16

1K 129 55
                                    

Yoojung sibuk mengatur ekspresi wajahnya yang menolak berhenti tersenyum-senyum sendiri. Berkali-kali tangannya menekan kedua pipinya agar tetap memasang wajah datar, tapi tak bisa ditolerir jika kakak lakinya yang terus-terusan memperhatikan Jisoo dengan tatapan cinta.

Yoojung itu tahu bagaimana perasaan Seungcheol pada Jeonghan. Siapa juga orang di dunia ini yang tidak tahu? Cintanya seolah buta. Bahkan Yoojung ikut sempat dibutakan karena melihat bagaimana seluruh atensi Seungcheol pada mantan kekasihnya itu.

Mungkin, pameran seni kali ini berhasil membuat Seungcheol melupakan sosok Yoon Jeonghan. Entah untuk sementara atau seterusnya.

Di salah satu lukisan utama Jisoo, Seungcheol berdiri dengan bangganya. Ingin sekali ia mengambil mikrofon dan mengatakan "ini adalah lukisan istriku! Istriku yang membuatnya!" berkali-kali di depan para pengunjung. Tapi ia cepat-cepat sadar jika tak ingin mempermalukan sang istri.

Hong Jisoo memang tak lagi diragukan aura konglomeratnya. Mengingat bagaimana sikapnya dengan teman sebaya, Seungcheol hampir tidak percaya jika istrinya itu bisa bersikap sangat elegan. Bahkan Seungcheol merasa seolah tak pantas untuk bersanding dengan sosok pemuda tunawicara itu.

Apalagi, jika mengingat bagaimana sikapnya selama ini pada Jisoo. Bagaimana dirinya menunjukkan betapa berharganya Jeonghan untuknya, di hadapan Jisoo. Seungcheol tak habis pikir dengan perlakuannya sendiri. Itu pasti sangat menyakiti Jisoo.

Seungcheol juga pengamat seni yang buruk, tapi dalam sekali lihat, ia tahu jika dirinya hampir menangis melihat seluruh lukisan Jisoo yang menggambarkan sosok dirinya dengan artsy. Lalu yang paling membuat Seungcheol semakin merasa bersalah, adalah ketika matanya menangkap judul lukisan utama Jisoo.

Stammi Piu Vicino

Jangan pergi, tetap lah disini bersamaku.

Apakah Jisoo sangat putus asa dengan cintanya? Semua lukisan Jisoo, benar-benar manis. Tapi begitu menyayat hati Seungcheol. Semuanya seolah pesan yang tujukan oleh Jisoo padanya.

Ahh— memang benar.

Jemari Seungcheol mengusap bagian lukisan yang terukir judul lukisan tersebut beserta signature yang selalu ada di bawah judul lukisannya.

S.Coups.

Lagi-lagi Seungcheol merasa cengeng hari ini. Ingin sekali dirinya menangis dan meraung di dalam pelukan Jisoo. Selama 23 tahun hidupnya, ia tak pernah merasa diperlakukan semanis ini oleh siapapun. Tak terkecuali oleh Yoon Jeonghan.

"Kau menyukainya?" Seungcheol tersentak ketika suara Wen Jun Hui muncul dari belakang belakangnya. Ia menoleh dan mendapati pemuda yang sangat tampan itu tersenyum tanpa melihat ke arahnya. Menatap penuh kagum buah karya sang atasan yang terpajang apik di depan sana.

Seungcheol mengangguk canggung. Ia tak pernah berbicara banyak dengan Jun, dan ketika pemuda itu menghampirinya membuat Seungcheol yakin jika Jun tidak memiliki banyak rekan di bidangnya.

"Sangat. Lukisannya sangat indah." puji Seungcheol.

Jun menutup matanya sejenak sebelum kembali membukanya, kali ini menatap Seungcheol yang semakin canggung. "Seharusnya kau tersanjung. Nama tuan muda Hong sangat lah dibesarkan di kalangan seniman."

Oh— tentu saja. Seungcheol sangat tersanjung hingga kepalanya terasa membesar. Bukankah arti dari semua karya Jisoo ini menandakan Seungcheol adalah muse dari salah satu seniman terkenal?

"Tentu, dan ku pikir kau juga harus tersanjung." kali ini Jun yang menatap Seungcheol dengan raut kebingungan. Dahinya mengerut dan kedua alisnya menyatu.

RECORDS -Cheolsoo-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang