3.

206 31 6
                                    

"Ngapain kamu pake fotoku? Emang aku ngizinin?"

Jinri masih dengan sikap arogannya berbicara dengan Chan lewat telfon. Raut wajahnya tidak pernah menunjukkan ekspresi bahagia sedetikpun.

"What? Siapa juga mau nikah sama cowok yang tampangnya kayak anak kecil? Bisa - bisa aku diketawain sama temenku."

Jinri memegang dahinya dan berusaha meredam emosinya yang terus merangkak naik. Akhir - akhir ini Chan selalu bersikap berlebihan padanya. Dan hal itu justru membuat Jinri merasa seperti seorang tante yang disukai brondong.

Chan selalu membawakan bunga beserta surat ke rumah lewat tukang post, tidak pernah berhenti mengucapkan selamat malam, dan banyak hal - hal yang membuat Jinri merasa geli.

"Aku udah punya pacar, gak usah ganjen."

Sambungan terputus.

***

Chan mencorat - coret kertas tugasnya yang masih kosong sejak tadi pagi. Ia bahkan tidak mempunyai satu pun kata yang bisa ia tulis di atas kertas itu. Ia sangatlah bosan. Ia sempat berpikir untuk menelfon Jinri lagi, tetapi ia malas karena tadi pagi Jinri sudah menghinanya dengan sebutan 'ganjen'. Padahal Chan hanya iseng dan tidak tau harus menelfon siapa.

Perasaannya pada Jinri masih belum berubah sejak pertama bertemu. Chan masih sangat kesal dan ingin menjejalkan sepatu conversenya ke mulut Jinri yang kadang - kadang tidak terkontrol. Tetapi demi kelangsungan hidupnya yang bisa saja rusak jika Ibunya marah, ia harus selalu bersikap baik dan manis pada gadis itu terutama di depan kedua orang tuanya. Lagi pula Chan memang pribadi yang suka bermain - main.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, ia teringat dengan teman - teman lamanya. Ia harus bertemu dan melupakan sejenak tugas - tugasnya.

"Jun, dimana?"

"Hatimu, kenapa?"

"Gimana kalo tar malem ke club."

"Hmmmm. Sama Ahra boleh? Dia pingin ikut."

"Terserah, ajak Bangchan juga."

"Oke boss, ketemu disana ya. Mwah."

Telfon pun terputus.

Chan kemudian bangkit dan menggeledah lemarinya. Kali ini ia memutuskan untuk tidur di hotel saja sendirian. Walaupun kadang ia mendapat beberapa gangguan yang aneh dari kamarnya, tetapi tak apa asal makhluk itu tidak menampakkan wajahnya di depan Chan.

Ia memutuskan pakaian biasa yang selalu ia gunakan untuk pergi ke club yaitu baju kemeja putih dengan luaran berwarna biru dan celana kain berwarna cokelat muda yang tidak lupa juga dua kancing kemejanya ia buka agar tidak terlalu mencekik lehernya. Kalung yang selama ini menghiasi lehernya pun terlihat saat kancing kemejanya dibuka. Chan berdiri di depan cermin dan menata rambutnya seberantakan mungkin agar ia terlihat dewasa dan cukup umur untuk masuk club. Walaupun memang ia sebenarnya sudah keluar masuk club sejak dua tahun yang lalu.

Ia kemudian mengambil kunci mobil dengan gantungan kunci yang wajah salah satu tokoh fiksi yaitu deadpool. Dengan langkah pasti ia menuju ke resepsionis dan memberikan kunci kamar hotelnya. Resepsionis yang kebetulan adalah perempuan, langsung terpesona melihat penampilan Chan yang malam itu cukup menawan karena rambutnya dinaikkan dan menampakkan dahinya yang menyilaukan mata.

Dancing With The Devil ; Kang YuchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang