8

922 151 28
                                    

Hari terakhir kebersamaan Seungcheol dan Jeonghan selama 3 hari diakhirinya dengan mengantar Jeonghan ke bandara. Setelah kemarin melewati hari kedua mereka ke pantai berdua, sekarang pemuda cantik itu siap pergi ke Jerman.

"Kau bilang ada rekan yang mendapat rekomendasi bersamamu." Ujar Seungcheol sambil celingak-celinguk mencari sosok yang seharusnya berangkat bersama Jeonghan hari ini.

Jeonghan mengangguk. "Dia akan pergi esok hari, karena ada sesuatu yang harus diurusnya dulu." Balasnya. Lalu tiba-tiba tangan kurusnya terulur pada Seungcheol, membuat pemuda tampan itu mengangkat alisnya bingung. "Selamat atas rumah sakitnya, sayang. Aku bangga padamu."

Sedetik kemudian Seungcheol justru mencebikkan bibirnya, dan Jeonghan terpaksa menurunkan tangannya kembali karena Seungcheol seperti tak berniat menyambutnya. "Kau terlihat tidak senang."

Seungcheol menggeleng pelan. "Aku senang, tapi aku lebih butuh ciuman dari pada berjabat tangan." dan Jeonghan mengerti. Bibirnya mengukir senyum selembut mungkin. "Atau mungkin pelukan juga bol—"

Suasana bandara itu tetap normal. Tak ada jeritan histeris atau wajah memerah menahan malu melihat sepasang kekasih yang saling melepas cinta dengan ciuman manis yang hangat di musim gugur. Seungcheol cukup terkejut dengan perlakuan Jeonghan yang tiba-tiba, tapi sepersekon kemudian ia memilih meletakkan telapak tangan besarnya di tengkuk Jeonghan, menahan sang kekasih agar tidak melepasnya dengan cepat. Sedangkan tangan yang satu lagi merambat pada pinggang ramping Jeonghan, menariknya lebih erat hingga tubuh mereka menempel sempurna.

Jeonghan yang melepas ciuman mereka terlebih dahulu, menyatukan kedua kening mereka dengan mata yang masih tertutup. Saling merasakan hembusan karbondiaksida yang mengelilingi penciuman mereka. "Aku mencintaimu." Bisik Jeonghan. Ia tidak bohong dengan itu, kebersamaannya dengan Seungcheol bukanlah hal sepele yang dapat dimusnahkan dengan kedipan mata.

Seungcheol membuka kelopak matanya perlahan, membuat atensinya terpaku pada mata indah Jeonghan yang masih terpejam. Telapak tangannya merambat naik ke rahang sang kekasih, mengusapnya hinga pipi Jeonghan yang memerah sempurna. "Aku lebih mencintaimu, Yoon Jeonghan."

—dan Seungcheol kembali mengambil alih kepemilikan bibir pemuda Yoon itu dengan posesif. Mengecupnya berkali-kali seolah saat ini adalah hari terakhir mereka.

Oh, soal itu— Seungcheol juga tidak bohong. Dia benar-benar ingin ini adalah hari terakhir mereka. Meninggalkan kehidupan memuakkannya dan berbahagia dengan Jeonghan hingga akhir hayat dalam ciuman panjang.

.

Kotak pos terlihat begitu sesak. Seorang pekerja kurir juga tampak kewalahan memasukkan sebuah surat ke dalam kotak pos tersebut, hingga akhirnya isinya meledak dan kurir itu terpaksa memungutnya dan memasukkannya kembali dengan susah payah. Serta gerutuan-gerutuan yang menyatakan betapa beruntungnya atasannya di kantor yang tidak merasakan hal-hal seperti ini.

"Ahh— maafkan aku. Aku baru hendak mengambilnya, karena sudah beberapa hari tidak di rumah."

Petugas kurir yang notabene seorang gadis muda itu menegang melihat seorang pria di sampingnya. Bukan karena takut, justru karena terpesona dengan sosok berahang tegas itu. Ia hanya mengangguk kikuk seraya membungkukkan tubuhnya dalam-dalam sebelum akhirnya pergi dengan sepeda motor bututnya.

"Dia manis sekali." Gumam pria itu. Atensinya kembali pada setumpuk surat yang sudah masuk dengan sempurna ke dalam kotak pos. Ia menghela nafas berat, lalu mengambil seluruh surat itu dengan kedua tangannya yang kosong. "Ahh— ini baru 3 hari dan suratnya seperti 2 bulan. Aku tidak tahu aku punya banyak fans." Ujarnya dengan kekehan lirih pada dirinya sendiri.

"Apa ada surat untuk ku?" Soonyoung baru saja keluar dari rumah sederhana itu sambil mengelap kedua tangannya dengan kanebo lembab, yang ditanya justru menatap tajam pemuda yang lebih tua darinya itu. Soonyoung menyadarinya, lalu terkekeh tanpa dosa. "Yahh— kau tahu sendiri garasi ku butuh uang, Seokmin-ah."

RECORDS -Cheolsoo-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang