Chapter 1

167 15 2
                                    

"You want her, you need her. And I'll never be her." - I Hate U, I Love U
**

"Selamat pagi, Jacqueline," sapa Tom ramah setelah wanita paruh baya itu membuka pintu rumahnya. Jacqueline adalah ibu kandung dari Emma. Semenjak kedua orang tuanya bercerai sejak lama, Emma tinggal bersama ibunya dan adiknya yang juga seorang model, Alex Watson.

"Bagaimana kabarmu? Sudah lama tidak melihatmu," balas Jacqueline sambil memandangi Tom yang kelihatan sangat tampan dengan dalaman baju biru tua garis putih dan jaket warna senada. Rambutnya pun ditata sedemikian rupa dengan gaya medium length textured style.

"Sangat baik. Senang bisa bertemu denganmu kembali. Apakah Emmanya ada?"

Jacqueline menunjuk tangga di sudut ruangan ini dengan menggunakan isyarat menoleh ke kiri.

"Dia ada di atas. Silahkan jika kau ingin bertemu dengannya. Ia sudah menunggumu dari tadi," ujarnya sambil mengedipkan mata. Tom hanya tersenyum. Jacqueline memang suka menggodanya dengan Emma setiap ia mengunjunginya.

"Oh iya, Tom, kalau kau belum sarapan, kau bisa ke dapur. Ada pancake apple kesukaanmu," tawarnya.

"Terima kasih. Akan tetapi tadi aku sudah sarapan dan kita akan langsung ke sekolah saja," tolak Tom halus.

Raut wajah Jacqueline tampak kecewa. Bagaimanapun juga, ia sudah menganggap Tom sebagai anaknya sendiri. Ia benar-benar menyukai Tom sebagai anaknya dan ingin menghabiskan waktu lebih lama dengannya dan Emma.

"Tenang saja, nanti kita bisa bersantai bersama lagi. Aku janji," janji Tom. Seketika raut wajah wanita itu kembali sumringah. Ia mengangguk kemudian kembali mempersilahkan Tom untuk naik ke atas agar menemui Emma.

Sementara itu di kamar, Emma tampak sedang sibuk bolak-balik di sudut kamarnya yang bernuansa feminim vintage. Kamarnya terlihat rapih kecuali beberapa baju tergeletak di atas kasur. Ia tampak masih bingung akan memakai baju apa hari ini.

Tiba-tiba ia menjentikkan tangannya. "Ah, buat apa aku fikir repot-repot? Toh aku akan berubah menjadi ibuku untuk pergi ke sekolah nanti."

Dengan cepat, ia mengambil sweater dan memasukkan sisa baju yang tidak terpakai ke lemarinya. Kemudian ia langsung mengenakan sweater warna pink pastel tersebut.

Tok. Tok. Tok.

Seseorang mengetuk pintu kamar Emma. "Siapa?" tanya Emma dari dalam kamarnya.

"Tom," jawabnya.

Gadis belia itu pun segera menarik kopernya kemudian membuka pintu kamarnya. Senyum lelaki di depannya tampak merekah menyambutnya. Seketika ia terdiam dengan detak jantung yang berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"Tolong jangan membunuhku seperti ini," batin Emma dalam hati.

"Hai Em, sudah siap?" tanyanya.

Emma mengangguk sambil matanya tidak beranjak dari wajah tampan Tom. Bukannya ia tidak mau. Tapi entah mengapa tubuhnya terasa kaku semua. Benar-benar kaku.

Tom mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah Emma dengan heran. Seketika, Emma mengerjapkan matanya, tersadar.

"I-iya aku sudah siap," jawab Emma terbata-bata.

Tanpa diperintah, Tom menarik koper Emma dari tangan mungilnya untuk membantunya. Emma tentu saja tidak menolak.

Mereka berdua berjalan ke dapur untuk sekalian bertemu dan berpamitan dengan Jacqueline. Setelah sampai di dapur, Emma segera mengeluarkan ramuan polyjuice dari kantungnya dan memberikannya ke Tom.

"Siapa yang akan aku palsukan?" tanya Tom sambil terkekeh.

"Tentu saja, adikku, Alex. Dan aku akan menjadi ibuku," balasnya sambil melirik kepada ibunya.

Hogwarts And Emma's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang