“Assalamu’alaikum!”
“Waa’alaikum salam!” jawab semua siswa serempak.Kakak kelas bernama Sergi itu dengan rekan perempuannya memulai perkenalannya sebagai pembimbing kelas Gugus 3. Dengan saksama semua siswa mendengarkan semua perkataannya termasuk diriku yang mendapat tempat duduk di bagian belakang bersama Widya. Ya, perkenalan bersama pembimbing kelas baru dilaksanakan sekarang karena sebelumnya—tepatnya saat aku dihukum—semua siswa diperintahkan untuk memasuki aula terlebih dahulu untuk mendapatkan beberapa informasi.
“Baik, jadi siapa nama kakak tadi?” tanya Kak Sergi.
“Sergi Diva!” jawab semua siswa.
“Dan rekan kakak?”
“Renita Khoirunnisa!”
“Bagus! Jadi kalau kalian butuh suatu informasi tentang kegiatan MOS ini langsung tanya ke kita aja. Ada pertanyaan?” tanyanya yang dibalas gelengan oleh kami.
“Ya udah kalau gak ada pertanyaan. Sekarang kita akan membahas tentang tata tertib sekolah ini. Tapi sebelumnya, seperti yang kalian tahu ada insiden memalukan yang terjadi beberapa saat yang lalu.” Ungkapnya sambil terfokus menatapku. Aku hanya menghela napas berat.
“Seorang siswi yang sudah melanggar tata tertib sekolah bahkan sebelum tata tertib ini dibacakan.”
Ya, baiklah, kini semua mata terpusat ke arahku.
“Dan yang merasa silahkan maju ke depan kelas.”
Huhh.. Sial sekali aku hari ini. Apa hukuman tadi tidak cukup? Seberapa sadis lagi siksaan yang harus kudapatkan?-_-
Tanpa berkata-kata apalagi melakukan perlawanan, aku melangkahkan kakiku ke depan kelas. Kubalikkan badanku dan kini terlihatlah beragam ekspresi menyebalkan dari siswa lainnya.
“Gimana rasanya?” tanya Kak Renita dengan senyum mengejek.
“Malu, Kak.” Jawabku dengan wajah tertunduk.
“Malu doang?”tanyanya lagi.
“Cape..., pegel..., panas...., pusing..., lemes..., pegel..., cape..., panas..., lemes..., pusing..., cape..., pegel..., pan—“
Kak Sergi mengangkat tangannya dengan maksud memberhentikan, sedangkan para siswa tertawa mendengar jawabanku.
“Jadi gak enak kan? Nah, ada yang mau ngerasain apa yang Hafa rasain?” tanya Kak Sergi tegas membuat ekspresi mereka berubah menjadi sedikit takut. Semuanya menggeleng.
“Dan untuk kamu,” Kak Sergi kembali menatapku. “Apapun alasannya, jangan mengulangi kesalahan ini lagi kecuali memang ada izin sebelumnya.”
Aku mengangguk paham sebelum akhirnya diizinkan kembali duduk di bangkuku.
Pembahasan mengenai tata tertib sekolah pun dimulai. Semua siswa mendengarkan dengan saksama dan sesekali melontarkan pertanyaan.
Sebenarnya aku takjub dengan tata tertib yang sangat ketat di sekolah ini. Semua begitu sangat terorganisir. Tak heran, sekolah ini adalah SMA terunggul di kotaku. Bukan orang sembarangan yang dapat masuk sekolah ini. Termasuk diriku #Hehehehe.. (walaupun terkadang aku bertindak bodoh).
Namun walaupun begitu, pasti selalu saja ada beberapa siswa koplak di sekolah sebagus apapun. Salah satunya Nuran yang tiba-tiba menanyakan pertanyaan seperti ini,
“Kenapa kita dilarang menggunakan celana cutbray? Bukannya enggak akan mengganggu KBM?” pertanyaannya itu sontak menimbulkan sorak riuh dari semua orang. Suara tawa pun menggema meramaikan ruang kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup
Teen FictionPernah gak sih jatuh cinta sama temen sekelas? Gimana rasanya suka sama orang yang setiap hari ketemu? Yang dengan leluasanya bisa merhatiin apa aja yang dia lakuin dan bernapas dengan oksigen di satu ruangan yang sama, liburan bareng, ketawa bareng...