[27] Duapuluhtujuh (Emosional)

359 20 0
                                    

Felicie membanting buku pelajarannya dengan kesal. Seharusnya hari ini jadwalnya ia belajar rutin dengan Adinata, tetapi sepertinya pesona Fanya sudah mendominasi di rumah keluarga Henning bahkan pada Mom dan Pap.

"Arghhhhh! Menyebalkan."

Tak tahan dengan situasi kamar, Felicie bertekad akan mengikuti Adinata dan Fanya hari ini karna kebetulan saja hari ini hari libur. Membawa tas dan dompetnya, Felicie berangkat menggunakan taxi yang sudah ia pesan dan mengikuti Adinata dan Fanya kemana pun mereka pergi. Dan setelah selesai berputar-putar mobil Adinata akhirnya memasuki kawasan TSM kemudian mencari makan disana.

Felicie harap-harap cemas saat melihat daftar menu yang cukup menguras dompetnya. Felicie mendesah dan hanya membeli minuman soda walaupun sebenarnya perutnya sudah memberontak sedari tadi.

"Dasar si Nata, mentang-mentang punya duit banyak main masuk ke tempat ginian, kenapa gak ke dago aja coba."

Setelah pelayan kembali dan memberikan cola-nya Felicie mulai memata-matai Adinata dan mengeram saat melihat Adinata tersenyum kecil saat Fanya melemparkan sebuah lelucon yang menurut Felicie sangat tak lucu.

"Harusnya cuman aku doang yang bikin Nata senyum gitu!" Felicie meremas gelas colanya dan mengaduk kuat sehingga air dari dalam cola berputar dengan cepat.

"Permisi?"

"Ya?" Felicie tersenyum sungkan saat melihat seorang pria dewasa berdiri didepannya hingga menghalangi jarak pandang dengan meja Adinata.

"Meja yang lain kebetulan sudah penuh, apa boleh saya ikut duduk?"

"Silahkan." oke, persetujuaan itu memang hanya keluar dari mulut saja sedangkan dihatinya Felicie sama sekali tidak ikhlas jika satu meja dengan lelaki dewasa yang sama sekali tidak dikenalnya. Canggung tentu saja.

"Sepertinya saya mengenal anda, Felicie Takeda benar?"

"Tepatnya Felicie Siarine Takeda."

"Kenalkan saya Damian, sahabat Papa kamu."

"Salam kenal juga Om Damian," Felicie mengangguk dan tersenyum, setidaknya pria dewasa didepannya ini bukan benar-benar orang asing baginya.

"Gimana kabarnya Papa kamu? Saya sering loh main sama dia dulu, bahkan kita itu kaya anak kembar ga kepisahin banget. Saya juga inget sama kamu, dulu itu kamu masih kecil dan lucu. Gak nyangka sekarang udah nambah cantik."

"Ah Om bisa aja. Tapi ko Papa gak pernah cerita ya?" dan begitulah, Damian menceritakan pengalamannya bertemu dengan Gionino walaupun sebenarnya Felicie tidak meminta sama sekali. Tetapi tetap saja binar itu terlihat jelas dimata Felicie.

Walaupun sebenarnya Felicie tidak dekat dengan Gionino, tetapi jiwa seorang anaknya tidak hilang sama sekali. Ia seperti anak umumnya yang selalu menginginkan cerita kehidupan tentang kedua orang tuanya. Bagaimana Papa dan Mamanya bertemu, masa-masa SMA mereka dan cerita kehidupan masa lalu mereka.

"Om udah berapa lama gak ketemu sama Papa?" tanya Felicie sambil memakan makanannya yang sengaja dibelikan oleh Damian karena merasa kasian melihat perutnya selalu berbunyi.

"Hmm saya lupa, udah lama banget soalnya."

"Oh gitu, gimana kalau aku ngajak kalian ketemu?" sepertinya karna ke asikan mengobrol membuat Felicie lupa akan tujuannya dan ketika ia melirik sebentar pada meja Adinata ternyata mereka sudah akan beranjak pergi. "gawat! Mereka udah main pergi aja! Maaf ya Om lain kali kita ketemu lagi, makasih makanannya, bye."

***

"Olie mana Ma?" Felicie mengehempaskan tubuhnya pada sandaran kursi dengan napas tak teratur karena seharian ini ia terus menguntili Adinata dan Fanya dan akhirnya berakhir karena mendapat telpon penting dari Nisa.

Marriage With a Little Secret [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang