PROLOG

12 3 1
                                    

Awan hitam bergerombol, ombak bergelombang tinggi dengan angin yang berhembus kencang sore ini, tak sedikit nelayan yang telah kembali memilih pulang kerumahnya.

Menutup pintu dan jendela-jendela rumah mereka yang relatif masih terbuat dari bambu bambu yang disusun renggang.
Yang tidak dapat menghalau angin yang masuk hingga mereka harus memaku horden dijendela agar angin tidak menerobos masuk kedalam.

Ini adalah salah satu pulau yang terdapat di provinsi Maluku utara, pulau ini adalah pulau kecil yang belum tersedia listrik kecuali dari satu pusat, untuk mengiliri satu pulau, itupun hanya jam 18.00 hingga 01.00 WIT.

Bahkan lantai rumah mereka masih banyak menggunakan tanah. Namun bagaimanapun keadaannya, pulau ini tetaplah surga tanah kelahiran orang orang asli pulau.

Sama halnya dengan gadis kecil yang tengah berlibur ke kampung kelahiran ibunya saat liburan kenaikan kelas tiba, rumah nenek dari ibunya yang berada di tepi pantai tepat di belakang rumahnya, hal itu membuat gadis kecil ini sangat senang saat berlibur ke rumah neneknya. Ia tidak perlu lagi pergi berjam-jam hanya untuk berenang di pantai, ia bisa langsung berenang kapanpun ia mau, pikirnya.

Gadis kecil berumur 9 tahun berambut pendek dora dengan poni yang berterbangan didahinya tengah berjongkok mengubur sebuah kertas yang merupakan di tanah belakang rumahnya. Menulis surat menurutnya kini adalah hal yang menyenangkan baginya. Gadis kecil itu tak peduli jika ibu dan neneknya terus saja memanggilnya untuk cepat masuk karna angin tengah kencang, ia tetap melanjutkan kegitan yang kini menjadi rutinitasnya akhir akhir ini, yaitu menulis surat lalu ia kubur di belakang rumah atau menitipkan kepada temannya untuk menyampaikan surat itu.

Setelah kegiatannya selesai gadis kecil itu bangkit dari jongkoknya dan berbalik hendak memasuki rumahnya sambil  bersenandung kecil. Gadis kecil itu tak sadar ada yang memperhatikannya sejak tadi. Baru saja hendak menutup pintu belakang rumahnya, ia terkejut oleh suara yang memanggilnya, suara yang ia tunggu tunggu. Gadis kecil itu kemudian berbalik kearah dimana asal suara yang memanggilnya.

Disana dihadapannya, tepat di tempat dimana gadis itu mengubur suratnya, ada anak laki-laki tengah berjongkok menggali tanah dan mengambil sesuatu yang tak lain adalah kertas surat yang tadi gadis itu kubur disana. "Ale suka sama uny to? Ale sayang sama uny to?" tanya anak laki-laki berumur 10 itu dengan cepat setelah membuka dan membaca suratnya.

Pertanyaan dari anak itu membuat gadis kecil bernama Ale merasa malu, pasalnya ia menulis surat itu menggunakan huruf HIJAIYAH, ia pikir Uny anak itu tidak akan bisa membacanya namun dugaannya salah. Ale hampir lupa bahwa Uny merupakan anak yang pintar mengaji, Uny juga sangat rajin untuk pergi kemasjid, tak jarang Uny mengumandangkan adzan, bagaimana mungkin Uny tidak bisa membaca huruf HIJAIYAH yang mudah seperti itu. Ale benar-benar malu, bukan hanya karena Uny mengatakan secara terang-terangan seperti ini, namun ia juga malu karena masih merasa terlalu kecil untuk mengungkapkan itu, ia tau mungkin ini hanya kekaguman semata dari Ale kapada Uny begitupun sebaliknya.

Ale semakin malu saat melihat Uny terus saja tersenyum sambil memandanginya, Ale dengan cepat masuk kedalam rumah dan menutup pintunya, lalu berlari menemui ibunya yang memanggilnya sedari tadi dengan senyuman yang tak hilang dari bibir kecilnya itu.

Mereka adalah anak kecil yang terbawa pergaulan masa kini maka tak heran jika mereka mengetahui hal-hal yang seharusnya belum waktunya bagi mereka, mungkin orang orang tak terlalu menganggap itu hal yang penting, toh anak hanya anak kecil dan belum mengenal hal itu. Mungkin orang orang pikir mereka hanya bermain main dan jika gadis kecil itu pulang dan beranjak dewasa mereka akan lupa semuanya.

Ale menyukai Uny, bukan menyukai dalam arti seperti jatuh cinta pada remaja, ini hanya seperti menyukai hal unik yang dimiliki uny ,menurutnya cara bicara Uny sangat lucu dan mirip anak perempuan, bukan itu alasan utamanya, uny juga mempunyai wajah yang dibilang lumayan untuk ukuran orang orang timur, kulitnya yang putih dengan rambut yang dijambulkan. Ale hanya gadis kecil dari kota dengan poni sedahinya dan rambut doranya. Mereka berdua merasa punya kebanggaan tersendiri,  Ale senang punya teman orang timur dan Uny senang punya teman orang kota, hanya sebatas itu.

Memang hal sederhana, bahkan sangat sederhana, untuk hal kecil ini seharusnya tidak menarik perhatian orang orang, tapi berbeda dengan kedua bocah itu, dua permata yang tengah berkilau menjadi pisat perhatian pulau itu, tak ada yang tidak tau kisah mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silhouette of MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang