Zero termenung seorang diri. Raut wajahnya sangat kacau. Sejak kejadian tiga hari yang lalu—dimana ia kehilangan kendali dan menggigit serta menghisap darah Yuuki, ia lebih sering mengurung dirinya di dalam kamar. Rasa bersalah dan penyesalan menyelimuti hatinya.
Bahkan ia tak bisa tertidur dengan tenang karena mimpi buruk selalu menghantui setiap malamnya. Sebuah mimpi mengenai Yuuki yang terbaring tak berdaya dengan sekujur tubuhnya dipenuhi oleh darah. Sungguh keadaan yang mengenaskan! Dan ialah penyebab hal itu terjadi. Ia kehilangan kendali kemudian menyerang Yuuki secara brutal hingga tewas. Mimpi yang sangat menyeramkan bukan? Dan ia tak ingin mimpi itu menjadi kenyataan. Ia memilih menghindar dari dunia luar dengan berdiam diri di dalam kamar. Mungkin dengan begitu semua akan aman dan baik-baik saja.
TOK
TOK
TOK
Sebuah ketukan halus terdengar. Zero sangat tahu siapa orang yang kini berada di balik pintu kamarnya. Tanpa melihat pun ia sudah bisa menebaknya. Seorang gadis yang sangat dirindukannya, gadis yang sangat dicintainya dan gadis yang selalu memberikannya dukungan meski apapun yang telah terjadi.
Gadis itu adalah Hinata.
"Zero, aku mohon buka pintunya!" Ujar Hinata kembali membujuk lelaki itu untuk yang kesekian kalinya. "Aku membawakanmu makanan. Dan kau harus memakannya." Imbuhnya lagi.
"Pergilah!" Ujar Zero dingin. "Hentikan semua ini, Hinata! Tinggalkan aku sendiri dan jangan pernah menggangguku lagi!" Suaranya terdengar serius—membuat hati Hinata sedikit berdenyut sakit karena ucapan lelaki itu.
"Terserah apa katamu." Hinata berusaha tegar dan tetap keras kepala. "Aku tak akan pergi darisini sebelum kau membuka pintu dan mau makan."
"AKU BILANG PERGI, HINATA!" Teriak Zero keras.
"Tidak, Zero. Kau tahu bukan? Aku ini sangat keras kepala." Ujar Hinata santai. "Buka pintunya dan mari kita bicara!" Bujuknya.
Zero menghela nafas berat. Gadis itu memang keras kepala, sama seperti Yuuki. Mengapa semua gadis yang dikenalnya begitu keras kepala dan merepotkan? Dengan terpaksa ia melangkah malas menuju pintu kemudian membukanya. Menampakkan sosok gadis berambut indigo terurai panjang yang tengah membawa nampan berisi makanan serta minuman di tangannya.
"Akhirnya kau membuka pintunya." Hinata melangkah masuk tanpa menunggu izin dari Sang Pemilik kamar. Ia menaruh nampan di atas meja kecil disisi tempat tidur, "Jangan hanya berdiri disana! Kemarilah!"
"Sudah kubilang aku—" Ucapan Zero dipotong oleh Hinata.
"Sekali ini saja..." Hinata menjeda kalimatnya sejenak, "Turutilah aku sekali ini saja! Setelah ini aku benar-benar tak akan mengganggumu lagi. Aku akan memenuhi keinginanmu itu, Zero." Lanjutnya dengan suara lirih.
"Hinata ..." Zero memandang Hinata nanar—sedikit berlari kearah gadis itu kemudian menubruk tubuh mungilnya hingga mereka jatuh bersamaan di atas tempat tidur.
"Ze-zero ..." Hinata terkejut—namun ia sama sekali tak berontak ataupun menolak.
"Aku tak ingin kehilanganmu. Aku tak ingin menyakitimu ataupun Yuuki. Aku tak ingin menyakiti siapapun. Aku melakukan ini demi kebaikan semua orang. Seorang monster sepertiku tak pantas berada di tengah-tengah kalian. Bukankah jalan yang aku ambil tidaklah salah?" Isakan kecil tertahan mulai terdengar dari mulut Zero. Ia memeluk Hinata semakin erat—menyembunyikan wajahnya di bahu gadis itu.
"Kau salah besar, Zero." Hinata membalas pelukkan Sang Kekasih—mengusap punggungnya lembut guna untuk menenangkan.
"Jangan bersikap seperti ini lagi! Kami akan selalu ada disini untukmu. Jadi jangan menanggung semuanya sendirian. Kami akan membantumu. Kami akan selalu mendukungmu. Kami akan selalu berada di sampingmu. Karena kami sangat menyayangimu serta peduli padamu. Mengerti kan, Zero?" Ia mendorong pelan kedua bahu kekar Zero—menatap iris keunguan milik lelaki itu dengan lembut sembari memberikan senyum terbaiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VAMPIRE KNIGHT (My Version With Hinata Hyuuga)
VampireIni adalah cerita Vampire Knight versiku, dimana ada Hinata Hyuuga sebagai tokoh utama tambahan di dalamnya.