Surat

44 11 0
                                    

Gadis itu duduk tersandar di batang pohon, matanya sembab karena menangis beberapa menit yang lalu. Pandangannya mengarah ke bawah dimana rerumputan tumbuh begitu subur.

Tangannya tak sengaja memegang sesuatu yang tipis dan halus. Ia mengarahkan pandangannya pada benda tersebut guna memastikan apa yang disentuhnya.

Ia melihat beberapa helai kertas yang berserakan di atas rerumputan. Gadis itu memungut kertas yang dipenuhi coretan itu. Entah apa yang membuatnya begitu yakin bahwa itu tulisan tangannya Rino.

Ia mencoba mengurutkan kertas itu, lalu membacanya.

Kepada : marin

Hai ... apa kau masih mengingatku?
Kuharap begitu.

Apa kau akan percaya jika aku mengatakan bahwa kita pernah bertemu sebelumnya? Aku rasa kau tak akan mengingatnya.

Saat itu, 2 tahun yang lalu. Saat kita masih seorang anak yang baru memasuki masa baru, masa SMA. Kau tahu bagaimana kehidupanku,kan? Ya, keadaan itu membuatku begitu depresi hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupku.

Saat itu, di hari aku akan mengakhiri semuanya, aku melihatmu. Kau duduk menyandar dengan tatapan kosong. Saat itu aku berpikir kalau kau memiliki masalah yang berat, ku pikir kita bisa berteman dan saling berbagi kisah pahit. Tapi itu semua sirna begitu kau menyadari kehadiranku, mata kita bertemu bertatapan dalam beberapa detik. Kau berjalan melaluiku. Saat itu aku merasa tak ada lagi guna kehidupan.

Aku berdiri di atap gedung sekolah sambil menerawang ke bawah. Saat dirasa sudah tak ada seorangpun di sekolah, aku segera mengambil ancang-ancang untuk melompat.

Aku masih merasakan sedikit keraguan, tetapi keinginan kuat membuatku tak urung untuk melakukannya.

Kejadian itu terjadi begitu saja. Aku merasakan tubuhku seperti mengambang di udara selama beberapa detik. Aku membuka mataku, nafasku terasa begitu berat, tubuhku mati rasa.

Saat itu, aku menyadari pentingnya kehidupan, aku sempat berpikir 'kenapa tidak berusaha untuk mencari orang yang sepertiku? Dan mencari kebahagiaan bersama. Semua itu takkan pernah tercapai, aku telah melewati batasku. Saat terakhirku, aku berharap bisa menolong orang-orang yang memiliki masalah sepertiku, jika masih diberi kesempatan.

Kau pasti bertanya-tanya mengapa kau bisa melihatku bahkan menyentuhku. Awalnya aku juga berpikir begitu.

Aku terbangun begitu saja, di bawah pohon besar itu. Aku pikir aku masih hidup, aku pergi memasuki kelas dan mulai menyapa orang-orang di sana, akan tetapi mereka tidak menghiraukanku. Aku terus melakukannya beberapa kali, tanpa sengaja aku tersandung dan menembus dinding. Saat itu aku sadar bahwa aku tidak benar-benar hidup.

Aku putus asa, aku selalu bertanya-tanya kenapa aku masih di sini? Padahal aku tak melihat jasadku di bawah pohon itu.

Sampai aku melihat seseorang datang menghampiriku. Aku semakin bingung, kenapa dia bisa melihatku?

Aku menjalani semua kejadian aneh ini. Sampai seminggu telah berlalu saat pertama kali aku bertemu seseorang tersebut. Dia berbagai kisah denganku, kehidupannya tak jauh berbeda dariku. Aku mencoba untuk mengeluarkannya dari masalahnya. Seminggu setelahnya, orang itu tak lagi menemuiku. Aku mencarinya ke seluruh tempat di sekolah. Saat aku menemukannya, aku menyapanya, tapi dia tak menghiraukanku. Aku coba menyentuhnya, tetapi tidak bisa, tanganku menembus tubuhnya.

Setelahnya, aku menjalani semuanya begitu saja, hal-hal sama terus terjadi. Hingga akhirnya aku menyadari sesuatu, bahwa seseorang yang bisa melihatku hanyalah orang-orang yang memiliki masalah dalam hidupnya. Dan tugasku adalah untuk menolongnya. Aku senang harapan terakhirku dapat terwujud, walau dalam keadaan yg tidak nyata.

Lambat laun aku mengetahui bahwa batasku hanyalah sekolah ini, aku tak dapat keluar dari lingkungan sekolah. Aku sempat berpikir kapan ini semua akan berakhir?

Sampai akhirnya aku bertemu lagi denganmu. Jujur saja, kau adalah orang yg paling lama bersamaku. Semakin lama aku bersamamu, aku merasakan tubuhku semakin memucat dan terkadang memudar begitu saja. Aku takut jika aku tiba-tiba menghilang, dan tidak dapat lagi menolongmu.

Aku sadar kalau waktuku tidak banyak lagi, entah mengapa aku begitu yakin kalau ini adalah hari terakhirku.

Aku menyempatkan diri untuk menulis surat ini, sebelum aku benar-benar lenyap.

Aku senang bisa melihatmu lagi, aku senang kau bisa melihatku, aku senang bisa menolongmu.
Kau membuatku merasa hidup kembali. Aku berharap bisa lebih lama bersamamu, tapi itu hanyalah harapan egois yang takkan pernah terwujud.

Aku senang karena kaulah orang terakhir yang ku tolong,walaupun aku tak sepenuhya berhasil.
Maaf ... maafkan aku.

Aku berharap kau tak melupakanku seperti yang lainnya. Aku berharap kau segera menemukan kebahagiaanmu.

Terimakasih kau telah meminjamkan jaketmu, aku merasa hangat dan nyaman saat memakainya walau aku tak memiliki raga.

Terimakasih ... Terimakasih karna kau menghampiriku saat itu.

Satu kalimat terakhirku untukmu,

Aku-

Tulisan itu berakhir sampai di situ. Marin meraba-raba rerumputan, mana tau dia menemukan kertas yang lainnya. Namun usahanya nihil, ia tak menemukan apapun. Tulisan itu benar-benar berakhir sampai di sana.

Mungkin tangan pemuda itu menghilang saat ia menulis.

Marin kembali terisak setelah membaca surat yang dia yakini dari Rino.

. . .

Decakan air terdengar membelah kesunyian, suara itu berasal dari langkah seseorang yang menginjakkan kakinya pada genangan air. Mau bagaimana lagi? Dia tidak bisa menghindarinya, karena genangan air itu ada di mana-mana.

Seseorang yang memakai mantel hujan berjalan menyusuri suatu tempat yang sunyi. Tempat itu begitu luas, dengan beberapa nisan yang ditanam di tanah.

Orang itu berhenti di satu nisan yang terukir nama seseorang. Orang itu membuka tudung mantelnya, hingga menampakkan wajahnya. Dia adalah seorang gadis dengan rambut gelap yang dipotong pendek dibawah telinga.

Gadis itu meletakkan bunga yang dibawanya di dekat nisan, Lalu mengadahkan tangannya untuk berdo'a.

"Hai No, apa kau bahagia di sana?
Aku berharap kau tak lagi menyesali kemtianmu, harapan terakhirmu telah terwujud, kan?

Dan segala harapanmu untukku, itu semua terwujud. Apa kau bahagia?

Aku telah menemukan kebahagiaanku, aku mendapatkan seorang teman, namanya Arisa, dia selalu ada di sisiku, dan juga mereka semua sudah memaafkanku.

Tapi, soal kedua makhluk yang tinggal bersamaku masih sama. Hari-hariku di rumah berjalan seperti biasanya,
Aku menceritakan kehidupanku pada Arisa. Dia memintaku untuk tinggal bersamanya. Saat itu aku berhasil kabur dari rumah, satu per satu kegelapan mulai menghilang berganti dengan cahaya yang begitu indah.

Oh ya, No. Aku sudah lulus dari SMA, Aku mendapatkan beasiswa ke Jepang. Aku akan berangkat besok, dan ini adalah terakhir kalinya aku mengunjugimu, karna aku tak akan kembali lagi.

Dan soal penampilan, aku memotong pendek rambut ku hingga di bawah telinga. Aku tak lagi mengenakan jaket karena luka-luka itu telah sembuh.

Semua ini ... karena kau No, Terimakasih ... Terimakasih."

Gadis itu berdiri, bersiap untuk melngkah pergi. Sebelum itu, ia mebisikkan satu kalimat.

"Selamat tinggal, Rino."

THE END

Seseorang Di Bawah Pohon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang