Bagian 4

290 155 121
                                    

"Kan bang Dito tau rumahku, buat apa kamu tunjukin?"

Skakmat.

Tujuh huruf yang entah kenapa membuat jantung Wayan kini berpacu cepat seperti naik sepeda di jalan turunan dengan rem blong, gak ada yang bisa berhentiin. Bahkan bibirnya sekarang terasa kelu tanpa sebab.

Apa karena...

"A-nu itu tadi—

—Wayan tadi nyari barang bekas buat mulung besok. Makanya ikut," nibrung bang Dito, seketika membuatku tertawa guling-guling sambil megang perut saking kocaknya.

Maap disini aku yang terlalu ngakak, karena humorku receh bukan dollar. Haha

Mengusap sudut air mata yang keluar secara tak sengaja, "Modus buat ketemu Irina atau jadi pemu—"

"GAK!"

—lung."

Ucapanku terpotong tetapi tak melunturkan tawaku yang tadi. Bahkan kini aku kembali menertawakannya, asik ternyata.

Irina? Dia mantan kekasih Wayan.

Bagaimana aku bisa tau, karena tadi malam Wayan curhat. Lewat chat lebih tepatnya. Yang entah dapat dari mana nomorku itu, palingan dari Nana. Mana mungkin sulap.

Aku tau Irina, hanya tau saja. Tak sampai akrab. Karena dia satu komplek dengan rumahku. Yang ku tau, Irina itu model di salah satu majalah yang kini naik daun.

Cantik? Pastinya.

Pernah sekali bertemu dikondangan dekat rumah dia, itupun hanya saling sapa dengan senyuman. Kurang akrab lah intinya. Tapi baik kok, orangnya kalem.

Aneh, bagaimana bisa dia pacaran dengan Wayan yang orangnya sentimen, emosional, jutek, ngeselin, sok keren, sok tau. Sifat manusia aneh yang baru aku jumpai kemarin. Dan sekarang aku tau sifat dia.

Gila. Eh bukan aku, tapi Wayan yang gila!!

Apa Irina gak kesal sama kelakuan si Wayan. Apa jangan-jangan Irina gak betah sama dia makanya putus. Atau dia ngepelet buat dapatin Irina, tiba-tiba Irina sadar terus putusin dia?

Gak deng gak, canda kok. Kan cinta itu buta dan tuli. Enggak mandang fisik, tahta dan harta. Ea ea. Ga semuanya sih hehe.

"Terserah."

"Jelek ah kalo marah."

"Ya gue emang jelek, kan lo yang bilang tadi."

Lah kapan coba aku ngomong dia jelek? Oh barusan, aku ingat. Lagipula dia kenapa bisa ngeselin gini. Dulu emaknya ngidam apasih.

"Kayla Anindiya bodoh, sok cantik, gak tau diri, terlalu berharap, ceroboh, gak bisa bedain orang ganteng contohnya gue."

Gue? Kosakata dia berubah.

"Kenapa? Ada yang salahkah?" sambung dia dengan senyuman miring, marah? Atau...












"Gue benci diketawain, terutama sama lo."


Bersambung..

ʟᴏᴠᴇ sᴄᴇɴᴀʀɪᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang