[17] Tujuhbelas (Sesuatu yang salah)

504 24 0
                                    

Hari ini semua kelas 11 IPA sampai IPS, dan bahasa dikumpulkan dalam satu ruang gor sekolah. Semua orang berkumpul dan duduk di bangku yang sudah disediakan. Walaupun gor sekolah sangatlah luas tapi tetap saja kemungkinan pengap dan sesak itu selalu ada apalagi jika saat keluar, semua orang berbondong-bondong mendorong temannya yang lain agar cepat keluar.

Sekolah ini bisa dikatakan sekolah yang besar dengan kapasitas siswa bisa menampung 1500 bahkan sampai 2000 lebih, bahkan tempat duduk seperti ini pun sudah disesuaikan dengan kelas siswa masing-masing sehingga setiap siswa tidak bisa duduk mengacak.

Felicie duduk terpisah dengan Adinata dan seperti biasa ia duduk dengan teman-teman perempuannya dan juga Sutisna yang kali ini mengikutinya. Adinata sendiri duduk bersama teman sekelasnya.

"Halo anak-anak, seperti biasa bapak akan memberi pengumuman." ya begitulah seterusnya, bagian pembukaan yang sangat memuakkan. Cuaca diluar sedang panas dan semakin panas karna pengumuman kali ini dibicarakan saat matahari sedang berada dipuncaknya.

Acara dilanjutkan dengan acara inti. Felicie tidak mendengar jelas semuanya karena ia sengaja menempelkan earphone dengan menyetel lagu sekencang-kencangnya hingga tidak terdengar apapun kecuali suara desisan anak-anak yang memilih berbicara dibandingkan mendengarkan orang di depan.

"FELICIE..."

Samar-samar Felicie mendengar suaranya dipanggil oleh pengeras suara, tetapi karena tidak yakin, ia hanya menganggapnya lalu saja.

"FELICIE..."

Tetapi suara itu semakin jelas dan keras sehingga Felicie yang sedang menutup mata terpaksa terbuka dan sudah melihat teman-temannya menatapnya seakan memberitahu jika ia sedang dalam masalah.

"Apa?"

"Apa disini tidak ada siswa yang bernama Felicie-"

"SAYA DISINI!" Felicie berdiri dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi, tak lupa senyuman yang selalu membuat matanya menyipit.

Hening.

Semua orang menatapnya. Menatapnya dengan berbagai macam ekspresi.

"Emang cari mati ini orang." Sutisna memukul pundak Felicie pelan dan menyuruhnya kembali duduk.

"Ih apa sih Euntis? Itu bapak kepala sekolah manggil juga." Felicie menepis tangan Sutisna dan kembali berdiri. Felicie melihat Adinata disana, sedang menatapnya.

Ada apa dengan semua orang?

Felicie berjalan ke depan dan berdiri disebelah kepala sekolah yang tengah menatapnya.

"Oh ini ya yang namanya Felicie?"

Sebenarnya Felicie merasa bingung juga, mengapa ia langsung berdiri dan mendatangi podium dengan berani, sedangkan anak yang lainnya malah tertunduk dan menatapnya kasihan.

"Nahh kalo gitu, silahkan ambil pel lalu mulai mengpel koridor kelas 11 ya, ini konsekuensinya buat kamu yang udah ngotorin koridor kelas IPS."

"Eh maaf Pak, tapi aku gak ngotorin koridor, yang ngotorin itu Felici- Oh shit. Pak aku itu Felicie Siarine Takeda bukan Felicie Amalia." Felicie menatap gelisah semua orang dan pandanganya jatuh pada Adinata yang sedang menatapnya, hanya menatapnya.

"Nama kalian sama jadi Bapak gamau tau ya, pulang nanti pas Bapak cek koridor kelas IPS, semuanya harus udah bersih," diam sejenak, kemudian melanjutkan dengan pandangan lurus dan tegas. "dan kalian semua, silahkan meninggalkan gor dengan tertib."

Konon, setau Felicie saat ia menginjakan kaki di sekolah yang ia tempati sekarang, para senior terdahulu pernah memberikan dasas-desus jika siswa sedang dikumpulkan seperti saat ini, mereka akan diberikan kegemparan dengan memanggil siswa bermasalah ke depan.

Marriage With a Little Secret [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang