoon berhenti, lalu pemuda itu memutar kursi besarnya 90° untuk melihat Jisoo yang menautkan jari-jemari di atas lututnya yang menyilang.
"Kau pikir itu tidak terlihat aneh? Semua anak di Hanlim akan berpikir bahwa Samuel adalah anak mami."
Benar. Jisoo tidak dapat menyangkalnya. "Lalu bagaimana?"
Jihoon meringis. "Kenapa kau sangat ingin bertemu Jeonghan, sih?"
"Untuk memastikan jika S.Coups tidak akan bertemu dengannya lagi."
.
Sekarang sudah 1 bulan keberadaan Samuel di Hanlim. Ia sudah cukup dekat dengan teman Guanlin yang lain. Daniel dan Jinyoung. Tidak apa dengan Daniel meskipun pemuda pirang itu seringkali membubuhkan tanda tangan secara asal di buku catatannya.
Tapi Jinyoung-
"Aku duluan, nanti Daehwi bisa marah padaku."
Nah, itu.
Daniel menyoraki Jinyoung yang bersiap memakai tas ransel di bahu kanannya, dan Guanlin hanya tersenyum maklum. Mata hitamnya melirik ke arah Samuel, lalu mendapati senyum yang tidak ada tulus-tulusnya dari pemuda campuran itu.
"Pajeon?" Tanya Daniel tiba-tiba sembari menepuk paha Guanlin yang duduk di atas mejanya.
Cepat-cepat Samuel menggeleng. Selain ingin membututi kemana tujuan Jinyoung dan kekasihnya jika membolos, Samuel juga merasakan perutnya yang sembelit. "Kau saja dengan Guan, aku ke perpus."
"Ikut!"
TAK
"Tidak!"
Seruan Daniel hilang ketika Samuel memukul kepalanya dengan pena. "Aku ingin sendiri." Lanjutnya seraya melenggang pergi tanpa rasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECORDS -Cheolsoo-
FanfictionBerisi tentang kisah hidup pemuda tuna wicara bernama Hong Jisoo, dengan sosok Choi Seungcheol yang merupakan seorang dokter spesialis jenius. Semua kisah itu direkam Jisoo dengan apik di sebuah rekorder tua pemberian sang kakek. -•- RECORDS By Heyh...