6.

145 22 3
                                    

"Bae Jinri, kan?"

Suasana hening yang menyelimuti diantara mereka mulai lenyap saat Chan membuka percakapan di tempat duduk depan supermarket itu. Sinar matahari pagi yang hangat turut serta mencairkan suasana canggung bagi Jinri.

"Hmm, iya."

Di dalam lubuk hati paling dalam milik Chan, ia sudah sangat melupakan Jinri dan segala kesalahannya dahulu mulai dari mengganggu kehidupan gadis itu hingga kepergok di club.

Begitu pula Jinri yang sudah sibuk berkuliah dan tidak sempat memikirkan urusan lainnya apalagi mantan calon tunangannya yang ketahuan mencium wanita lain di club.

Hubungan orang tua mereka juga masih berjalan baik, walau orang tua Jinri merasa takut karena sampai sekarang Jinri belum memperkenalkan pria yang layak sebagai calon menantu mereka seperti Chan. Hal itu tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan perjodohan ulang antara dirinya dan Chan.

"Jinyoung, apa kabar?"

"Baik."

Hanya satu patah kata saja yang dilontarkan Jinri sejak percakapan mereka dimulai.

"Maaf ya, dulu—

"Aku balik duluan ya, di rumah gak ada orang. Bye!"

Belum sempat Chan meminta maaf perihal kejadian di masa lalu, Jinri sudah terlebih dulu memotong pembicaraan lebih dulu dan berpamitan lebih awal pada Chan.

Chan hanya melongo membiatkan Jinri pergi begitu saja tanpa sempat meminta nomornya lagi.

***

Setelah lama tidak terlihat, rupanya Chan sibuk mengurus coffee shop yang ia buka di dekat sekolah Jinri dahulu. Bukan karena rindu Jinri atau apa, tapi memang bangunan yang kosong dan strategis ada disana.

Ia menamakan usahanya itu dengan nama 'Chanderlier Coffee' karena terinspirasi dari namanya sendiri. Sudah hampir sebulan usahanya tersebut dibuka dan mendapat banyak pelanggan akibat promosi besar - besaran yang ia lakukan di media sosial.

"Cangkir sama piringnya udah dibersihin?" tanya Chan pada seorang pegawai wanita yang bisa dikatakan paling cantik diantara pegawai lainnya— Yoon Bora.

Mereka berdua nampak akrab dan tidak canggung sama sekali saat Chan mengarahkan pekerjaan apa yang harus dilakukan selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berdua nampak akrab dan tidak canggung sama sekali saat Chan mengarahkan pekerjaan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dan benar rupanya, Bora merupakan teman lamanya saat di sekolah menengah atas.

"Kamu gak mau dijodohin lagi, Chan?" Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Bora dengan diakhiri tawa kecil seolah meledek Chan yang sudah memasang wajah malas.

"Capek dijodohin sama anak kecil." 

Chan seketika mengingat segala hal yang telah ia lalui saat dijodohkan dengan Jinri dan seolah menepis khayalannya dengan tangan.

"Kalau sama aku?"

Deg.

Ia tau bahwa gadis tersebut hanya bercanda, tapi entah mengapa ia merasakan sesuatu aneh dalam dirinya.  Sejak SMA, Bora memang populer dan berkali - kali gonta ganti pacar. Tetapi Chan yang merasa bukan apa - apa saat itu hanya menjadi penonton biasa akan kisah cinta teman satu sekolahnya.

Memang dirinya tidak menyangka bisa cukup dekat dengan Bora sekarang. Mengingat dahulu bahkan Bora tidak mengetahui keberadaan Chan yang memang tidak begitu menonjol diantara laki - laki lainnya.

Bora juga cukup kaget melihat penampilan Chan yang berubah dan tidak seperti anak kecil lagi. Ditambah poin plus yaitu Chan sudah membuka usaha sendiri dan dirinya bekerja disana.

"Udah dewasa, jangan main - main terus. Hahahaha"

Chan menutupi perasaan gugupnya dengan tertawa hambar di depan pegawainya itu.

Ekspresi wajah Bora nampak kecewa dengan jawaban dari Chan. Ia pun berpamitan untuk melanjutkan pekerjaan lainnya karena pelanggan berdatangan tanpa henti.

"Aku lanjut kerja dulu deh. Selamat siang!"

***

Chan tidak berhenti merubah posisi kakinya berkali - kali. Ia tidak merasa cukup tenang malam ini. Baru saja orang tuanya menelpon dan mengatakan ingin melihat - lihat usaha anaknya setelah sekian lama sibuk bekerja di luar kota.

Ia duduk di depan coffee shop-nya tepatnya di kursi besi berwarna hitam dengan meja lingkaran yang menghadap langsung ke jalan.

Permasalahan yang ia hadapi sekarang bukan perihal bagaimana reaksi orang tuanya terhadap bisnis yang dihadapi, tetapi ia cepat atau lambat akan dipaksa untuk segera menikah. Mengingat rumah hanya ditempati oleh Chan dan sangat tidak terurus karena pembantu semua sudah dipecat akibat kasus pencurian. Orang tuanya juga tidak bisa lama - lama menetap di rumah karena kesibukan di luar kota.

Ia takut dan bingung disatu sisi. Hubungannya dengan orangtua sudah harmonis, dan Chan sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Hal tersebut akan kurang lengkap jika ia akan membuat masalah lagi kali ini. Hidupnya sudah sangat sempurna saat ini dan ia tidak ingin merusaknya.

I'm so tired of love song tired of love song tired of love..

Satu panggilan terdengar dari ponselnya. Baru saja ia akan mengangkatnya karena mengira itu dari Ayahnya. Tapi.. ia tidak mengenal nomor itu.

Tired of love

"Halo?"

Suara perempuan.

"Chan? Ini nomormu kan?"

Ia seperti pernah mendengarnya disuatu tempat.

Hening sejenak sebelum perempuan ditelfon melanjutkan kata - katanya.

"Emm.. aku Bae Jinri, bisa bantu aku?"






To Be Continued.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dancing With The Devil ; Kang YuchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang